Movie Review: Frozen (2013)


Tahun 2013 sebenarnya bukan tahun yang menyedihkan bagi film animasi. Mike dan Sulley kembali dalam Monsters University, Gru dan para Minion pada Despicable Me 2, dan juga The Croods bersama tampilan visualnya yang indah. Namun tidak ada satupun dari karya Hollywood itu yang berhasil mengukuhkan dirinya sebagai front runners untuk meraih status terbaik tahun ini. Penantian itu telah berakhir, Frozen (so far) adalah film animasi terbaik tahun ini, kemasan klasik yang sederhana, ringan, cerdas, dan indah. Adorable. 

Movie Review: Homefront (2013)


Tidak peduli seberapa kalem dan tenang perawakan yang mereka miliki, semua orang tua dapat berubah menjadi sosok yang buas dan mematikan jika sudah berurusan dengan hal yang menyangkut keselamatan dari anak mereka. Ya, cinta orang tua kepada anak mereka memang tiada bandingannya, mereka akan mengorbankan serta melakukan apapun untuk membuat anak mereka bahagia. Homefront ingin menggambarkan hal tersebut, sajian aksi yang kental dengan nafas Stathamesque, seperti menyaksikan kombinasi antara Sons of Anarchy dan Breaking Bad.

Movie Review: Lovelace (2013)


Wanita ini pernah menjadi primadona di era tahun 70-an, dalam waktu singkat langsung menggebrak industri perfilman dengan menggunakan paket yang tidak lazim, porn movies. Linda Susan Boreman, menyandang nama panggung Linda Lovelace, merupakan porn queen pada era itu, namun anehnya dia hanya punya rentang karir yang begitu singkat, empat tahun. Ya, ternyata ada sesuatu yang menyedihkan dibalik kesuksesan tersebut, kisah yang kemudian coba di gambarkan oleh film ini, Lovelace, sebuah kemasan biography yang tidak percaya diri, tanpa misi dan ambisi yang mumpuni, it's like making a war movie without the fighting. 

PnM Awards 2014 Early Lists: Actor & Actress


Let the race begin! Akhir November memang telah identik sebagai gerbang utama yang menandakan di mulainya awards seasons, sebuah periode penuh pesta apresiasi bagi insan industri perfilman terbaik yang berpuncak pada pergelaran Oscar. Setelah berjalan sepuluh bulan yang dipenuhi positif serta negatif, akan hadir post berisikan daftar dari calon nominasi di tiap kategori PnM Awards, yang telah memilih tanggal 26 Januari 2014 sebagai waktu untuk muncul di hadapan anda. PnM Awards 2014 Early Lists akan muncul secara periodik dengan perkembangan terbaru. Mari mulai dengan aktor dan aktris.  

Movie Review: 12 Years a Slave (2013)


"I don't want to survive. I want to live."

Rasisme sebenarnya bukan sebuah masalah, melainkan suatu budaya yang sudah lahir sejak ratusan tahun yang lalu, sebuah penyakit yang tidak bisa hilang dalam sekejap. Butuh proses, butuh alarm yang berfungsi untuk terus mengingatkan kita pada betapa kejinya tindakan tidak manusiawi tersebut. 12 Years a Slave sukses besar dalam menjadi alarm paling baru, seperti menyaksikan Django Unchained dalam warna yang lebih gelap, dengan cara sederhana menghadirkan pengamatan yang intens dan mengerikan dari isu kemanusiaan. Oscar?  

Movie Review: The Hunger Games: Catching Fire (2013)


"Every revolution begins with a spark."

I am a Tribute, that’s for sure. Namun anehnya antusiasme pada film kedua dari TheHunger Games ini sejak awal sesungguhnya tidak begitu besar, karena imo Catching Fire adalah buku paling lemah di antara dari tiga novel karya Suzanne Collins. Catching Fire hanya berisikan pengulangan dengan bumbu trik politik, ibarat sebuah jembatan yang menghubungkan The Hunger Games dengan ledakan besar pada Mockingjay. Hal tersebut juga akan dihadirkan oleh The Hunger Games: Catching Fire, sebuah memorable popcorn movie yang di eksekusi dengan penuh rasa percaya diri, surprisingly become a solid and full enjoyment ride, nearly awesome.

Movie Review: Snowpiercer (2013)


"I belong to the front, you belong to the tail."

Orang kaya bertindak sebagai penguasa, sedangkan kaum miskin berperan sebagai penderita. Kejam? Sebenarnya tidak, faktanya simbiosis tersebut kini tidak lagi menjadi sesuatu yang aneh, perlahan tampak seperti sebuah trend bahkan kewajiban yang berlaku pada banyak ekosistem masyarakat, karena kini melakukan tindakan humanisme sudah jauh dari kesan membanggakan. Hal tersebut akan anda temukan pada karya terbaru dari Bong Joon-Ho, salah satu sutradara terbaik yang dimiliki Korea Selatan. Snowpiercer, sebuah kritik implisit menggunakan bencana apokaliptik yang menakjubkan.   

Movie Review: Don Jon (2013)


Hasrat akan seks sebenarnya bukanlah hal yang tabu, karena secara ilmiah kehadirannya merupakan sesuatu yang wajar. Jangan naïf, bukan hanya para pria, wanita sesungguhnya juga punya hal tersebut dalam level yang sama, karena ketika energi sedang membara salah satu solusi terbaik adalah dengan melampiaskannya. Don Jon coba bermain di tema itu, namun ini sedikit berbeda, bukan hanya film yang sebatas menggunakan materi pornografi untuk menjadi sebuah crowd-pleasure, ini drama komedi penuh ironi yang menggelitik dan menyenangkan. (Warning: review contains strong language)

Movie Review: Gloria (2013)


Apakah hal sederhana ini pernah terlintas di pikiran anda, sebuah kondisi dimana kelak ketika berada pada usia senja anda sudah tidak lagi memiliki pasangan hidup, semua anak anda sudah hidup mandiri, menikah dan menjalani kehidupan masing-masing, mulai kekurangan perhatian dan perlahan merasa kesepian. Mengerikan bukan? Wakil dari negara Chile pada pertarungan Best Foreign Language Film Oscar 2014 ini mencoba menggambarkan konsep tersebut, sebuah studi karakter yang dipenuhi dengan observasi mengasyikkan, Gloria.

Movie Review: Killer Toon (2013)


Korea dan horror? Kombinasi tersebut tidak dapat dipungkiri memang kurang begitu populer jika membahas industri perfilman Korea, dimana posisi pertama di tempati oleh drama, disusul romance, dan setelah itu baru di isi beberapa genre dalam posisi sejajar, termasuk didalamnya komedi, history, dan crime. Ya, mereka kurang begitu populer, itu mengapa keberhasilan Killer Toon ((Deo Web-toon: Ye-go Sal-in) meraih satu juta penonton pada pertengahan tahun ini menjadi sebuah kejutan tersendiri.

PnM Music Chart - 111613


Movie Review: The Iceman (2012)


“I don't believe in bad luck.”

Apakah anda pernah mengalami situasi seperti berikut, melakukan rutinitas berisikan aktivitas yang secara berkala terus membuat anda merasa tenang dan nyaman, namun suatu ketika harus menjauh dari hal tersebut, mulai kehilangan irama dan merasakan hadirnya tekanan. Anda akan menemukan situasi tadi pada The Iceman, dimana seorang pria berkeluarga yang berperawakan tangguh namun punya karakter yang dingin mulai mengalami gejolak ketika ia harus menghadapi gejolak pada keahliannya, membunuh.

Movie Review: Last Vegas (2013)


"You can't tell women who to love."

Ada begitu banyak hal yang tidak dapat anda beli dengan uang, salah satunya adalah relationship (tidak peduli itu cinta dua arah ataupun persahabatan) yang sudah berjalan dan terus bertahan dalam rentang waktu yang sangat lama. Ya, sangat mengagumkan ketika hal tersebut sudah bermain dalam hitungan dekade, penuh gesekan namun selalu ada tawa. Last Vegas mencoba menggambarkan hal tersebut, ketika Sex and the City dan The Best Exotic Marigold Hotel berkombinasi bersama Grown Ups, kemudian berjalan dengan cara The Hangover.

Movie Review: Ain't Them Bodies Saints (2013)


Kalimat dengan inti seperti ini pasti sudah sering anda temukan pada banyak film, “tunggu aku, aku pasti kembali untukmu.” Kalimat yang sangat singkat itu justru punya power yang begitu besar untuk menggambarkan bagaimana sebenarnya kekuatan yang dimiliki oleh cinta, berawal dari kisah yang manis, kemudian hadir masalah, berkorban, dan akhirnya berjuang untuk kembali ke titik awal. Ain't Them Bodies Saints coba mengolah sistem tersebut, lewat kisah kejahatan klise penuh gambar cantik.

Movie Review: Before Midnight (2013)


"Like sunlight, sunset, we appear, we disappear."

Berpisah 18 tahun yang lalu di stasiun kereta tanpa bertukar kontak, bertemu kembali di kota Paris sembilan tahun setelahnya, dan kini kisah cinta yang hampir berumur dua dekade itu mereka selesaikan tepat sebelum tengah malam di Yunani. Menjadi penutup Before Series, salah satu rangkaian drama romantis yang pastinya akan menjadi legenda, Before Midnight, pertunjukan yang cemerlang dari sebuah hubungan tidak sempurna, sukses menggambarkan sebuah fakta sederhana bahwa walaupun pasti punya potensi untuk menghadirkan rasa sakit, kejujuran merupakan salah satu kunci penting dari sebuah petualangan cinta.

PnM Music Chart - 110913


Movie Review: Carrie (2013)


"Don't play with a young girl heart."

Di awal kemunculan berita bahwa akan diproduksi sebuah remake bagi Carrie muncul sebuah pertanyaan tunggal, “apa yang ingin mereka capai?” Bahkan Stephen King, penulis novelnya, berujar hal yang sama, dan banyak penikmat film yang juga pasti akan sepakat bahwa Carrie edisi pertama karya Brian De Palma yang rilis tahun 1976 itu sudah berada di level kualitas dan kepuasan yang cukup tinggi. Carrie, punya fokus yang berbeda, hadir bukan untuk menakut-nakuti penontonnya.

Movie Review: Ender's Game (2013)


“In the moment when I truly understand my enemy, understand him well enough to defeat him, then in that very moment I also love him.”

Tentu saja bukan merupakan hal yang tabu jika sebuah film memiliki begitu banyak ide yang ingin ia tampilkan, itu justru menarik, namun dengan satu syarat mutlak dimana ia harus di eksekusi dan dikombinasi dengan tepat. Ender’s Game adalah contohnya, punya banyak ide dan isu dan yang cantik, dari unsur politis, sosial, peperangan, hingga hal sederhana seperti bullying. Ender’s Game, seperti terjemahan baku, adalah permainan milik Ender. This is not a game!! Really?

Movie Review: Very Ordinary Couple (2013)


"Even divorced people get remarried."

Saya tersenyum miris ketika sedang berada di sebuah tempat perbelanjaan dan berjalan tepat dibelakang sepasang kekasih muda yang sepertinya sedang kasmaran tingkat tinggi. Mereka berbincang, dan si pria mungkin mencoba untuk memikat wanitanya dan tiba-tiba berbicara dengan nada setengah berteriak, yang kemudian menjadikan kami di baris belakang mendengar kalimat pusaka miliknya, “All you need is love.” Oh my, lol for him. Very Ordinary Couple (Yeonaeui Wondo), sebuah rom-com bernada gelap, adalah representasi dari situasi tadi, dengan pertanyaan dimana tidak peduli seberapa besar usaha yang diberikan, apakah sebuah relationship akan bertahan lama hanya dengan murni mengandalkan kekuatan cinta?

Movie Review: Ernest & Célestine (2012)


Apa konsep dari sebuah film animasi bagi anda sekarang ini? Mayoritas pasti akan menyertakan hal ini, visual yang hangat dan memanjakan mata, lelucon yang menghibur, kemudian kombinasikan mereka dengan cerita yang ringan. Film ini justru merupakan kebalikan dari tiga faktor tadi, visual kontemporer yang sangat ringan, lelucon yang cukup menghibur, namun ia berhasil pada elemen yang kurang mampu di eksekusi dengan baik oleh semua film animasi pada tahun 2013 sejauh ini, cerita yang hangat. Ernest & Celestine (Ernest et Célestine), a heartwarming traditional animation, simple, loveable.

PnM Music Chart - 110213


Movie Review: Frances Ha (2013)


"Sometimes it's good to do what you're supposed to do when you're supposed to do it."

Apakah anda pernah berpikir seperti ini, “Ah, santai saja, aku masih muda, masih banyak kesempatan,” padahal pada dasarnya anda adalah seseorang yang punya mimpi sangat besar. Faktanya hal tersebut yang justru tidak menjadikan anda fokus untuk mengejar mimpi tersebut, bahkan merusak semua potensi besar yang anda miliki. Frances Ha coba bercerita mengenai hal tersebut, sederhana, dalam sentuhan hitam dan putih, sebuah petualangan studi karakter yang singkat dengan sedikit warna coming-of-age, dimana kehidupan, cinta, dan persahabatan membentuk kombinasi antara frustasi dan motivasi yang memikat.