Review: The Duke of Burgundy (2014)


"As long as I'm yours, I'm alive."

Memang tidak semua penonton akan mengalami hal ini tapi pasti ada diantara kita yang akan mengalami perubahan pada sistem indera ketika adegan sensual hadir di layar, contohnya seperti kissing scene hingga bed scene. Hal apa yang sering kamu lakukan saat adegan tersebut hadir? Beragam pastinya, dari tersenyum, memalingkan mata sampai wajah, mengatur posisi duduk, hingga yang paling menjengkelkan ketika mendengar beberapa penonton lainnya mulai menghasikan bunyi-bunyi seperti batuk kecil misalnya. Tapi hal paling favorit bagi saya diantara itu semua adalah dengan meneguk air atau soft drink. Lalu apa hubungannya dengan film ini? Tidak dalam kondisi dehidrasi The Duke of Burgundy sukses membuat saya menghabiskan satu softdrink ukuran medium, air mineral 600ml, dan satu botol juice 360ml pada percobaan pertama. Beautiful sexotic erotica, it make Fifty Shades of Grey looks like a joke! (Warning: review contains some mild image who might be an age-inappropriate content).

PnM Music Chart - 022815


Movie Review: Shaun the Sheep Movie (2015)


Ketika melangkah keluar studio seusai menyaksikan film ini saya memperoleh sebuah rasa yang dahulu pernah saya rasakan ketika menyaksikan film-film animasi di pagi hari. Dengan segala kesederhanaan cerita dibantu oleh kekonyolan yang mampu menghasilkan hit menyenangkan film-film animasi tersebut ibarat sebuah teh hangat di pagi hari yang dingin, memberikan tawa yang mampu mengurangi beban pada apa yang telah menanti anda. This one is a happy little pill. Shaun the Sheep Movie: charming and chewy.

Review: Hot Tub Time Machine 2 (2015)


"The laws of space and time are about to be violated."

Salah satu hal paling sulit jika berbicara tentang industry film adalah menemukan sekuel dari sebuah film komedi yang berhasil tampil sama baik dan sama menariknya seperti film terdahulunya. Bukan berarti tidak ada yang berhasil meneruskan kesuksesan film pertama contohnya seperti 22 Jump Street, tapi mayoritas dari mereka justru memberikan kualitas yang tidak lebih baik bahkan tidak sedikit yang justru merusak kenangan indah penonton dengan film pendahulunya, seperti Horrible Bosses 2, Anchorman 2, bahkan Grown Ups 2. Hot Tub Time Machine adalah komedi yang menyenangkan, sedangkan Hot Tub Time Machine 2 merupakan komedi yang mengerikan. John Cusack, we miss you.

Review: Fifty Shades of Grey (2015)


"If you were mine, you wouldn't be able to sit down for a week."

Fifty Shades of Grey is like a foreplay without climax. Ya, mayoritas dari kamu pasti sudah tahu bahwa tema yang dibawa oleh film yang berhasil menciptakan kehebohan dengan menjadi film R-rated dengan penjualan tercepat dalam sejarah Fandango ini adalah seks, apa yang ia jual adalah relationship penuh gairah membara, dan apa yang kita harapkan sebagai penonton adalah hiburan yang mampu menggoda hingga membakar gairah dan imajinasi kita. Jika anda merupakan salah satu penonton yang mencintai novelnya, maka bersiaplah kecewa. Jika anda bagian dari tim yang bahagia ketika Twilight Saga telah berakhir, maka bersiaplah untuk waspada. A softcore porn version of Cinderella. (Warning: review contains some strong image who might be an age-inappropriate content).

Hot This Week - 022215


Movie Review: Predestination (2014)


"What comes first, the chicken or the egg?"

Film yang mengusung tema time-travel sebagai senjata utamanya selalu punya sensitifitas yang lebih besar untuk meraih titik tertinggi atau justru berada di posisi terendah ketimbang tema lainnya. Sebuah kesalahan kecil dapat menghasilkan dampak yang sangat besar, materi yang pintar dapat menjadikannya tampak bodoh lewat sebuah kesalahan kecil, materi yang dangkal dapat pula menghasilkan sebuah hiburan yang pintar jika mampu di olah dengan cermat. Film ini terjebak diantara dua hal tadi. Predestination: just like winning a baseball games without home run. 

Review: Wild Tales (2014)


Menyaksikan sebuah antologi selalu menjadi pengalaman yang menarik karena walaupun bersatu dalam satu kemasan ia terdiri dari beberapa bagian kecil yang otomatis akan memberikan banyak rasa berbeda. Tapi salah satu kelemahan yang hadir dari kelebihan tersebut adalah tidak semua bagian kecil itu berhasil tampil menarik, pasti akan ada yang standout dan ada pula yang terasa biasa-biasa saja, tidak jarang bahkan buruk. Wakil Argentina di ajang Oscars pada kategori Best Foreign Language Film ini merupakan sebuah antologi dengan enam bagian kecil, dan celakanya enam bagian kecil tersebut berhasil memberikan hiburan yang tidak kecil dan menjadikan Wild Tales (Relatos salvajes) tampil sesuai dengan namanya, sebuah petualangan yang liar. Hilariously Crazy.

Review: The DUFF (2015)


"Every DUFF has their day."

Kamu pasti tahu dengan kalimat-kalimat berikut ini, dari “jika ingin terlihat atau menjadi pintar maka bertemanlah dengan orang-orang pintar” atau “jika ingin menjadi terkenal maka bertemanlah dengan orang-orang yang terkenal”. Tapi ada satu kata yang terhitung cukup sulit untuk dirangkai menggunakan pola tadi, yaitu cantik. Yang terjadi dengan kata cantik justru sebaliknya, “jika ingin terlihat cantik maka bertemanlah dengan orang-orang yang tidak cantik”, dan The Duff berhasil mengolah konsep tersebut menjadi sebuah komedi dangkal yang manis, dari The Breakfast Club, kemudian Mean Girls, hingga Easy A.

PnM Music Chart - 022115


Review: The Voices (2015)


"Hearing voices can be murder."

Film seperti ini selalu mampu meninggalkan impresi yang baik ketika ia telah berakhir, film yang awalnya membuat penonton mengira ia akan menampilkan cerita dalam satu genre tapi setelah itu justru secara berkala memberikan mereka kejutan-kejutan menarik dengan rasa yang dicampur aduk dan ditampilkan dalam transisi yang menyenangkan. The Voices punya hal itu, ia ibarat satu pack atau kemasan permen yang didalamnya berisikan berbagai rasa yang kemudian akan mengejutkan kamu, sebuah komedi yang “cermat” dan cerdik dalam beraksi sebagai sebuah komedi.

Review: Timbuktu (2014)


"Don't kill it! Tire it."

I don’t know about you guys tapi saya percaya semua agama menjadikan kasih sayang sebagai ajaran utama yang harus diterapkan oleh semua umatnya, meskipun faktanya tidak semua manusia mampu menyerap dan kemudian menerapkan hal tersebut dalam kehidupan mereka. Selalu saja ada kaum atau kelompok ekstrimis yang melakukan tindakan “kotor” dengan mengatasnamakan agama, mereka yang selalu mudah untuk kamu nilai sebagai manusia-manusia yang menggelikan. Timbuktu mungkin tidak akan mampu menjauhkan ataupun menghancurkan niat mereka yang ingin mencoba melakukan tindakan ekstrimis, tapi ia berhasil menjadikan kita semakin menilai para pelaku ekstrimis itu sebagai orang-orang yang lahir dan tumbuh dalam kebodohan. Harrowing and Heartbreaking. 

Review: Human Capital (2013)


"Family is a disaster waiting to happen."

Kalimat manusia tidak pernah puas seperti sudah begitu akrab di telinga kita, sesuatu yang bisa dikatakan merupakan sebuah fakta yang sulit untuk ditampik. Mencoba untuk terus meraih sesuatu yang lebih besar dari apa yang kita capai memang bukan sesuatu yang tabu, tapi jika tidak di control keserakahan itu dapat meninggalkan konsekuensi bagi kita. Hal tersebut akan kamu temukan di Human Capital (Il capitale umano), perwakilan Italia di kategori Best Foreign Language Film pada ajang Oscar tahun ini, dari a nightmare before Christmas hingga berujung pada "kriminal" penuh intrik.

Review: The Loft (2015)


"The right place to do wrong."

Salah satu kondisi menjengkelkan dalam movie experience adalah ketika kamu dibuat oleh film tersebut untuk berada dalam kondisi menunggu sesuatu yang sesungguhnya tidak kamu nantikan dengan begitu antusias. Ya, saya sangat benci dengan film yang mencoba tampil pintar dengan cara yang tidak pintar, menjadikan penontonnya terombang-ambing bersama materi yang perlahan tidak lagi menarik untuk di ikuti. Penyakit yang fatal itu dimiliki oleh The Loft. What a dicky thriller.

Review: Girlhood (2014)


"Shine bright like a diamond."

Girlhood ini seperti sebuah palu yang memiliki ukuran sangat kecil namun pada akhirnya mampu memberikan penonton sebuah pukulan dengan hantaman yang sangat kuat. Apa yang ia coba gambarkan mungkin terkesan biasa bahkan sederhana tapi dibalik itu Girlhood justru menawarkan sebuah studi karakter yang tidak sederhana, perjuangan remaja penuh energi yang ia tampilkan dalam lapisan-lapisan berisikan kegembiraan dan masalah yang menarik untuk diamati, berhasil menjadi sebuah coming-of-age dan character study yang fun dan intim.

Hot This Week - 021515

Movie Review: Kingsman: The Secret Service (2015)


"Manners maketh man."

Dari impresi awal berdasarkan poster misalnya bahkan jika mengikutsertakan judul yang mengandung kata “secret” didalamnya mungkin akan membuat anda menilai film ini sebagai sebuah kemasan yang mengusung tema spy layaknya James Bond, suits, gadget, gagah dan perkasa. Penilaian awal yang bagus sebenarnya karena “rasa” Bond itu sendiri faktanya tidak pernah hilang dari film ini sejak awal hingga ketika ia berakhir, namun percayalah bagaimana cara ia tampil akan mengejutkan anda. Ini bukan sebuah film spy yang “serius”, ini adalah casual James Bond hustle. Kingsman: The Secret Service, a happy “spoof” meal.

Movie Review: Jupiter Ascending (2015)


"Some lives will always matter more than others."

Karya terbaru dari creator The Matrix trilogy ini merupakan contoh paling baru bagaimana ekspektasi berperan besar pada penilaian akhir setiap penonton pada hiburan yang baru saja mereka peroleh. Film ini dijadwalkan rilis pada bulan juli tahun lalu namun secara mendadak yang juga sukses menghasilkan kejutan adalah ia lantas di tendang jauh kebelakang untuk kemudian rilis pada awal bulan ini. Boom, pasti kualitasnya buruk, begitu penilaian paling klasik dari para penikmat film, termasuk saya yang akhirnya tidak memasang ekspektasi rendah namun justru menaruhnya di titik paling rendah, keputusan yang ternyata terhitung tidak buruk. Jupiter Ascending: space telenovela without Ana, Marimar, Esmeralda, Paulina, Rosalinda, and of course Betty La Fea.

Review: Mommy (2014)


"I had to piss so I tied a knot in my dick!"

Usianya baru 25 tahun namun Xavier Dolan telah menghasilkan lima buah film sejak debut sebagai sutradara tahun 2009 yang lalu. So what? Pria asal Kanada ini selalu berhasil menghasilkan karya terbaru yang uniknya bukan hanya sekedar menunjukkan bahwa ia bisa membuat lebih banyak film tapi juga sebagai bukti bahwa ia terus berkembang sebagai seorang pendongeng dan sutradara. Setiap film terbarunya selalu berhasil melampaui kualitas film terdahulunya, dan film terbarunya ini kembali berhasil menjadi film Xavier Dolan favorit saya. Mommy is just another step forward work from Xavier Dolan to make himself called prodigy one day. Urgh Oscars, what a miss!! 

Movie Review: Still Alice (2014)


"I find myself learning the art of losing every day."

Sepintas jika hanya menilik sinopsis yang ia tawarkan film ini terasa sangat sederhana, seorang wanita yang mengidap suatu penyakit dan harus berjuang menghadapi rasa sakit tersebut, namun sesungguhnya tugas yang ia emban jauh lebih sulit dari itu. Isu terkait penyakit yang dibawa merupakan sesuatu yang sangat sensitif dan dari sana ia punya banyak kewajiban, dari menjadikan penonton merasakan perjuangan karakter, membentuk agar cerita mampu menawarkan informasi terkait penyakit tersebut, tapi di sisi lain ia juga harus mampu memberi “treat” yang hormat pada isu tersebut agar tidak memberi dampak negatif pada para pasien asli di dunia nyata. Film ini berhasil menggambarkan hal-hal tadi dengan manis. Still Alice, a simple and very understated drama. 

PnM Music Chart - 020715


Movie Review: Cake (2014)


"Tell me a story where everything works out in the end for the evil witch."

Di akhir tahun 2014 yang lalu sosok yang mencuri perhatian bukan hanya berasal dari film-film yang seolah saling kejar dan saling sikut untuk meraih atensi agar semakin membuka peluang mereka menjadi terbaik dari yang terbaik, hal serupa juga terjadi di divisi akting, dan salah satu kejutan terbesar datang dari Jennifer Aniston. Ya, penampilan Aniston di film ini pernah berada didalam periode dimana ia memperoleh buzz yang cukup signifikan untuk masuk kedalam jajaran lima lead actress dengan penampilan terbaik tahun lalu. Well, that’s a good hype. Cake: the reason why a great sailor need at least good enough ship to look great. 

Movie Review: Project Almanac (2015)


“Whatever we did had some crazy ripple effects.”

Saya suka dengan film tipikal seperti Project Almanac ini, film yang sejak awal tidak menjadikan penontonnya untuk menaruh ekspektasi yang tinggi, kemudian ketika ia hadir ia tidak mencoba menampilkan segala sesuatu dengan upaya utama untuk memberi impresi agar mereka tampak pintar, film yang bahkan tanpa malu-malu dengan berani melakukan hal-hal konyol yang akan membuat penonton bergumam “stupid”, tapi juga merupakan film akan membuat anda bergumam “yeah, itu hiburan yang baik” ketika ia telah berakhir terlepas dari hal-hal minus yang baru saja ia ciptakan. Project Almanac: process, hit and miss, but still an okay simple and stupid time-travel adventure.

Movie Review: Wild Card (2015)


"Never bet against a man with a killer hand."

Film ini merupakan sebuah kemasan yang sudah kontradiktif sejak dari materi yang ia miliki, sebuah film yang seolah memiliki banyak perbedaan didalam tubuhnya sehingga sampai ia mencapai titik akhir ia tidak pernah menjadi sebuah hiburan yang benar-benar solid. Terasa aneh, ia mencoba menjadi sebuah film crime dengan kegelapan yang sederhana, ia juga mencoba menjadi sebuah studi karakter dengan melemparkan sesuatu yang misterius, ia juga mencoba menjadi sebuah film action, dan celakanya semua itu ia taruh di pundak Jason Statham. Wild Card, a charmless action-crime-drama.

Are You Ready?


Minggu hening untuk edisi tahun ini sepertinya harus di akhiri lebih dini ketimbang tahun lalu yang memakan waktu satu minggu, bukan dikarenakan hadirnya banyak film menarik di awal bulan ini melainkan proses refresh itu sendiri telah aktif sejak PnM Awards yang lalu. Semua pengalaman menarik di musim lalu telah kami simpan menjadi kenangan yang indah, dan kini kami mencoba memulai musim yang baru. Are you ready? (warning: it’s a long random stuff)