Review: Mission: Impossible – Rogue Nation (2015)


"Desperate times. Desperate measures."

Di film yang kelima ini sepertinya Mission: Impossible mencoba memberikan sesuatu yang “segar” dengan formula lama miliknya, tidak hanya sekedar menaikkan masalah dari IMF menuju CIA namun juga membawa taruhan menuju level yang lebih tinggi. Hal seperti ini pasti pernah kamu temukan sekarang ini dimana ketika menyaksikan karakter utama menghadapi bahaya tapi anehnya kamu yakin ia akan mampu melewatinya. Nah, Mission: Impossible – Rogue Nation coba membawa penontonnya kedalam ketegangan yang membuat mereka waspada apakah Tom Cruise mampu melewatinya, menjadi sebuah popcorn movie berisikan ketegangan mengasyikkan, seperti sedang menyaksikan Kingsman berkencan dengan Furious 7 dan Mad Max. Another 2015 action extravaganza.  

Review: Paper Towns (2015)


"She loved mysteries so much, that she became one."

Sepertinya rintangan datang lebih awal pada usaha dari John Green untuk meraih kesuksesan back-to-back dari novel yang ia miliki karena setelah The Fault in Our Stars yang tidak hanya sukses secara financial namun juga secara kualitas, ternyata novel kedua milik John Green yang hadir ke layar lebar, Paper Towns, secara kualitas terhitung kurang berhasil mengulang kesuksesan TFIOS. Sometimes it’s fun enough, sometimes it’s bland, but Paper Towns surely will give you one thing, saying goodbye and turn on waiting mode for Looking for Alaska.

Review: Ant-Man [2015]


"This is not some cute tech like the Iron Man suit!"

Kehadiran Ant-Man ini sebenarnya cukup unik bukan hanya karena wujud superhero itu sendiri yang akan membuat kita bertanya-tanya tapi juga karena status Ant-Man juga tidak sembarangan, ia melanjutkan baton dari Avengers: Age of Ultron dan kemudian menjadi penutup fase dua dari Marvel Cinematic Universe. Keputusan yang unik dan berani karena dengan Avengers sendiri memiliki tim yang tidak sembarangan lantas mengapa Marvel justru memilih pahlawan berukuran semut ini? Sama seperti dua tahun sebelumnya ternyata Marvel ingin sebuah keseimbangan, dan Ant-Man berhasil masuk secara halus kedalam dunia mereka.

Review: Trainwreck (2015)


"Girls, your mother and I are getting divorced. Monogamy isn't realistic."

Terkadang kesuksesan itu akan mengejutkan kamu ketika ia lahir dari sebuah pertaruhan berani yang kamu ambil, dan itu yang dialami oleh Judd Apatow di Trainwreck. Judd Apatow seperti memetik buah dari keputusan berani yang ia lakukan ketika memberikan keleluasan pada salah satu wanita terlucu saat ini, “Amazing Amy” Schumer, untuk memegang kendali sepenuhnya pada naskah Trainwreck. Sepintas ia memang tampak seperti komedi romantis tradisional, namun dengan karakter oke serta lelucon yang tajam Trainwreck berhasil menjadi komedi agresif yang memadukan hati dan tawa bersama.

Review: Irrational Man (2015)


Apakah Woody Allen sudah lelah? Ketika Clint Eastwood di usianya yang ke 85 tahun masih mampu memberikan kita kekacauan di medan tempur yang menarik pada American Sniper, Allen justru tampak mulai terjebak dalam kejenuhan di sektor ide sebagai dampak dari upaya yang ia lakukan untuk menelurkan film setiap tahun. Harus diakui memang ketika karya Allen berhasil “bekerja”, maka hasilnya tidak pernah terasa setengah matang, selalu kuat, tapi saat yang terjadi sebaliknya, seperti yang terjadi pada Irrational Man, maka yang tersisa bagi penonton hanyalah sebuah senyuman pahit.

TV Series Review: Oh My Ghost - Part 1



Sinopsis: Kang Sun-Woo (Cho Jung-Seok), pria yang walaupun masih belum mampu melupakan sang mantan pacar berkat sikap percaya diri dan tentu saja wajah tampannya memperoleh status sebagai seorang koki populer. Salah satu fansnya adalah Na Bong-Sun (Park Bo-Young), wanita introvert yang sangat pemalu dan rendah diri, seorang sous chef di restoran milik Kang Sun-Woo. Hubungan diantara mereka mendadak berubah ketika Na Bong-Sun kerasukan roh bernama Shin Soon-ae (Kim Seul-gie), hantu perawan yang penuh nafsu.  

TV Series Review: High Society - Part 2


Sinopsis: Jang Yoon-ha merupakan putri bungsu dari salah satu keluarga kaya dan terkemuka di Korea, namun ternyata status tersebut tidak menjadi sesuatu yang menarik bagi wanita muda itu. Meskipun menjadi ahli waris dari keluarga kaya Yoon-ha justru memutuskan untuk menyembunyikan identitas aslinya dan bekerja sebagai karyawan paruh waktu di pasar makanan. Wanita yang sejak kecil telah haus kasih sayang dari keluarganya itu memiliki dua tujuan, ia ingin hidup mandiri dengan menggunakan pendapatan sendiri, dan berikutnya menemukan seorang pria yang mencintainya sebagai Yoon-ha wanita biasa, bukan ahli waris dengan tahta dan harta.