16 November 2014

Movie Review: Boyhood (2014)


"Look at the stars, look how they shine for you."

Hidup merupakan sebuah perjalanan dengan sebuah tujuan, dikelilingi oleh hal-hal penuh warna-warni yang tidak selamanya menjadikan perjalanan itu terasa mulus. Banyak tantangan, banyak kesulitan, banyak pelajaran, namun dipenuhi pula dengan berbagai sukacita dan kegembiraan. Film ini menawarkan semua hal tadi dalam durasi 165 menit, bukan hanya satu melainkan berbagai masalah ia gunakan untuk memberikan anda sebuah pengalaman dan pelajaran yang menarik tentang kehidupan dengan menyaksikan seorang anak laki-laki tumbuh besar selama satu dekade lebih. Boyhood: a great and masterclass time-lapse journey of life.

Mason Evans, Jr. (Ellar Coltrane) merupakan anak laki-laki berusia enam tahun yang harus tumbuh di dalam sebuah broken home family. Ia tinggal di Texas, dan bersama dengan kakaknya, Samantha Evans (Lorelei Linklater) kini berada dibawah asuhan ibu mereka, Olivia Evans (Patricia Arquette), seorang guru dengan tingkat disiplin yang tinggi. Mason dan Samantha mendapat kesempatan untuk berkumpul bersama ayah mereka, Mason Evans, Sr. (Ethan Hawke), setiap akhir minggu, yang kerap mereka habiskan dengan kegiatan bersenang-senang karena sang ayah sendiri memiliki kepribadian yang berbeda dengan ibu mereka. 

Ayah Mason adalah pria yang berjiwa bebas dan terbuka, dan perbedaan tersebut yang kemudian membuka mata Mason pada dunia ketika ia bertumbuh dewasa. Berbagai permasalahan silih berganti hadir mengisi kehidupannya, dari terus berpindah tempat tinggal karena kisah asmara sang ibu, serta melakukan aksi-aksi nakal sejak ketika ia masih kecil, remaja, hingga dewasa, dari yang berhubungan dengan alcohol, kehidupan asmara, rasa sakit dan gembira, hingga terus menjaga mimpinya terkait fotografi, Mason mendapatkan perjalanan hidup yang dipenuhi dengan kesulitan dan pelajaran, duka dan sukacita. 



Jika anda membutuhkan sebuah inspirasi atau penyegaran singkat tentang kehidupan, mungkin Boyhood adalah salah satu pilihan yang paling tepat, karena selama hampir tiga jam ia akan mampu memberikan anda sebuah penggambaran singkat namun padat tentang kehidupan, dan berkat kepiawaian Richard Linklater untuk menjadikan mata Mason seolah menjadi mata penontonnya semua yang ia rasakan akan tinggal lama di pikiran anda. Apa saja? Mari mulai dari awal, dari sebuah teori sederhana tentang masalah atau hambatan yang tidak selamanya buruk, karena hambatan merupakan sebuah berkah yang tersembunyi. Sangat suka pada cara Linklater untuk memulai semuanya dari titik ini, ia tidak memulai semuanya dengan sesuatu yang indah, namun kemudian sukses menawarkan petulangan yang indah ketika kita diajak untuk mengikuti karakter menghadapi berbagai hambatan itu.

Petualangan yang indah, ia pintar dalam menggunakan proses pertumbuhan Mason sebagai sebuah sarana untuk menjejalkan berbagai isu yang mungkin akan mampu memberikan sentilan kecil pada momen ketika ia hadir, namun tidak sedikit pula yang akan semakin menyadarkan penontonnya ketika ia telah berakhir. Boyhood adalah suka dan duka dari kehidupan, berbagai masalah yang kita saksikan seperti orang-orang yang singgah dalam kehidupan kita untuk meninggalkan pelajaran dan saran terkait bagaimana kita untuk membuka jalan hidup kita kedepan dan melanjutkan perjalanan kita. Dari kesulitan yang kemudian membuat kita semakin kuat, rasa sakit yang akan menghasilkan sebuah sukacita, Boyhood seperti ingin memberitahu sesuatu yang sangat sederhana, bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita hadir dengan membawa suatu alasan.


Mengapa perlu dua paragraf untuk membahas konsep tadi, karena kekuatan utama dari Boyhood terletak disana, itu yang membuat ia terasa megah ketika telah selesai dibalik tampilan sederhana yang terus eksis sejak awal hingga akhir, dan karya terbarunya ini juga semakin memperkuat image Richard Linklater sebagai seorang maestro dalam hal mendongeng. Anda dapat mengatakan proses membentuk Boyhood yang hanya memakan waktu satu bulan lebih namun dalam rentang waktu 12 tahun itu dapat dilakukan oleh filmmaker lain di masa yang akan datang, namun saya yakin kapsul waktu yang menuntut kesabaran tingkat tinggi dengan kualitas yang  lebih baik dari ini akan sulit untuk kita temukan satu dekade mendatang, terutama bukan hanya pada fokus penggunaan waktu itu tapi pada kemampuan ia mampu mencampur visi dan misi yang ia bawa.

Ya, semua isu yang Boyhood miliki mungkin dapat anda temukan di berbagai film lainnya, bahkan disini Richard Linklater seperti membentuk terlebih dahulu isu kecil yang mayoritas familiar, dan kemudian baru menjahit mereka dengan sedikit sentuhan dokumenter, tapi taste yang ia hasilkan terkati kehidupan itu yang terasa special, kombinasi hitam dan putih dari kehidupan yang terasa manis, natural tanpa terkesan dipaksakan. Dengan cepat kita akan merasa seolah menjadi bagian dari kehidupan Mason, menjadi bagian dari keluarganya, beberapa bagian bahkan mungkin akan cukup mampu untuk melakukan recall pada kenangan masa lalu anda, dan setelah karakter terasa menarik kita kemudian dibawa mengamati secara intim pertumbuhan karakter lengkap dengan masalah terkait kehidupan berisikan pesan yang mayoritas ditampilkan secara implisit, tersembunyi tapi memberikan dampak yang kuat.


Benar, dampak yang kuat, kalimat “I just thought there would be more” bahkan mungkin mampu membuat anda mengulas kembali kesuksesan dan kegagalan yang pernah anda alami, dan itu menghasilkan apresiasi anda yang akan semakin besar pada kehidupan anda. Film dengan tipe seperti ini selalu mampu meninggalkan bekas yang mendalam, film yang tampak santai namun berhasil menyampaikan pesan yang ia bawa dalam kuantitas dan kualitas yang menawan. Boyhood punya ambisi besar yang di transfer kedalam eksekusi sederhana, tidak mau mengandalkan melodrama berlebihan untuk mencuri atensi dan lebih memilih untuk meraih hal tersebut dengan menggunakan pesona baik itu karakter dan juga cerita, serta pemanfaatan momen kecil dan besar yang tepat bersama transisi mulus yang menyatu dengan realistis tanpa harus kehilangan upaya untuk menjadi penggambaran kehidupan sosial modern yang mudah untuk dinikmati.

Kunci lain dari kesuksesan Boyhood menjadi salah satu film paling menarik di tahun ini terletak pada divisi akting. Beberapa hal teknis memang punya andil yang juga tidak kalah penting, seperti screenplay yang punya peluang besar meraih posisi teratas di tahun ini, begitupula dengan editing yang mengubah rentang waktu 12 tahun itu menjadi sebuah alur yang terasa halus, tapi kemampuan karakter menarik masuk penonton kedalam kehidupan mereka punya andil yang lebih besar. Performa Ellar Coltrane mungkin bukan yang terbaik di tahun ini, tapi ia tidak pernah gagal menjaga daya tarik Mason, terutama pada bagaimana cara ia menjadikan semua yang terjadi pada Mason tidak tampak seperti kartun, terasa natural. Sektor pendukung juga tidak kalah kuat, Ethan Hawke memberikan penampilan efektif yang layak diganjar nominasi Oscar nya yang kedua di bagian akting, sedangkan Patricia Arquette seolah menjadi representasi tersembunyi dari Boyhood, mayoritas emosi berasal dari Olivia.



Overall, Boyhood adalah film yang memuaskan. Memberikan kesempatan pada penontonnya untuk mengintip perjalanan hidup karakter utama, Boyhood justru tidak pernah berhenti memberikan kejutan sejak awal hingga ketika ia berakhir dengan menggunakan berbagai isu terkait kehidupan, sebuah karya sederhana yang sangat mudah untuk dikagumi berkat keberhasilan Richard Linklater mengubah visi berani di awal itu menjadi pengalaman menyenangkan berisikan crossover berbagai genre, dari drama, family, comedy, hingga romance, dan semua dicampur dalam sentuhan coming-of-age bersama dengan character study yang bukan hanya manis, tapi cantik. Unforgettable.





9 comments :

  1. coba aja pilem ini ga dibikin selama 12 tahun dengan org yang sama...sy rasa ga ada yg spesial dr pilem ini dibandingin drama2 yg lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Konsep yang kuno banget ah itu, sama aja seperti mengatakan “coba aja setan merah gak dilatih selama dua dekade lebih oleh orang jenius yang sama, saya rasa gak ada yang special dengan mereka dibandingin tim2 papan bawah medioker lainnya.” LOL. Tentu ada yang special dari sesuatu yang dibangun dengan cara yang special. :)

      Delete
    2. Tapi mas, bukankah pencapaian nya itu yg menentukan... Everton dilatih oleh moyes selama 11 taun tanpa menghasilkan apa-apa, spesial sih memang tapi bukankah hal itu akan mudah terlupa karena tida ada hal lain nya yg membuat ia pantas di ingat... Dan nyatanya everton tida ada bedanya dengan tim medioker lain nya... Jadi Jangan sampai kita jadi orang yg menganggap everton adalah tim yg spesial karena di bangun cara yg spesial oleh moyes... Membangun dengan cara yg spesial adalah nilai plus dari sesuatu yg berhasil di bangun dengan cara itu... Intinya tetap pada pencapaian itu sendiri...

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
    4. Ouwh iya mas, padahal moyes terbilang berhasil karena bukan hanya membuat everton tetap bertahan di divisi utama tapi juga mampu membuat everton tampil konsisten di papan tengah dan menjadi salah satu tim papan tengah yg disegani serta sering menyulitkan tim-tim papan atas tapi tetap itu semua tida mampu merubah status tim yg di latihnya... Ouwh iya, sebenernya saya sendiri belum nonton film ini tapi entah kenapa saya merasa perlu menanggapi komen mas rory atas van houten... Maaf ya mas panjang jadinya... Hehehe :-)

      Delete
    5. Pov setiap orang kan berbeda, ada yang menilai kesuksesan itu selalu tentang hasil akhir, tapi ada juga yang merasa proses/usaha adalah bagian terpenting dari kepuasan mereka. Striker yang keren ngak harus punya banyak koleksi gol kan? Lagipula Everton bisa stabil sekarang karena pondasi yang dibangun Moyes dengan segala keterbatasan dana, dan itu pencapaian yang sangat pantas diingat. Diputus disini ya, terlalu melenceng dari film. :)

      Delete
    6. Yupz, semua tergantung pada sudut pandang masing-masing :-)

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Untuk yg suka style tanpa mementingkan cerita sama sekali, mungkin film ini untuk anda tapi untuk yang mengharapkan cerita dengan penuturan dan gaya bercerita yg baik atau sekedar lumayan saja, film ini bukan untuk anda... Film ini nyaris tidak memberikan kejutan apa-apa selain dari pembuatan nya yg memakan waktu 12 tahun itu... Film ini jelas menunjukkan bahwa Sang sutradara mempunyai kemampuan yg buruk dalam bercerita dan ia menutupinya dengan hal yg unik. Tujuan nya jelas, sedari awal penonton di giring untuk menitik beratkan kepada bagaimana film ini di buat karena dari segi cerita dia tidak punya apa-apa... Saya yakin siapa pun yg bilang film ini bagus, atau bahkan sangat bagus dari awalnya sudah terpukau dengan cara film ini di buat dan dalam keadaan seperti ini, apa pun yg terjadi dalam film tidak akan memeberikan perubahan yg berarti dalam penilaian nya... Jadi bagi yg hanya sekedar penasaran, saya sarankan tidak usah mencoba atau kau hanya akan membuang waktu!!!

    ReplyDelete