02 March 2015

Review: The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water (2015)


"Welcome to the apocalypse, Mr. Squidward. I hope you like leather."

Tidak bisa dipungkiri memang hal utama yang menjadikan film ini berhasil meraih atensi yang sangat besar adalah pilihannya untuk menghadirkan karakter-karakter yang sudah sangat familiar itu kedalam bentuk live action, memberikan penonton kesempatan untuk menyaksikan SpongeBob, Patrick, Squidward, Mr. Krabs, hingga Plankton tidak hanya melakukan aksi gila mereka di Bikini Bottom namun masuk ke dunia di atas mereka, menciptakan kekacauan yang lebih besar dengan wujud yang juga lebih besar. The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water is a good entertainment with crazy good explosion. "Hilarious".

Plankton (Mr. Lawrence) kembali berurusan dengan SpongeBob SquarePants (Tom Kenny) dan Patrick Star (Bill Fagerbakke) karena ia berniat untuk mendapatkan resep rahasia milik Mr. Krabs (Clancy Brown). Tapi suatu ketika resep rahasia yang tertulis di selembar kertas itu tiba-tiba menghilang, dan menariknya hal tersebut menimbulkan kehebohan besar bukan hanya pada SpongeBob dan Patrick tapi juga melibatkan Squidward (Rodger Bumpass) serta Sandy (Carolyn Lawrence). Penyebabnya adalah sebuah fakta bahwa lembar rahasi itu ternyata merupakan bagian dari buku ajaib yang hendak digunakan oleh bajak laut Burger-Beard (Antonio Banderas) untuk menuliskan segala keinginan jahat yang ingin ia lakukan. 



You don’t have to be a die-hard fan to love this funny mess. Dengan sinopsis standard lalu kemudian berjalan dengan plot yang sangat tipis film ini masih mampu memberikan sebuah petualangan selama satu setengah jam yang cukup menyenangkan, seperti kumpul bersama teman-teman dekat dimana kamu dapat bercanda dan tertawa lepas dengan segala hal-hal konyol didalam sebuah taman hiburan. Ya, menyaksikan film ini ibarat mengikuti tur SpongeBob dan teman-temannya dengan berpindah-pindah dari satu wahana menuju wahana lainnya dengan cepat, masuk ke sebuah wahana lalu bertemu dengan lelucon hingga slapstick yang mampu membuat kamu tersenyum tapi dalam waktu singkat lantas berpindah menuju wahana lainnya. Seperti sebuah rollercoaster yang terus memompa kamu para penontonnya, Paul Tibbitt berhasil memberikan apa yang kita inginkan dari SpongeBob dan teman-temannya.



Hal yang paling menarik dari film ini adalah meskipun ia memiliki banyak karater yang sudah sangat familiar bahkan punya popularitas yang tinggi dan dicintai banyak orang, saya tidak begitu yakin apakah film ini bisa menghibur semua golongan usia. Memang banyak lelucon ringan yang mampu menghasilkan tawa sehingga akan membuat penonton dewasa tidak merasa rugi mengikuti cerita bergerak, tapi seperti yang kita ketahui bersama SpongeBob dan teman-temannya punya satu ciri khas yang membuat kita mencintai mereka, aksi hiperaktif yang tampil dalam waktu singkat dan lalu diakhiri dengan sebuah hit yang manis. Nah, kamu bayangkan saja hal tersebut hadir dalam durasi yang jauh lebih panjang. Bukan masalah yang besar memang apabila sejak awal hingga ketika berakhir ia terus berada di kualitas yang sama, tapi film ini mengalami naik dan turun yang, well, cukup frontal.


The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water punya momen yang sangat lucu, tapi ketika ia tidak lucu kamu akan merasakan kelelahan yang ia miliki. Meskipun kamu sejak awal tidak berniat mengambil segala sesuatu yang ia berikan secara serius tapi sulit untuk menampik film ini juga punya beberapa momen miss yang cukup memorable. Energi yang film ini berikan tidak stabil sehingga ia tidak punya alur yang dinamis untuk menjaga ketertarikan penonton pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Di beberapa bagian saya merasa seperti hanya menunggu apa lelucon berikutnya yang akan hadir dibarengi dengan menikmati warna-warna cerah yang ia tampil sembari menunggu cerita bergerak setelah puas berputar-putar didalam sebuah lingkaran. Ya, ada satu hal yang layak kamu antisipasi dari film ini, kamu harus benar-benar terikat dengan pesona karakter karena jika suatu ketika pesona itu berkurang maka rasa lelah mungkin akan datang menghampiri.



Tunggu dulu, kelemahan itu tidak lantas membuat semua menjadi kacau, bahkan ia akan terasa minor jika kamu hanyut bersama visual yang mampu memberikan kepadatan yang meyakinkan, hal yang tidak dimiliki oleh cerita. Usaha Paul Tibbitt dan timnya yang seperti ingin terus mengguyur penonton dengan hal-hal menyenangkan berhasil di sektor visual termasuk didalamnya elemen live-action world yang mampu memberikan imajinasi menarik dari masing-masing karakter, meskipun kualitas 3D cukup berimbang cenderung tidak istimewa. Begitupula dengan pengisi suara yang mampu memberikan kehidupan pada karakter dalam menjual berbagai lelucon kepada penontonnya. Tapi sayangnya hal memorable dari film bagi saya hanya elemen live-action world itu, lebih menyenangkan film pertamanya yang secara kualitas presentasi juga memiliki tempo yang lebih sehat bagi penonton muda.



The Lego Movie tahun 2015? Ah, tidak, The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water memang berhasil memberikan tawa lepas yang menyenangkan bersama visual yang manis, tapi jika ketika ia tampil di televisi kamu memperoleh beberapa pesan terkait persahabatan misalnya disini kualitas isu "teamwork" yang ia bawa tidak mumpuni. A good entertainment, ia memang berhasil memberikan apa yang kita inginkan dari SpongeBob dan teman-temannya tapi petualangan penuh hingar-bingar dengan segala aksi hiperaktif itu terasa overdo, dan jangan heran ketika selesai menonton senyuman yang kamu peroleh akan bersanding dengan rasa lelah. Don't say I didn't say I didn't warn ya, it’s surprisingly segmented.









0 komentar :

Post a Comment