08 December 2014

Review: Horrible Bosses 2 (2014)


"New crime. Same tools."

Sekuel selalu menjadi sebuah pedang bermata dua, ia bisa meneruskan kesuksesan yang telah diraih pendahulunya, bahkan tidak sedikit yang mampu memberi penonton suguhan yang lebih baik, tapi di sisi lain ia juga dapat menjadi sebuah noda yang melukai pencapaian pendahulunya. Horrible Bosses 2 adalah sebuah noda bagi film pertamanya yang tiga tahun lalu bukan hanya sukses menjadi box-office hit tapi juga menjadi sebuah komedi "menjijikkan" yang menyenangkan.

Nick (Jason Bateman), Dale (Charlie Day), dan Kurt (Jason Sudeikis) kini sedang berusaha untuk membuat penemuan mereka yang bernama Shower Buddy masuk kedalam pasar industry dan dikenal luas, dan keinginan mereka tercapai ketika pria bernama Rex (Chris Pine), bersama perusahaan milik ayahnya Burt (Christoph Waltz) melakukan pemesanan dalam jumlah sangat besar kepada mereka. Tapi ternyata Burt punya misi lain dan kesepakatan yang telah mereka buat ia ingkari, tindakan yang meledakkan amarah Nick, Dale, serta Kurt dan membuat mereka berencana melakukan penculikan dengan tebusan sebagai jalan untuk mendapatkan kembali bisnis mereka. 



Kalau kamu mendengar kata sekuel apa yang pertama terlintas di pikiran kamu? Usaha untuk memperbaiki? Usaha untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik? Tidak, bagi saya adalah uang. Ya, ini semua tentang bisnis, mari lanjutkan sesuatu yang dahulu telah menciptakan sebuah kesuksesan meskipun tidak di dukung dengan sesuatu yang jauh lebih menarik. Horrible Bosses menarik karena mereka memasukkan berbagai komedi standard kedalam konsep yang terbilang pintar, balas dendam sederhana yang padat dengan bumbu vulgar yang tidak kelewat batas, ia juga punya energi yang berhasil disalurkan kepada penonton untuk membuat kita tertawa besar. Hal menarik itu memang kembali hadir di film ini tapi sayangnya dengan kualitas yang tidak sama baiknya.



Bagaimana tidak sama karena secara sepintas saja kamu akan dapat menilai kalau Horrible Bosses 2 murni melukakan copy dan paste dari apa yang pernah dilakukan film pertama, total tanpa sesuatu yang benar-benar segar. Oh, mungkin ada beberapa hal yang baru tapi tidak mampunya ia mencuri perhatian membuat ia mudah untuk terlupakan, dengan segala kemiripan itu ditangan Sean Anders film ini terasa super predictable, dan itu cukup mengejutkan karena Anders sendiri merupakan sosok dibalik beberapa komedi yang menyenangkan seperti Hot Tub Time Machine, She's Out of My League, dan We're the Millers, tapi disini cerita yang ia buat terasa kaku. Itu masalah utama film ini, kehilangan ledakan dan kesan liar yang membuat film pertamanya menarik, semua dikarenakan sikap malas yang terlalu kental.



Iya, ini adalah film pemalas, atau jika kamu merasa kata itu terlalu berlebihan sebut saja ini film yang terlalu percaya diri akibat kesuksesan yang pernah mereka raih sehingga menjadi terlena dan terlalu santai. Contoh sederhananya adalah unsur caper yang mereka pakai, itu membuktikan bagaimana tim dibalik layar seperti sudah kehabisan ide segar, memang bukan sesuatu yang tabu tapi pemakaian elemen itu untuk memperluas cerita dari sekedar balas dendam kepada boss justru menjadi sumber masalah terbesar, fokus utama jadi terasa sangat lemah, banyak ruang bagi komedi-komedi dan aksi absurd, kita tidak punya irama atau kecepatan yang stabil hingga akhir, dan ketika mayoritas lelucon yang mereka berikan gagal mencapai sasaran hasilnya adalah rasa jengkel menyaksikan tiga pria yang saling berteriak untuk menjadikan dirinya tampak lucu.



Mungkin faktanya tim dari sutradara hingga para aktor telah memberikan usaha serius yang sangat besar pada Horrible Bosses 2, tapi hal tersebut tidak tampak didalam layar, justru terasa pemalas dan tampak kurang serius, “membuang” konsep “boss” untuk masuk kedalam aksi penculikan yang terasa sangat longgar, dampaknya fokus terasa kurang kuat sehingga aksi absurd dan childish yang mereka lakukan lebih terasa seperti kekacauan menjengkelkan ketimbang menjadi sebuah ironi. Horrible Bosses 3? Argh, please don’t.









0 komentar :

Post a Comment