29 December 2014

Review: Night at the Museum: Secret of the Tomb (2014)


"Why don't you take a picture, it'll last longer!"

Film ketiga dari kehidupan malam di museum yang pertama kali hadir delapan tahun yang lalu ini seperti sebuah kendaraan sewaan dengan durasi sewa yang belum habis sehingga membuat sang peminjam memilih untuk mengisi waktu sisa tadi dengan berputar-putar tanpa arah. Memang ada momen lucu, memang ada momen ketika nostalgia pada karakter hadir kehadapan kita, tapi Night at the Museum: Secret of the Tomb tidak berhasil menjadi sebuah perpisahan yang akan dikenang lama oleh penggemarnya.

Dr. McPhee (Ricky Gervais) bersama dengan Larry (Ben Stiller) berencana untuk mengumpulkan seluruh isi Museum of Natural History dalam rangka menyelenggarakan sebuah acara yang tidak akan terlupakan. Celakanya kekuatan magis dari Ahkmenrah mulai hilang yang menjadikan Larry bersama timnya, Teddy Roosevelt (Robin Williams), Jedediah (Owen Wilson), Octavius (Steve Coogan), monyet Dexter (Crystal), Sacagawea (Mizou Peck), Attila the Hun (Patrick Gallagher), dan juga Ahkmenrah (Rami Malek) untuk kembali ke museum London, bertemu dengan Merenkahre (Ben Kingsley) untuk membantu mereka memulihkan kekuatan dari tablet milik Ahkmenrah. 



Jika kamu perhatikan dengan seksama synopsis diatas kamu pasti akan mengerti perumpamaan yang saya gunakan di awal tadi. Yang tersisa dari film ini sesungguhnya sudah sangat sedikit, kasarnya malah tidak ada lagi materi menarik yang dapat Shawn Levy gunakan untuk bersama-sama dengan karakter mengucapkan salam perpisahan, dan hasilnya film ini ibarat daur ulang dari dua film pendahulunya dengan hasil yang tidak lebih baik, dan tidak lebih segar, dan tidak lebih menarik. Saya tidak ingin mengatakan ini sebuah hiburan yang mengerikan karena faktanya saya tidak memperoleh kondisi dimana saya merasa terpaksa untuk tetap tinggal di kursi saya, tapi kalau kesan dipaksa untuk merasakan hingga tertawa bersama karakter oleh Shawn Levy itu terasa sangat jelas.

Ya, ini film yang terasa sangat dipaksakan kehadirannya, seperti melayang-layang dengan semangat yang juga sudah sangat kecil. Bagaimana bisa terasa menyenangkan ketika karakter sendiri tidak tampak senang melakukan apa yang mereka lakukan, momen energik banyak sekali yang terasa datar, momen lucu dan menggemaskan juga sulit untuk ditemukan. Awalnya menarik tapi setelah itu semua terasa sangat lesu, berisikan pengulangan dari metode lama yang mungkin akan berhasil di jika di terapkan di film pertamanya dahulu, skenario suram yang kehilangan kekuatan imajinatif yang kita rasakan di film pertamanya itu, kurang cekatan dan cermat dalam mengolah materi serta senjata yang ia miliki, banyak blunder yang menjadikan apa yang mereka berikan sering terasa miss.



Bukannya tidak ada momen yang lucu, contohnya seperti kehadiran Rebel Wilson yang kerap selalu mencuri atensi ketika gilirannya tampil tiba, tapi bersama dengan Ricky Gervais ia kurang dimanfaatkan. Contoh lainnya adalah tingkah childish yang diterapkan dalam menyampaikan elemen komedi juga tidak sedikit yang setidaknya memberikan kamu senyuman kecil, tapi sisanya adalah manipulasi yang semata-mata hanya memanfaatkan sisa potensi yang masih ia miliki untuk meraih keuntungan di sector finansial. Ini menyedihkan ketika kita mendapatkan perpisahan yang sulit untuk dikenang, sebuah perpisahan dimana kita dipaksa untuk suka dengan mereka hanya karena kita telah mengenal karakter-karakter tadi sejak lama, merasa peduli pada narasi yang kurang tangkas dalam mempermainkan energi yang ia miliki.



Apa yang selama ini kita kenal dari Night at the Museum memang kembali hadir pada Night at the Museum: Secret of the Tomb, namun sayangnya tidak semua dari mereka hadir dengan kualitas yang sama baiknya. Film ini adalah contoh dimana hasil yang tercipta selalu tidak jauh berbeda dengan usaha yang kita berikan, film ini terasa tidak mencoba untuk menjadi kemasan penutup yang memorable, sebuah formalitas yang kurang energik dan miskin imajinatif, sehingga hasilnya adalah sebuah perpisahan yang kurang menyenangkan.






0 komentar :

Post a Comment