Keputusan memecah novel
terakhir dari petualangan Harry Potter
dan teman-temannya di dunia sihir menjadi dua bagian film sebenarnya memiliki dampak
positif dan juga negatif. Positifnya adalah dengan begitu terdapat kesempatan yang
lebih besar bagi materi dari novel untuk hadir di layar lebar, namun dari sana pula
dampak negatif kemudian dapat lahir, jika kesempatan itu tidak dimanfaatkan
dengan baik salah satu dari dua part tersebut punya potensi besar untuk kurang
berhasil menjadi sebuah sajian yang padat. The
beginning of the end, berikut adalah film ketujuh dari Harry Potter film series, Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 1,
another puzzle solving journey with accio and one cute but depressing little
dance.
Showing posts with label 2010. Show all posts
Showing posts with label 2010. Show all posts
Movie Review: First Love (A Little Thing Called Love) (2010)
Sebenarnya film ini merupakan satu paket bersama
You Are the Apple of My Eye, namun sayangnya harus dirilis sehari lebih lama
karena berbagai pertimbangan yang cukup aneh yang saya alami. Well, film
Thailand adalah film horror, dan itu telah sejak lama menjadi pandangan saya
terhadap film dari negeri gajah putih itu. Hal tersebut menjadikan adaptasi
saya yang cukup sulit, terlebih First Love (A Little Thing Called Love/Crazy Little Thing Called Love) punya hype yang
cukup besar dengan genre rom-com untuk menceritakan kisah coming-of-age yang ia
miliki.
Movie Review: The Secret World of Arrietty (2010)
Arrietty (Mirai Shida), gadis
berusia 14 tahun, bersama kedua orang tuanya, Pod (Tomokazu Miura) dan Holmily
(Shinobu Ohtake), tinggal dibawah rumah seorang wanita tua bernama Sadako Maki
(Keiko Takeshita). Arrietty dan kedua orang tuanya merupakan Little People,
yang hanya memiliki tinggi sekitar 4 inchi. Little People tidak boleh terlihat
oleh manusia biasa. Celakanya, Shō (Ryunosuke Kamiki), keponakan Sadako yang
berkunjung dalam rangka mencari suasana tenang sebelum operasi hati, melihat
Arrietty.
Movie Review: Mozart's Sister (2010)
Pada tahun 1763, Leopold Mozart (Marc Barbé) bersama Istrinya
Anna-Maria Mozart (Delphine Chuillot) dan kedua anak mereka Nannerl Mozart
(Marie Féret) dan Wolfgang Mozart (David Moreau) berkeliling Eropa dengan
tujuan utama memperkenalkan bakat musik dari Nannerl dan Wolfgang. Nannerl,
remaja berusia 14 tahun yang merupakan kakak perempuan dari Wolfgang Mozart,
yang berusia 4.5 tahun lebih muda. Mereka berdua memiliki bakat yang sangat
memukau di bidang music, Wolfgang pada biola, dan Nannerl di piano. Nannerl
yang pada kenyataannya memiliki bakat yang mungkin lebih besar ketimbang
Wolfgang, dilarang oleh ayahnya untuk memainkan biola, dengan alasan biola
tidak cocok dimainkan oleh wanita. Nannerl mencoba lepas, namun ternyata gagal.