Showing posts with label 2016. Show all posts
Showing posts with label 2016. Show all posts

Review: A Cure for Wellness [2016]


"No one ever leaves."

Terdapat tiga hal yang mencolok dari film terbaru dari sutradara yang pernah menukangi ‘The Ring’, tiga buah film ‘Pirates of the Caribbean’, ‘Rango’, dan ‘The Lone Ranger’ ini yaitu ia punya unsur sci-fi dan fantasy, lalu horror, dan juga thriller, ketiganya ditemani dengan misteri yang eksis pada sebuah “lokasi” misterius. Hmmm, Ex Machina? Mencoba tampak unik and strange ‘A Cure for Wellness´ dapat dikatakan “serupa” dengan ‘Ex Machina’ namun pertanyaannya adalah apakah kualitas mereka juga sama mengingat menghadirkan sebuah kisah “unik and strange” yang konsisten tampil menarik sejak awal hingga akhir bukan sebuah pekerjaan yang mudah.

Movie Review: La La Land (2016)


“City of stars, are you shining just for me?”

Drama, comedy, action, horror, romance, thriller, sci-fi, mungkin jika dibandingkan dengan genre-genre tadi musical dapat dikatakan tertinggal jauh dalam hal popularitas. Meskipun pernah berada di golden age kini musical genre lebih identik dengan film animasi, tetap berada di kategori “less mainstream” meskipun telah memiliki film-film seperti Moulin Rouge!, Chicago, Sweeney Todd: The Demon Barber of Fleet Street, Nine, dan Les Misérables sebagai anggotanya. Dapatkah musical genre mencuri atensi dalam skala besar? Of course, here's to the ones who dream, perpaduan contemporary, modern, fantasy, and reality bersama sweet tunes plus catchy dances. La La Land: a joyful ode to love and life, dreams and imagination.

Review: Toni Erdmann (2016)


Perkembangan jaman memang membawa manusia bergerak maju untuk bertemu berbagai hal baru yang lebih canggih dan lebih modern namun di sisi lain hal tersebut tidak jarang pula menghasilkan sisi negatif. Ambisi yang lebih besar membuat tekanan juga menjadi lebih besar, dampak dari tekanan tersebut beraneka ragam salah satunya membuat manusia terkadang lupa bagaimana cara menikmati hidupnya serta what’s worth for living. Hal tersebut yang digambarkan dengan sangat baik oleh film yang menjadi wakil negara Jerman di kategori Best Foreign Language Film at the 89th Academy Awards ini, Toni Erdmann, a sweet combination between funny and heartwrenching.

Review: The Salesman (2016)


Salah satu bagian awal film terbaru dari sutradara Asghar Farhadi ini dapat dikategorikan sebuah action scene. Spoiler? Tidak, namun hal tersebut berhasil menjadi sebuah setup yang manis untuk petualangan yang hadir selanjutnya. Meskipun dibuka dengan sedikit action namun tenang saja karena film terbaru dari sosok di balik acclaimed drama seperti About Elly, A Separation, dan The Past ini masih menggunakan senjata favoritnya, yaitu kisah yang mencoba mengeksplorasi tentang keluarga dan pernikahan. Another complex and thoughtful drama from Asghar Farhadi here’s The Salesman (Forushande). It’s another psychothriller from Asghar Farhadi.

Review: The Autopsy of Jane Doe (2016)


"Every body has a secret."

Selain jumlah mereka yang berada di kategori buruk tahun lalu genre horror juga berhasil menelurkan film-film horror yang oke hingga baik dalam jumlah yang tidak kalah besarnya. The Wailing, The Witch, Under the Shadow, hingga Train to Busan, itu empat dari enam film horror terbaik yang kami pilih tahun lalu. Salah satu di antara mereka adalah film ini, The Autopsy of Jane Doe, karya terbaru dari sutradara yang sempat mencuri perhatian dengan mockumentary berjudul ‘Trollhunter’ ini berhasil mengajak penonton untuk bertemu serta merasakan hal utama yang kita cari dari sebuah film horror: fear.

Movie Review: Patriots Day [2016]


"It’s terrorism."

Dengan mengesampingkan ‘Battleship’ maka tiga dari empat film terakhir di mana Peter Berg menjadi sutradara merupakan sajian action dengan suspense yang oke, dari yang dikombinasi bersama komedi di ‘Hancock’, war di ‘Lone Survivor, hingga sebuah bencana di ‘Deepwater Horizon’. Di film terbarunya ini, Patriots Day, Peter Berg kembali membuktikan kepiawaiannya dalam bermain dengan kekuatan yang dimiliki oleh suspense tadi, membawa sebuah kisah nyata tentang tragedy bom di kala pagelaran Boston Marathon untuk menyajikan sebuah kisah tentang human spirit yang terasa gripping and compelling.

Movie Review: Master [2016]


Berangkat dari seorang cinematographer pada tahun 2013 yang lalu sutradara Cho Ui-seok berhasil mencuri perhatian cinema di Korea sana lewat karyanya yang berjudul Cold Eyes, sebuah perpaduan action, crime, dan thriller dibintangi oleh Jung Woo-sung dan Han Hyo-joo yang sukses menjadi hit. Tahun lalu Cho Ui-seok kembali menyajikan karya terbarunya yang tidak dapat dikatakan “fresh” pula, kembali bermain di ranah action dan crime kini ia merangkul tiga aktor populer Korea Lee Byung-hun, Kang Dong-won, dan Kim Woo-bin di dalam film yang berjudul ‘Master’.

Review: Neruda (2016)


Semenjak mencuri perhatian lewat kisah tentang obsesi terhadap John Travolta sutradara asal Chile bernama Pablo Larraín secara konsisten menelurkan karya-karya yang dapat dikatakan selalu menunjukkan progress tumbuh positif di dalam filmography miliknya. Puncaknya tahun lalu ia menjadi sutradara sebuah film biopic berjudul ‘Jackie’ yang telah siap mengantarkan Natalie Portman untuk kembali meraih piala Oscars. Namun tahun lalu faktanya Larraín punya dua buah film, satunya lagi berjudul ‘Neruda’. Just like ‘Jackie’ it’s not a “standard” biography.

Movie Review: The Great Wall [2016]


"I was born into battle."

Sebagai bangunan terpanjang yang pernah dibuat oleh manusia hingga saat ini Great Wall of China atau Tembok Besar China tentu saja menyimpan banyak cerita di dalamnya baik dari itu yang bersifat mitos hingga fakta. Hal tersebut menjadi sasaran empuk untuk menjadi materi cerita dan di tangan salah satu sutradara kenamaan China, Zhang Yimou, kisah di Great Wall of China itu coba digunakan sebagai materi bagi sebuah monster blockbuster dengan budget super besar dan membuatnya meraih predikat the most expensive film ever shot entirely in China. Hasilnya? 

Movie Review: It's Only the End of the World [2016]


Selalu terdapat rasa tertarik yang besar pada setiap karya terbaru dari Xavier Dolan, filmmaker berusia 27 tahun yang telah sukses mencuri perhatian lewat karya-karyanya yang mampu menyajikan isu klasik ke dalam bentuk sebuah penggambaran yang “interesting”. Berhasil mencuri perhatian khalayak luas lewat ‘Mommy’ kini Dolan kembali lewat sebuah “drama” yang klasik namun terasa eclectic, It's Only the End of the World (Juste la fin du monde), perwakilan dari negara Kanada di kategori Best Foreign Language Film ada ajang Oscars. It’s an emotional dizziness.

The 6th Annual PnM Awards Nominations


Halo, apa kabar? Terasa sedikit “aneh” memang setelah terhitung cukup lama tidak menghadirkan review kini kami kembali justru melalui something yang bersifat “important” yaitu, nominasi PNM Awards 2017. Liburan akhir tahun yang surprisingly terasa melebihi ekspektasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mengapa di tahun 2017 yang sudah berjalan tiga minggu ini rorypnm hanya baru menghadirkan satu buah review. Absen tersebut harus berlanjut ketika something “gloomy” menghampiri salah satu penulis sehingga kami sepakat memperpanjang masa hiatus singkat itu, and in the end Top 12 Films of 2016 terpaksa diundur jadwal rilisnya. Coming soon btw, but first here's the 6th PNM Awards nominations!

Review: La La Land [2016]


"I just heard you play and I want to…"

Mungkin karena definisi dari kata cinta yang begitu beragam sehingga pada akhirnya terdapat begitu banyak rupa pendekatan yang dilakukan oleh filmmaker terhadap genre romance, dan tidak semua dari mereka berhasil tampil baik. Dengan konsep utama yang kerap terasa corny genre romance itu sebenarnya tidak ribet tapi dengan syarat filmmaker harus paham “peta” dari genre romance itu sendiri sehingga tahu “twist” semacam apa yang harus ia hadirkan ke dalam formula klasik dan klise tersebut. Sutradara ‘WhiplashDamien Chazelle paham pada "peta" tersebut dan tahu apa yang harus ia lakukan, mengolah kembali corny and classic concept tadi menjadi sebuah feel-good story yang menggabungkan kisah cinta dan musical. It’s like ‘Singin 'in the Rain’ meets ‘The Wizard of Oz’ with lovely modern twist.

PnM Awards 2017 Early Lists - Part 3


Review: Hidden Figures (2016)


"Every time we have a chance to get ahead they move the finish line."

Drama seperti ‘Hidden Figures’ ini sangat mudah untuk ditemukan di setiap penghujung tahun, sebuah drama yang mencoba mengangkat berbagai isu klasik dengan inti yaitu hak untuk memperoleh kesamaan derajat. Namun menariknya adalah tidak banyak yang berhasil mencapai tujuan utamanya tanpa meninggalkan kesan “preachy” yang terasa berat dan berlebihan, seolah sejak awal hingga akhir mencoba mengemis atensi, simpati, dan empati dari penontonnya. Di tangan white man yang juga merupakan sutradara ‘St. Vincent’ kisah tentang black woman ini tidak berakhir seperti itu, berhasil berbicara tentang equal rights dengan cara yang “right”.

Review: Live by Night (2016)


"We’re all going to hell."

Jika kamu masih ingat salah satu topik menarik di antara moviegoers pada tiga tahun yang lalu mengandung sutradara film ini di dalamnya, yaitu Ben Affleck. Saat itu Ben terpilih untuk memerankan Batman pada rencana besar DC membangun universe mereka dan kemudian hadir pertanyaan apakah Ben layak untuk memerankan tokoh ikonik tersebut. Tapi hal lain yang juga tidak kalah menarik adalah dengan terpilihnya dia sebagai Batman lalu bagaimana dengan kiprah karir Ben Affleck yang kala itu sedang mekar sebagai sutradara mengingat setahun sebelumnya ia memproduksi Argo. Now he’s back with ‘Live by Night’, but, yeah, he’s back.

PnM Awards 2017 Early Lists - Part 2