Showing posts with label Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Indonesia. Show all posts

Movie Review: Mencuri Raden Saleh (2022)

“Jangan percaya sama orang lain.”

Film tentang pencurian memang memiliki tugas yang tidak mudah, karena fokusnya adalah mengikuti satu kelompok yang merencanakan dan melakukan aksi kejahatan, bukan mengikuti orang-orang yang mencoba menghentikan para penjahat, otomatis akan lebih sulit untuk membangun semacam simpati antara penonton dengan para karakter penjahat. Tapi jika tugas itu berhasil dilaksanakan dengan baik maka film pencurian tersebut justru akan lebih mudah untuk menebar pesonanya, beberapa film seperti ‘The Italian Job’, Ocean's franchise, ‘Now You See Me’, hingga ‘Baby Driver’ bahkan bukan hanya berhasil menghibur saja namun menjadi heist film yang terasa memorable, jika dikemas dengan baik dan tepat. Hal yang berhasil dilakukan oleh film ini, yang dengan percaya diri yang tinggi menyebut aksi mereka sebagai pencurian terbesar abad ini. ‘Mencuri Raden Saleh’: a skillfully executed game. 


Movie Review: Sayap-Sayap Patah (2022)

“Nani sayang aku bikin nasi goreng kesukaanmu. Tunggu aku pulang!”

Mungkin dari poster-nya impresi pertama yang muncul ini adalah sebuah film drama percintaan, saya pun demikian pada awalnya dan kemudian berubah setelah mencoba mencari tahu cerita yang hendak film ini ceritakan. Sinopsisnya memang meninggalkan impresi serupa dengan poster, sepasang suami istri yang telah hidup bahagia, tapi di sisi lain di dalam cerita ada tragedi kerusuhan Mako Brimob tahun 2018, sebuah peristiwa yang berlangsung selama 36 jam saat terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para narapidana terorisme. Seketika impresi awal akan sebuah drama percintaan yang dihasilkan oleh poster tadi tergerus, meskipun sebenarnya tersirat kombinasi hal manis dan pahit dari kehidupan di balik aksi Ariel Tatum yang mencium Nicholas Saputra itu. ‘Sayap-Sayap Patah’: mencoba membuatmu melihat dan ikut merasakan.


Movie Review: 12 Cerita Glen Anggara (2022)

“Yang namanya cinta, ya cinta.”

Manusia tidak bisa hidup sendiri, tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Karena sebagai manusia kita saling membutuhkan satu sama lain, dari tegur sapa sederhana, gotong royong, bersimpati, berempati, serta membantu orang lain. Karena salah satu tujuan hidup manusia bukan hanya bertanggung jawab menjaga keberlangsungan hidupnya namun juga sekitarnya, bukan hanya untuk membuat dirinya sendiri hidup bahagia namun juga untuk menolong orang lain merasakan kebahagiaan. Sesuatu yang terkesan berat memang namun hal tersebut tadi coba dikemas dalam bentuk sebuah drama remaja yang ringan, santai, dan tenang oleh film ini, spin-off dari film ‘Mariposa’ yang rilis dua tahun lalu. ’12 Cerita Glen Anggara’: mencapai target yang tak dipasang tinggi.


Movie Review: Pengabdi Setan 2: Communion (2022)

Kini ku kembali datang, di hening dan durjana malam.

Memulai karirnya sebagai kritikus film, Joko Anwar meraih atensi industri perfilman Indonesia saat menjadi kompatriot Nia Dinata dalam menulis naskah film ‘Arisan!’, yang kala itu bersama ‘Petualangan Sherina’ dan ‘Ada Apa dengan Cinta?’ dianggap membawa angin segar bagi industri yang sempat lesu. Setelah itu berbagai karyanya yakni ‘Janji Joni’, ‘Kala’, ‘Pintu Terlarang’, ‘Modus Anomali’ dan ‘A Copy of My Mind’ secara perlahan semakin mengukuhkan nama Joko Anwar sebagai Sutradara yang “tepercaya”, meskipun tidak bisa ditampik bahwa ‘Pengabdi Setan’ punya peran yang sangat besar membantunya meraih atensi penonton lebih luas lagi. Mencetak angka empat juta penonton dan kurang lebih lima tahun menyandang status sebagai film horor Indonesia terlaris sepanjang masa, Joko Anwar mencoba mengajak penonton kembali bertemu ‘arwah Ibu’ dalam sebuah komuni. ‘Pengabdi Setan 2: Communion’: tick all the boxes of a horror, but.


Movie Review: Ghost Writer 2 (2022)

“Setidaknya aku pernah jadi bagian kecil dari hidup kamu. Dan itu cukup.”

“Bekerja sama dengan hantu” tentu saja merupakan sebuah ide yang menarik tapi biasanya film yang menggunakannya sebagai materi cerita akan cenderung dominan bermain di ranah komedi, ketimbang horor yang tentu saja lebih akrab diasosiasikan dengan sosok hantu. Maka jangan anggap remeh film yang mencoba menggabung dua elemen tadi, karena di samping mengemban tugas utama mengocok perut para penonton di sisi lain ia juga akan mencoba membuatmu bertemu dengan berbagai momen mengerikan untuk sekedar sejenak menggedor jantung, dan lebih baik lagi jika ia mampu mempermainkan emosi penonton, walau sedikit saja. Tiga tahun lalu film ‘Ghost Writer’ hadir, dan kini kerjasama beda alam itu berlanjut lagi menjadi semakin luas dan besar. Lebih bagus? ‘Ghost Writer 2’: horor komedi catchy dan menghangatkan hati.


Movie Review: Ivanna (2022)

“Kembalikan kepala saya!”

‘Danur’ dapat dikatakan merupakan seri film yang konsisten mencetak profit, sejak pertama kali muncul lima tahun yang lalu sudah tiga buah film rilis dan masing-masing berhasil menarik penonton di atas dua juta jiwa. Tidak heran jika kemudian muncul spin-off di mana yang pertama mencoba mengulik asal-usul karakter hantu bernama Asih, yang di film pertamanya juga menghasilkan pencapaian box office yang sangat mumpuni, meski film keduanya terkena dampak dari pandemi di tahun 2020. Lantas kali ini muncul spin-off berikutnya, dan karakter hantu yang coba diulik berasal dari film kedua, yakni Ivanna, sosok yang di luar dugaan justru membawa nafas segar bagi Danur Universe. ‘Ivanna’: well cooked spin-off.


Movie Review: Keluarga Cemara 2 (2022)

♪♪ Harta yang paling berharga adalah keluarga… ♪♪

Perubahan jelas sesuatu yang tidak bisa dielakkan dalam proses menjalani hidup, beberapa akan terasa indah tapi tidak sedikit pula yang membutuhkan emosi lebih besar untuk dapat menemukan solusi dan selesai. Karena tidak hanya manis namun juga ada realita yang pahit, tidak peduli tua maupun muda akan memaksamu untuk belajar dan tentu saja bertumbuh menjadi lebih baik lagi. Bahkan di dalam sebuah keluarga sekalipun, introspeksi diri dan saling memahami kerap tenggelam ketika anggota keluarga hanyut di dalam ego dan juga kepentingan mereka masing-masing. Bukankah kebersamaan menjadi salah satu hal penting di dalam istana yang paling indah yang kita sebut keluarga? ‘Keluarga Cemara 2’: kompak dan berseri indah.


Movie Review: Ngeri-Ngeri Sedap (2022)

“Sudah sukses-sukses kalian ya, sampai lupa sama yang bikin sukses.”

Rindu itu berat memang benar adanya, apalagi ketika harus terpisah oleh jarak yang jauh. Contohnya mereka yang pergi merantau sehingga meninggalkan keluarga yang mereka sayangi, dari pasangan, saudara, dan tentu saja Orangtua. Tapi sebenarnya yang merasakan rindu itu bukan hanya mereka yang pergi saja, namun juga mereka yang ditinggal merantau. Di film ini yang merindu adalah Orangtua, melepas anak-anak merantau setelah sukses mendidik mereka di kampung halaman, suatu ketika ingin mereka kembali dan mewujudkan “mimpi” Orangtua mereka. Tapi apakah kita hidup hanya untuk mewujudkan mimpi Orangtua? Tapi bukankah ada ajaran untuk selalu menghormati Ayah dan Ibu? Sebenarnya siapa yang paling penting di dalam sebuah keluarga? Keinginan Orangtua? Atau kebahagiaan anak? ‘Ngeri-Ngeri Sedap’: seperti Mie Gomak, tampak sederhana tapi enak.


Movie Review: My Sassy Girl (2022)

“Lu beneran jatuh cinta sama cewek ajaib ini ya?”

Cinta itu misterius memang, di satu sisi ia dapat membuat manusia merasa bahagia seolah matahari, langit, dan musim adalah miliknya dan tercipta untuk dirinya, tapi di sisi lain cinta juga dapat menjadi sumber rasa sakit yang sulit untuk sembuh apalagi dilupakan. Tapi untuk yang terakhir tadi, agar dapat lepas dari belenggu kelam itu pun dibutuhkan kekuatan dari cinta, salah satunya dengan menemukan sosok yang dapat membuatmu merasa dicintai. Bagaimana cara menemukan sosok seperti itu? Building a bridge of chance for your love, karena takdir selalu dimulai dengan mencoba, we may become closer, or stay forever apart. We can only choose one. ‘My Sassy Girl’: sketchy love story.


Movie Review: Kukira Kau Rumah (2021)

“Apakah dua orang kesepian tidak berhak bersama?”

Kamu mungkin sudah tidak asing dengan kata dalam bahasa Inggris yakni bipolar atau mood swing, terlebih bagi Anak Jaksel di mana dua kata itu kerap dipakai untuk menggambarkan kondisi emosi yang tidak stabil dan sayangnya kini penggunaannya dibuat semakin luas, bahkan untuk perubahan suasana hati yang sederhana. Padahal seseorang dikatakan menderita gangguan bipolar jika mengalami ayunan perasaan yang ekstrem dengan pola yang mudah berubah secara drastis, mengalami episode dari awalnya merasa antusias berubah menjadi buruk, menjadi depresi, putus asa, bahkan sampai merasa ingin bunuh diri. Menggabungkannya dengan sebuah kisah cinta anak kuliahan film ini mencoba berbicara tentang itu dengan cara sederhana. ‘Kukira Kau Rumah’: healthy food about mental health awareness.


Movie Review: Yuni (2021)

“Hidup mana sih yang ngak susah? Semua ada susahnya masing-masing.”

“Dih, anak perempuan ngak perlu sekolah tinggi-tinggi, nanti juga cuma ngurus rumah ajah”, begitulah kira-kira kalimat yang dulu pernah melintas di depan saya ketika kuliah. Dalam hati kala itu ingin mencoba menyanggah kalimat tersebut tapi di sisi lain saya justru tertawa geli di dalam hati, karena pernyataan itu berasal dari seorang wanita kepada keponakannya sendiri. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, tapi apakah wanita hanya sebatas “pembantu” bagi suaminya dan cukup fokus hanya pada tiga hal penting di rumah: sumur, dapur, dan kasur? Film ini menjadi suara bagi sebuah pemikiran bahwa posisi perempuan tidak lebih rendah dibandingkan laki-laki, to be the beginning of a conversation about the root cause of gender inequality. ‘Yuni’ : a thought-provoking coming-of-age drama. 


Movie Review: Selesai (2021)

“Modal hotel jangan di mobil. Murahan!”

Ketika menciptakan sebuah karya terdapat beberapa hal penting yang harus eksis di dalamnya, salah satunya adalah ambisi dan percaya diri, dan film ini memiliki dua hal tersebut tadi. Tapi ada satu hal penting lain yang kerap terlupakan yakni ketika ambisi tadi kemudian tidak terkendali dan membuat rencana yang telah disusun lalu tidak tercapai atau bahkan mungkin membuat semuanya menjadi berantakan. Film ini mencoba mendorong kehadapan penonton satu polemik klasik ketika kita bicara tentang cinta, yakni perselingkuhan, sebuah dramatisasi dengan ambisi dan percaya diri yang oke. Apakah keduanya terkendali? Apakah ini berdasarkan kisah nyata?  ‘Selesai’ : campursari jilid dua dari Tompi dan kolega.


Movie Review: Ali & Ratu Ratu Queens (2021)

“Ngak ada mimpi yang sempurna.”

Ibu durhaka? Kalau anak yang durhaka mungkin banyak, tapi tentu sulit menemukan seorang Ibu yang kerap digambarkan memiliki kasih tak terhingga sepanjang masa itu justru “mengkhianati” anaknya sendiri. Sulit, tapi bukan tidak ada. Isu tersebut digunakan film ini sebagai pondasi utama bagi coming-of-age story yang mendorong karakter utamanya untuk “keluar” dan belajar tentang kerasnya dunia lewat sebuah misi sederhana yaitu menemukan Ibu yang telah pergi meninggalkannya. ‘Ali & Ratu Ratu Queens’ : a charming and heartwarming family drama.


Movie Review: Sabar Ini Ujian (2020)


“Hari ini, itu udah kemarin Bu. Aku udah pernah ngejalanin hari ini Bu.”

Ditinggal nikah oleh mantan kekasih sepertinya bukan sesuatu yang asing untuk banyak orang, dan tidak sedikit mungkin akan merasa sangat sulit untuk move on, karena tidak rela sosok yang pernah ia sangat cintai itu menikah dengan orang yang bukan dirinya. Mereka sebut itu siksaan tanpa bekas luka. Nah, bagaimana jika situasi “gagal move on” tersebut tadi tidak hanya terjadi di dalam hati dan pikiran saja, tapi juga membuat sosok yang ditinggal nikah tersebut tidak bisa move on ke hari berikutnya, ia terjebak di hari yang sama dan harus terus menerus merasakan "siksaan" itu secara berulang-ulang. Ujian berat. ‘Sabar Ini Ujian’ : harap senang ada ujian.


Short Review: Tilik (Ladies on Top) (2018)


“Jadi orang itu yang solutif gitu, lho.”

Rilis di kanal Youtube Ravacana Films tepat pada hari perayaan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2020 yang lalu, film pendek ini dengan cepat viral dan sukses besar mencuri perhatian warga internet. Premis yang diusung sebenarnya sederhana, yaitu tentang kelompok perkumpulan ibu-ibu yang sedang menuju Rumah Sakit untuk menjenguk Ibu Lurah, namun kemudian muncul “kericuhan” menarik di dalam perjalanan tersebut, menyentil berbagai isu dengan cara yang sederhana namun unik. ‘Tilik (Ladies on Top)’ : “menelisik” dengan cara yang menggelitik.

Movie Review: Mariposa (2020)


“Cinta itu sederhana, yang rumit itu kamu.”

Ya, memang benar bahwa terkadang cinta itu sederhana, tidak serumit yang kita pikirkan. Yang membuat cinta terasa rumit terkadang justru adalah dua insan yang beradu asmara tersebut, bertemu berbagai benturan dan rintangan untuk menyatukan dua pikiran, dua ego, hingga dua hati sehingga dapat melebur membentuk sebuah tim yang disebut kekasih. Hal tersebut yang coba diceritakan oleh film ini. 'Mariposa': cerita cinta yang tepat sasaran.

Movie Review: Teman Tapi Menikah 2 (2020)


“Ingat, tangan kalau pegal itu dipijat, bukan dipotong!”

Memang tidak sempurna namun ketika ia hadir dua tahun lalu ‘Teman Tapi Menikah’ berhasil meninggalkan kesan yang cukup mendalam terkait kisah cinta yang berawal dari pertemanan dan berakhir di pelaminan. Film keduanya kali ini mencoba membawa kisah cinta itu maju satu langkah, mencoba menelisik apa yang akan dihadapi oleh setiap pasangan ketika mereka telah memilih untuk menjadi teman hidup selamanya. ‘Teman Tapi Menikah 2’ : sebuah lanjutan yang tepat sasaran.

Movie Review: Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020)


“Tapi yang lebih menakutkan justru mengetahui kegilaan ini benar-benar nyata.”

Bersama dengan saudaranya, Kimo Stamboel, sutradara Timo Tjahjanto dapat dikategorikan sebagai filmmaker yang “keras kepala”. Tidak mau memanggilnya idealis, namun sejak mencuri perhatian satu dekade yang lalu lewat film ‘Rumah Dara’, dari ketika masih berduet dengan nama The Mo Brothers hingga karya terakhirnya ‘Sebelum Iblis Menjemput’ Timo terus menerus teguh pada satu hal: let’s have fun anak setan! Hal tersebut kembali hadir di film ini. ‘Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2’ : a run-of-the-mill horror.

Movie Review: Milea: Suara dari Dilan (2020)


Aku pacarmu, aku yang seharusnya kamu dengar.

Mereka adalah dua sejoli yang dengan sangat cepat tidak hanya sukses mencuri perhatian namun juga menciptakan Dilan-effect dalam gelombang yang sangat besar, kisah cinta dua remaja sekolah menengah atas yang dipenuhi pertengkaran hingga adu rayu di jalanan. Sukses menempati posisi kedua (Dilan 1990) dan ketiga (Dilan 1991) dalam daftar film Indonesia terlaris sepanjang masa, kisah dua sejoli tersebut kembali hadir namun kali ini dengan memutar sudut pandang: bagaimana jika cerita disampaikan oleh Dilan? Milea: Suara dari Dilan : a punchless continuation for love story of Dilan and Milea.

Movie Review: Sweet 20 (2017)


"Lenggang mengorak menarik hati serentak, hey-hey siapa dia..."

Nenek rempong 70 tahun menjadi gadis 20 tahun dan bikin semua cowok dari yang muda, yang mapan, bahkan duda tua jatuh cinta padanya? Wait, hal tersebut sepertinya terasa tidak asing bagi penonton bioskop di Indonesia. Miss Granny, film asal Korea Selatan yang pernah menyambangi bioskop Indonesia pada tahun 2014 itu kini hadir dalam versi Indonesia. Menyandang status sebagai sebuah film remake atau adaptasi tidak serta merta menandakan film tersebut memiliki pekerjaan yang mudah, tidak hanya sekedar hadir dan mengingatkan penonton pada akar yang ia punya saja namun harus pula mampu menjadi sebuah kemasan “baru” yang terasa segar dan exciting. Sweet 20: an electrify ride from start to finish.