Showing posts with label 2011. Show all posts
Showing posts with label 2011. Show all posts

Movie Review: Bleak Night (2011)


“A guilty conscience needs no accuser.”

Apakah anda pernah mendapatkan pertanyaan seperti ini didalam benak anda, apakah teman-teman yang saya miliki merupakan teman sesungguhnya? Apakah mereka menganggap saya ini sebagai sosok yang berarti atau hanya boneka yang ia gunakan agar hidupnya lebih berwarna? Apakah mereka akan ada ketika saya berada dalam kondisi terburuk? Pertanyaan-pertanyaan tadi sederhana, namun jika anda cermati lebih serius punya kompleksitas yang kuat. Film ini memberikan petualangan terkait hal-hal tadi, Bleak Night, mature exploration about the true meaning of friendship.

Movie Review: You Are the Apple of My Eye (2011)


"The cruelest part in “growing up” is that girls are always more mature than guys of the same age. No one guys can handle girls at their age."


Perlu waktu yang sedikit lebih lama bagi saya untuk dapat beradaptasi dengan film Asia, bahkan jika di bandingkan dengan film Scandinavia yang secara logika lebih strange dalam hal bahasa. Setelah mulai berhasil menyatu dengan film Korea, dan Jepang (meskipun kuantitas post sangat sedikit), saya ingin mencoba memperdalam film berbahasa non-english dari negara lain, dan kali ini pilihannya adalah Mandarin dan Thailand. Kembali, ini adalah film yang di rekomendasikan oleh teman saya, orang yang juga menjadikan Architecture 101 sebagai film asia pertama di blog ini. Hasilnya ternyata tidak jauh berbeda.

Movie Review: Wuthering Heights (2011)


Mungkin akan terasa aneh bagi mereka yang telah menyaksikannya, namun bagi saya Wuthering Heights adalah pilihan yang paling tepat untuk mengisi slot terakhir yang mengemban tugas mengakhiri rangkaian empat film bertemakan cinta dan kasih sayang yang telah saya hadirkan beberapa hari terakhir dalam rangka menutup bulan februari, bulan yang sudah sangat familiar dengan julukannya sebagai bulan kasih sayang (meskipun saya kurang setuju dengan hal itu). Ya, film ini tampaknya memang sederhana, namun Wuthering Heights menggambarkan dengan jelas apa yang kita sebut dengan the power of love.

Movie Review: Sunny (Sseo-ni) (2011)


BFF, adalah satu dari sekian banyak singkatan terkenal yang mungkin akan tidak begitu sulit untuk anda akui kebenaran yang ia miliki. Best Friend Forever, secara singkat dan tegas telah menjelaskan betapa sahabat merupakan salah satu elemen terindah dalam kehidupan anda, sebuah hubungan yang menjadi wadah dimana anda bebas dalam berekspresi baik gerak maupun perkataan, namun juga ada dan siap menolong ketika anda dihampiri kesulitan.

Movie Review: Oslo, August 31st (2011)


I am the captain of my soul, baris terakhir dari puisi berjudul Invictus karya William Ernest Henley ini sesungguhnya telah menjadi sebuah penggambaran tentang apa tanggung jawab utama kita ketika menjalani kesempatan di dunia ini. Anda yang mengendalikan kemana jiwa anda melangkah, bergerak positif menuju sebuah cahaya terang, atau justru terus terperangkap di bukit gelap dengan sebuah jurang terjal yang siap melahap anda.


Movie Review: Once Upon a Time in Anatolia (2011)


Masih sama seperti apa yang ia lakukan empat tahun lalu pada Üç Maymun (Three Monkeys), Nuri Bilge Ceylan kembali membentuk Once Upon a Time in Anatolia dalam bentuk cita rasa yang identik dengan saudara tuanya tersebut. Terdapat tiga mobil yang berisikan polisi, dokter, jaksa, penggali kubur, pasukan tentara, serta dua tersangka, berkeliling di gelapnya malam desa Keskin, Anatolia, untuk mencari sebuah jasad korban pembunuhan.

Movie Review: The Intouchables (2011)


Memang akan sedikit sulit jika anda ditanya apa hasil dari kombinasi musik klasik dengan RnB dan juga disko, karena dari cara menikmatinya sudah berbeda. Ya, sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. The Intouchables menjadi sebuah buktinya, bagaimana ketika seorang jutawan tunadaksa, heteroseksual, dengan kehidupan yang sangat formal dapat jatuh hati pada seorang pria yang baru bebas dari penjara karena kasus pencurian.

Movie Review: From Up on Poppy Hill (2011)



Ada yang bilang bahwa anda dapat dikatakan mati jika anda berhenti berharap dan berusaha. Itu benar, karena harapan yang terus hidup berbanding lurus dengan semangat yang akan anda dapatkan untuk terus berusaha mengejar impian anda. Umi Matsuzaki (Masami Nagasawa), gadis berusia 16 tahun, memiliki rumah di sebuah bukit yang langsung menghadap ke pelabuhan Yokohama, setiap pagi selalu mengirimkan doanya kepada ayahnya yang telah tiada, melalui bendera signal yang ia kibarkan.

Movie Review: Your Sister's Sister (2011)


Jika kau cinta, katakan cinta. Terlalu jauh bermain dengan perasaan, saling menunggu satu sama lain, jelas akan menciptakan sebuah ruang bagi pihak lain untuk masuk kedalam kisah yang sedang dibangun. Jack (Mark Duplass), tampak sangat berat untuk mencoba lepas dari bayang-bayang adik laki-lakinya yang meninggal setahun lalu. Atas saran sahabatnya Iris (Emily Blunt), Jack pergi kesebuah pondok ditengah hutan, milik keluarga Iris, sendiri. Ternyata tanpa mereka ketahui seseorang telah datang terlebih dahulu, yang menciptakan sebuah masalah emosi yang kompleks.

Movie Review: The Details (2011)


Komitmen memiliki peran yang sama pentingnya dengan cinta dalam menjalin sebuah hubungan asmara. Sebesar apapun cinta yang anda miliki, serta anda rasakan dari pasangan anda, jika tidak disertai komitmen penuh, percayalah hubungan tersebut tidak akan berakhir dengan indah. Jeff Lang (Tobey Maguire), dokter, memiliki istri yang sangat menawan bernama Nealy Lang (Elizabeth Banks), seorang anak yang lucu, diterpa sebuah badai psikologis yang mengguncang komitmennya.

Movie Review: Goodbye First Love (2011)


Salah satu tolak ukur dari berhasil atau tidak sebuah film dengan genre drama dan romance bagi saya adalah apakah film tersebut berhasil mengajak saya untuk ikut merasakan apa yang karakter rasakan dengan cinta mereka, seolah terpenjara dalam kisah mereka. Hal tersebut berhasil saya temukan dari kisah seorang gadis berusia 15 tahun bernama Camille (Lola Créton), yang selalu tampak mudah untuk terbakar api cinta dari kekasihnya Sullivan (Sebastian Urzendowsky). Namun, suatu ketika Sullivan memutuskan pergi ke Amerika Selatan, untuk melanjutkan eksperimennya.

Movie Review: Sound of My Voice (2011)


Maggie (Brit Marling), seorang wanita berusia 24 tahun, mengaku bahwa ia datang dari tahun 2054, dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari ancaman perang saudara. Maggie membentuk sebuah sekte, dengan lokasi sebuah ruang bawah tanah di San Gabriel Valley, California. Ia tidak bisa keluar dari ruang tersebut, dengan alasan tingkat imunitasnya, sehingga segala hal untuk menunjang kesehatannya ia dapatkan dari pengikutnya, termasuk darah mereka. Yaks, aneh. Hal tersebut pula yang menuntun Peter Aitken (Christopher Denham), seorang guru, bersama kekasihnya Lorna Michaelson (Nicole Vicius), untuk mencoba mencari tahu fakta sebenarnya.

Movie Review: I Wish (Kiseki) (2011)


Apakah anda percaya dengan eksistensi “mantan saudara kandung?” Tidak bagi saya. Sejauh apapun anda terpisah, sekecil apapun kesempatan yang anda miliki untuk berkumpul kembali, dia tetaplah saudara anda. Koichi (Koki Maeda), 12 tahun, tinggal di Kagoshima bersama ibu beserta kakek dan neneknya. Ratusan mil diutara pulau Kyushu, tepatnya di Hakata, Fukuoka, Ryunosuke (Ohshirô Maeda), adik dari Koichi, tinggal bersama ayah mereka, yang berprofesi sebagai pemain band. Koichi mendapatkan info sebuah kereta listrik akan menghubungkan kedua kota tadi, yang kemudian menjadi awal dari proses mewujudkan harapan mereka.

Movie Review: The Deep Blue Sea (2011)


Cinta itu buta. Anda pasti sangat familiar dengan kalimat tadi, sebuah penggambaran dimana sebuah rasa bernama “cinta” memiliki kekuatan yang sangat besar, yang jika tidak dapat dikontrol dengan baik dapat menuntun anda masuk kedalam sebuah masalah besar. Yha, suka dan duka adalah dua komponen yang tidak dapat terpisahkan dalam satu paket bernama cinta. Hal itu yang dialami oleh Hester Collyer (Rachel Weisz), istri dari Sir William Collyer (Simon Russell Beale), seorang hakim di London, yang terlibat sebuah kisah terlarang dengan Freddie Page (Tom Hiddleston), pilot RAF.

Movie Review: 360 (2011)



360?? Fernando Meirelles yang masuk nominasi Oscar lewat film City of God, sebenarnya telah memberikan anda gambaran yang sangat mudah dicerna lewat judul yang ia pilih tersebut. Sebuah lingkaran cerita, yang berisikan banyak permasalahan, saling terkait satu dengan yang lain, dan dipersenjatai dengan actor-aktor terkenal, seperti Jude Law, Anthony Hopkins, Rachel Weisz, dan Ben Foster, berpadu dengan actor yang kurang dikenal. Dibantu dengan skenario garapan Peter Morgan (Frost/Nixon, The Queen), jelas film ini layak mendapatkan atensi di summer time kali ini. 

Movie Review: Bernie (2011)



Bernie (Jack Black), seorang ahli dalam hal yang terkait dengan pemakaman, terkenal akan sikap ramah-nya kepada semua orang. Dia bisa melakukan segala hal yg berhubungan dgn pemakaman, dari mendandani jenazah, menjual peti mati, hingga menyanyi di acara pemakaman. He can make everybody look beautiful. Perawakan Bernie yang jauh dari kesan negatif, ditambah aktifnya Bernie di kegiatan gereja, menjadikan Bernie sosok favorit bagi masyarakat Carthage, Texas. Namun itu semua berubah dikarenakan satu peristiwa besar. 

Movie Review: The Monitor (Babycall) (2011)



Anna (Noomi Rapace), bersama anaknya Anders (Vetle Qvenild Werring), pindah ke sebuah apartemen untuk menghindar dari ayah Anders, mantan suaminya. Anna sangat cemas jika suatu saat mantan suaminya itu akan datang, dan merebut Anders darinya. Anna semakin protektif terhadap Anders. Anna selalu menunggui Anders disekolah, bahkan Anders pun harus tidur dengannya. Dihantui rasa cemas yang sangat tinggi, menjadikan Anna sering berkhayal, yang justru semakin membawa Anna kedalam kehancuran.

Movie Review: Silent House (2011)


Faktanya, film horror dengan latar rumah kosong, dibantu situasi terkunci dari dunia luar, memang efektif memberikan kesan nuansa “gelap” pada cerita. Itu yang diterapkan oleh Gustavo Hernández, penulis “La casa muda”, yang merupakan versi asli dari film ini. Chris Kentis dan Laura Lau mencoba menyampaikan kembali cerita yang merupakan kisah nyata ditahun 1940-an, Silent House

Movie Review: Margin Call (2011)



Margin Call dalam bidang keuangan adalah kondisi yang terjadi ketika jumlah jaminan wajib dari suatu perusahaan berada dibawah batas minimum yang telah ditetapkan. Untuk mengatasi hal tersebut, ada tiga cara yang dapat investor lakukan, meminjam uang, menjual sekuritas, dan kontrak berjangka. Jika ketiga cara tersebut tidak dapat terlaksana, maka broker akan menjual surat berharga milik perusahaan untuk menutupi margin call yang terjadi. Sedikit membingungkan memang, namun film yang merupakan debut dari J.C. Chandor ini akan menyajikan tontonan yang jauh lebih simple dari yang anda bayangkan ketika membaca pengertian margin call tadi.

Movie Review: Turn Me On, Dammit! (2011)



Permasalahan hormon, itu yang dialami Alma (Helene Bergsholm), remaja berusia 15 tahun yang berasal dari kota kecil di Norwegia, Skoddeheimen. Sulit dalam mengontrol hormon, Alma menyalurkan hasratnya yang tinggi dengan berlangganan telepon seks. Alma sangat menyukai Artur (Matias Myren), seorang gitaris gereja, yang merupakan teman sekelasnya. Alma menjadikan Artur sebagai fantasinya setiap hari. Obsesi yang tinggi itu berubah bencana saat mereka menghadiri pesta.