Showing posts with label Action. Show all posts
Showing posts with label Action. Show all posts

Movie Review: Thirteen Lives (2022)

“Fear is created in our minds.”

Sebuah tim sepakbola beranggotakan 12 orang anak laki-laki berusia 11 hingga 16 tahun bersama dengan asisten pelatih mereka yang berusia 25 tahun memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah gua bernama Tham Luang Nang Non usai sesi latihan mereka. Niatnya untuk bersenang-senang namun celakanya hujan dengan intensitas tinggi membanjiri gua dan menghalangi jalan keluar. Dilaporkan hilang beberapa jam kemudian operasi pencarian dimulai, upaya penyelamatan yang di tahun 2018 lalu itu menjadi sorotan banyak pasang mata selama kurang lebih 18 hari, baik itu dari berita hingga tentu bantuan teknis. Third projects about the rescue operation and after that moving documentary "The Rescue", film ini mencoba menyuntikkan drama tambahan ke dalam peristiwa heroic itu. ‘Thirteen Lives’: a war with water."


Movie Review: Prey (2022)

"You wanna hunt something that's hunting you?" 

Dahulu jika sebuah film ternyata status tayangnya “dialihkan” ke layanan streaming maka itu dianggap sebuah pertanda buruk, karena akan semakin mudah berasumsi bahwa kualitasnya tidak mumpuni sehingga membuat perusahaan produksi memilih untuk tidak merilisnya di layar lebar. Tapi pandemi tiba dan mengubah banyak hal, salah satunya adalah pamor dari streaming service yang jadi pilihan populer, mereka kemudian berlomba memoles perpustakaan film-nya agar semakin menarik. Dan the Predator franchise jadi salah satu anggota baru, film kelima dari kisah yang diawali oleh Arnold Schwarzenegger di tahun 1987 ini tidak rilis di layar lebar tapi langsung ke streaming service, dan tanpa menggunakan judul Predator! Menariknya, ini justru berhasil jadi salah satu yang terbaik di the Predator franchise. ‘Prey’: shine brightly above simplicity.


Movie Review: Mencuri Raden Saleh (2022)

“Jangan percaya sama orang lain.”

Film tentang pencurian memang memiliki tugas yang tidak mudah, karena fokusnya adalah mengikuti satu kelompok yang merencanakan dan melakukan aksi kejahatan, bukan mengikuti orang-orang yang mencoba menghentikan para penjahat, otomatis akan lebih sulit untuk membangun semacam simpati antara penonton dengan para karakter penjahat. Tapi jika tugas itu berhasil dilaksanakan dengan baik maka film pencurian tersebut justru akan lebih mudah untuk menebar pesonanya, beberapa film seperti ‘The Italian Job’, Ocean's franchise, ‘Now You See Me’, hingga ‘Baby Driver’ bahkan bukan hanya berhasil menghibur saja namun menjadi heist film yang terasa memorable, jika dikemas dengan baik dan tepat. Hal yang berhasil dilakukan oleh film ini, yang dengan percaya diri yang tinggi menyebut aksi mereka sebagai pencurian terbesar abad ini. ‘Mencuri Raden Saleh’: a skillfully executed game. 


Movie Review: Sayap-Sayap Patah (2022)

“Nani sayang aku bikin nasi goreng kesukaanmu. Tunggu aku pulang!”

Mungkin dari poster-nya impresi pertama yang muncul ini adalah sebuah film drama percintaan, saya pun demikian pada awalnya dan kemudian berubah setelah mencoba mencari tahu cerita yang hendak film ini ceritakan. Sinopsisnya memang meninggalkan impresi serupa dengan poster, sepasang suami istri yang telah hidup bahagia, tapi di sisi lain di dalam cerita ada tragedi kerusuhan Mako Brimob tahun 2018, sebuah peristiwa yang berlangsung selama 36 jam saat terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para narapidana terorisme. Seketika impresi awal akan sebuah drama percintaan yang dihasilkan oleh poster tadi tergerus, meskipun sebenarnya tersirat kombinasi hal manis dan pahit dari kehidupan di balik aksi Ariel Tatum yang mencium Nicholas Saputra itu. ‘Sayap-Sayap Patah’: mencoba membuatmu melihat dan ikut merasakan.


Movie Review: Carter (2022)

“You are the only one who can hear me.”

Tugas paling pertama sebuah film adalah meraih atensi penonton dan membuat mereka merasa tertarik dengan apa yang sedang dan akan terjadi, sering kali sesuatu yang unik dan sedikit aneh condong lebih mudah untuk membuat penonton merasa penasaran. Film ini melakukannya bukan hanya dengan menggunakan masalah yang menimpa karakter utama di awal saja namun juga lewat presentasi visualnya, seolah film ini dibuat ketika drone baru saja rilis beberapa tahun lalu dan gambar-gambar keren dengan transisi dan juga pergerakan akrobatik super lincah merupakan cara termudah untuk membuat penonton terpukau. ‘Carter’: a pleasure for gamers and action junkies.


Movie Review: Emergency Declaration (2022)

“This is Sky Korea 501. Good day.”

Keadaan darurat adalah situasi di mana dapat diberdayakan kebijakan yang biasanya tidak boleh dilakukan, dengan tujuan utama keselamatan dan perlindungan warga. Di Indonesia “Kerusuhan Mei 1998” adalah contohnya, begitupula Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia di tahun 2004, sementara itu di tahun 2020 banyak negara mendeklarasikan state of emergency for COVID-19 yang adalah medical pandemic. Wewenang dalam mendeklarasikan keadaan darurat juga dimiliki oleh seorang Pilot, pada Federal Aviation Administration Sec. 91.3 tertulis bahwa di dalam keadaan darurat dalam penerbangan yang membutuhkan tindakan segera, maka Pilot punya wewenang untuk menyimpang dari aturan sejauh yang diperlukan untuk memenuhi keadaan darurat. Airspace procedures? Gone. Speed restrictions? IFR clearance limits? Gone. Because safety is not a luxury, but a necessity! ‘Emergency Declaration (Bisang Seoneon)’: ‘Train to Busan’ on a plane, it’s a miracle on plane No. 501.


Movie Review: Bullet Train (2022)

“If you don't control your fate, it controls you.”

Berawal dari ‘John Wick’ tahun 2014 yang lalu, David Leitch bersama Chad Stahelski memperkenalkan diri kepada para penikmat film setelah sebelumnya lebih dikenal lewat stuntwork mereka di bawah bendera 87Eleven, action design company yang mereka dirikan bersama dan punya reputasi oke di Hollywood sebagai pakar hand-to-hand combat choreography. Chad Stahelski lanjut menukangi film-film John Wick yang di tahun depan masuk ke jilid empat, sedangkan Leitch mencoba variasi baru dengan berbagai karakter: mengubah Charlize Theron menjadi top-level field agent, ditunjuk sebagai Sutradara ‘Deadpool 2’ dan spin-off Fast & Furious, ‘Hobbs & Shaw’, tahun lalu menjadi Produser film ‘Nobody’, a controlled and composed explosions carnival. ‘Bullet Train’: a roller coaster of infectious and mischievous joy.


Movie Review: Thor: Love and Thunder (2022)

“Eat my hammer!”

Tidak terasa karakter superhero Thor kini tiba di film keempatnya, tapi menariknya dengan jumlah yang tergolong cukup banyak itu pesona Thor sendiri masih belum mampu untuk berdiri sejajar dengan karakter besar Marvel lain seperti Iron Man dan Captain America. Hal tersebut imbas dari perubahan yang coba dilakukan Marvel, awalnya didorong sebagai karakter yang condong serius dengan "dunia" yang kelam, di film ketiganya berpindah haluan dengan suntikan komedi ala Taika Waikiti. Image dan pesona Thor juga kena dampaknya, si tangguh yang super serius itu masih tetap tangguh namun kini cenderung lebih nyaman tampil sebagai superhero yang gemar bercanda, layaknya komika. Tapi bukankah beberapa temannya juga begitu? ‘Thor: Love and Thunder’: expensive sketch parade.


Movie Review: The Witch: Part 2. The Other One (2022)

“You really don't know who you are?”

Kala itu di review saya menyebut bahwa kakak dari film ini, yaitu ‘The Witch: Part1. The Subversion’ sebagai proses perkenalan karakter utama yang memiliki “kemampuan” unik di balik penampilannya yang tampak biasa saja, meskipun pada akhirnya semua penonton tahu karakter Ja-yoon memiliki kemampuan yang luar biasa. Mengingat sedari awal telah mencantumkan “Part 1” di judulnya maka kini fokusnya jelas tertuju pada apa yang akan terjadi di bagian selanjutnya? Apa yang akan terjadi pada Ja-yoon setelah berhasil “menang” di film pertama yang di tahun 2018 berhasil masuk sepuluh besar daftar “highest-grossing films released” di Korea Selatan? ‘The Witch: Part 2. The Other One’: another one iconic madness.


Movie Review: Everything Everywhere All at Once (2022)

“Every new discovery is just a reminder, we’re all small & stupid.”

Enam tahun lalu sebuah film yang menggunakan “kentut” sebagai mesin utama penggerak cerita sukses memberi kejutan, berkisah tentang proses kembali pulang seorang pria yang terdampar di pulau terpencil dan berteman dengan mayat hidup yang doyan kentut. Ya, itu memang sebuah fantasi yang gila dan tentu terasa abstrak tapi justru berhasil membuat film tersebut terasa sangat berkesan dan memorable hingga kini. Dan kali ini duet Sutradara film tersebut mencoba memperluas arena bermain mereka dengan menggunakan ide yang tidak kalah menarik dan gila pula: bagaimana jika kehidupan yang kamu jalani kini adalah satu dari beberapa macam “versi lain” dari dirimu yang juga sedang berlangsung di tempat lain? Dan semuanya terkoneksi satu sama lain! Everything Everywhere All at Once’: another wild, weird, and wacky fantasy adventure from Daniels.


Movie Review: Top Gun: Maverick (2022)

"Don't think, just do."

Does a film need a sequel? Ada yang butuh, ada pula yang tidak, tapi tentu rentang waktu 36 tahun akan mudah membuatmu mengernyitkan dahi ketika mendengar kabar bahwa sebuah film rilisan 36 tahun yang lalu akan dibuatkan kelanjutannya. Mungkin remake akan terasa normal dalam kasus seperti itu, tapi bagaimana dengan sekuel? Tiga setengah dekade tentu tidak sebentar, ada banyak perubahan yang telah terjadi, dari trend hingga tentu saja usia para aktor. Tapi bagi film ini hal tersebut terasa mudah karena Tom Cruise, bankable star yang berada di posisi sepuluh besar daftar the actors who has sold the most box office tickets in the United States since the 1960s itu seperti tidak menua secara fisik. Bagaimana dengan faktor lainnya? ‘Top Gun: Maverick’ : the pinnacle of ultra-fine airborne action.


Movie Review: Jurassic World Dominion (2022)

"It's always darkest just before eternal nothingness."

Fair to say bahwa tujuh tahun lalu ‘Jurassic World’ muncul dan berhasil memenuhi ekspektasi mayoritas penonton, membuktikan bahwa beban berat yang sejak awal harus ia tanggung bukan sesuatu yang mustahil untuk diatasi. Membuka kembali gerbang menuju dunia para dinosaur, kala itu konsep yang coba didorong tergolong sukses walau memang hadir dengan pesona yang tidak sekuat the original. Ditunjang dengan visual yang menyenangkan ‘Jurassic World’ berhasil menjadi popcorn thriller yang menghibur dan tentu saja, mesin pencetak cuan, prestasi yang juga berhasil dilakukan pula oleh sekuelnya, ‘Jurassic World: Fallen Kingdom’ meski sayangnya not necessarily well received by critics. Tapi angka box office tetap besar, dan sekuel jelas potensi yang tidak boleh dibuang. ‘Jurassic World Dominion’: a tame finale.


Movie Review: Morbius (2022)

"How far are we allowed to fix something that's broken?"

Sampai saat ini karakter dari Marvel Comics sudah dibuatkan 63 buah film, tersebar memang di mana Marvel Studios yang kita kenal dengan MCU baru memproduksi film mereka di tahun 2008 lewat ‘Iron Man’. Sedangkan 22 tahun sebelumnya ada ‘Howard the Duck’, film pertama dari Marvel Comics publications dan di dua dekade itu ada beberapa studio yang mencoba, salah satunya Columbia Pictures yang pernah membuat lima film Spider-Man sebelum akhirnya “berbagi” dengan Marvel Studio sejak tahun 2017. Mereka juga mencoba membuat “dunia” mereka sendiri, yakni Sony's Spider-Man Universe dan ini adalah film ketiga. Tapi bukankah archenemies Spider-Man hanya tiga: Doctor Octopus, the Green Goblin, dan Venom? ‘Morbius’: Sony without Marvel is nothing but a speck of dust?


Movie Review: Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022)

“I love you in every universe.”

Salah satu kelebihan yang kini dinikmati Marvel Cinematic Universe ialah flexibility, bagaimana sejak awal telah membentuk pondasi yang kuat bagi kelompok superhero mereka yang kemudian dapat diutak-atik sesuai dengan kebutuhan konsep yang coba disajikan. Aksi mix and match itu telah berjalan dengan baik sejak awal, hingga the blip terjadi, momen ketika Thanos snapping his fingers dan mengubah “tatanan” yang telah tersusun. Penyesuaian dilakukan sejak major event itu, diawali dengan ‘WandaVision’ yang terjadi tiga minggu pasca ‘Endgame’ kini Marvel mengembangkan dunia mereka dengan travel through the multiverse. Ya, that “Spider-Man reunion” thing adalah permulaan. ‘Doctor Strange in the Multiverse of Madness’: an example of imagination triumph over the programmed of commercial calculation. (Warning: the following post might contains mild spoilers)


TV Series Review: Military Prosecutor Doberman - Part 1


"Shouldn't a prosecutor fight for justice? No. I serve whoever's on my side."

Menjadi "anjing peliharaan" rela dijalani oleh seorang pria, bekerja sebagai Jaksa Militer selama lima tahun dan bertugas untuk membantu rencana jahat yang disusun oleh seorang Pengacara korup tangan kanan leading conglomerate. Sebelum misinya usai ia bertemu seorang rookie wanita, Jaksa Militer yang ternyata juga mengemban misi lain di balik tugasnya, yakni untuk membalaskan dendam atas ketidakadilan yang dialami orangtuanya di masa lalu. Mereka bekerja sama untuk menghancurkan corrupt system di dalam militer yang kini memiliki pemimpin baru, wanita dingin yang tidak segan menghukum sang anak dengan memegang granat hidup.


Movie Review: The Batman (2022)

“Fear is a tool.”

Apakah kita butuh Batman baru? Sekitar sepuluh tahun yang lalu Christian Bale menyudahi penampilannya menggunakan kostum Batman di film 'The Dark Knight Rises', namun karakter tersebut tidak mati. Ben Affleck kemudian masuk mengisi posisi kosong itu sebagai The Dark Knight, bermula di 'Batman v Superman: Dawn of Justice' dan lantas berlanjut ke 'Justice League'. Dan itu belum menghitung di era sebelum 2000s ketika karakter Gotham Knight itu pernah diperankan oleh enam orang aktor berbeda. So, kini dengan munculnya Robert Pattinson otomatis daftar pemeran The World's Greatest Detective itu bertambah semakin panjang. Apakah terlalu banyak? Not at all! ‘The Batman’: dare, defy, deliver.


Movie Review: Uncharted (2022)

“They're not gone. They're just lost.”

Video games dan cinema, sebuah hubungan yang selama ini tampak menarik serta potensial untuk menghasilkan keuntungan tapi hasil akhirnya lebih sering membuat penonton umum frustasi. Cukup banyak film yang mencoba mengadaptasi template video games ke layar lebar namun di antara mereka jumlah yang sukses berakhir di level oke terasa minim dan kerap mengecewakan seperti nama besar beberapa tahun terakhir: Monster Hunter, Mortal Kombat, dan Resident Evil: Welcome to Raccoon City. Meskipun memang dibanding film berbasis video games rilisan beberapa tahun sebelumnya kualitas mereka cenderung semakin positif, Sonic the Hedgehog dan Detective Pikachu terasa oke, dan tahun lalu ada Werewolves Within. Film ini di kelas yang mana? ‘Uncharted’: much ado about nothing.


Movie Review: Moonfall (2022)

“We're not prepared for this.”

Masih ingatkah kamu dengan film ‘2012’? Rilis di tahun 2009 dan sukses memoles semakin mengkilap lagi fenomena 2012 yang ramai diperbincangkan kala itu, ‘2012’ mencatatkan kesuksesan komersial. Tidak heran memang karena saat itu isu bahwa pada tanggal 21 Desember 2012 akan terjadi kiamat akibat disebut sebagai tanggal akhir Kalender Hitung Panjang bangsa Maya sukses menghebohkan banyak orang. Seolah melihat celah, the master of disaster Roland Emmerich menciptakan ‘2012’ dan menstimulasi sudut pandang penonton terhadap penggambaran hari kiamat, rangkaian peristiwa seperti megatsunami, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan banjir global. Kali ini dia kembali dan melibatkan salah satu teman baik bumi, yakni bulan. ‘Moonfall’: it’s on airplane mode.


Movie Review: The King's Man (2021)

“Let's end this as gentlemen! After all, manners maketh man.”

Istilah dalam bahasa Inggris kuno “Manners Maketh Man” melambung tinggi ketika diucapkan oleh karakter Harry Hart di film Kingsman: The Secret Service, ia pakai untuk menunjukkan kepada beberapa orang anak muda London pelajaran tentang bagaimana cara bersikap sebagai seorang gentlemen. Momen tersebut terasa sangat berkesan karena hadir dalam bentuk adegan action yang mempertontonkan pesona posh British yang lantas berkembang menjadi sajian action spy comedy stylish serta lucu meskipun di beberapa bagian terasa sedikit over-the-top. Dan yang terpenting adalah film itu sukses secara komersial, and what is profitable must be exploited, that's how Hollywood wants it. Back story sounded like a good idea, which always comes with a certain risk. The King's Man’ : a concentrated nonsense.


Movie Review: Eternals (2021)

"When you love something, you protect it. It is the most natural thing in the world."

Momen Thanos menjentikkan jari di ‘Avengers: Infinity War’ menciptakan masalah bagi para superhero di MCU, namun juga ruang untuk berbicara lebih tentang arti penting the human race yang kala itu membuat momen perpisahan Iron Man terasa sangat heroic. Timeline mereka memang jadi sedikit “kacau” pasca Endgame tapi itu bagian dari rencana Marvel mengembangkan universe, memakai media televisi yang dimulai dari ‘WandaVision’ tiga minggu pasca Endgame lalu disusul ‘The Falcon and the Winter Soldier’, ‘Loki’, dan ‘Hawkeye’ di tahun 2021. Sama seperti serial televisi tadi setting waktu dua film Spider-Man juga berlangsung pasca Endgame, mengalami time jump ke tahun 2023 dan 2024. Termasuk pasukan superhero terbaru ini, which Marvel considered to be a perfect transition into its next phase of films. ‘Eternals’: an explicit statement from Marvel.