Showing posts with label comedy. Show all posts
Showing posts with label comedy. Show all posts

Movie Review: Spirited (2022)

“Good Afternoon!”

Sejak terbit 179 tahun yang lalu novel ‘A Christmas Carol’ karya Charles Dickens kabarnya tidak pernah out of print, telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa kisah tentang seorang pria tua kikir dan pelit yang kemudian berpetualang ke masa lalu dan juga masa depan itu juga telah diadaptasi dan didramatisasi berulang kali dalam bentuk film, stage, opera, dan media lainnya. Versi baru muncul secara teratur dari cerita yang melibatkan campur tangan dari The Ghost of Christmas itu, sehingga tidak heran jika hingga kini pun cerita ‘A Christmas Carol’ masih lekat asosiasinya dengan the Christmas season. Versi terbaru ini mencoba mendaur ulang kembali kisah klasik tersebut menjadi sebuah modern retelling bernafaskan musical comedy, with Will Ferrell and Ryan Reynolds. ‘Spirited’: a nifty Christmas karaoke bar.


Movie Review: Rosaline (2022)

"One day, we will be together forever."

Pria dengan inisial “R” belakangan ini menjadi salah satu topik perbincangan yang hangat lewat beberapa kasus tentang cinta dan retaknya hubungan asmara. Tentu saja tidak bisa disamaratakan tapi jika ditarik jauh ke belakang pujangga kenamaan asal Inggris, William Shakespeare, seolah juga punya ketertarikan yang sama pada huruf “R’ itu, sehingga ia menamai karakter utama dari salah satu karyanya: Romeo. Orang awam pada umumnya mengenal Romeo sebagai seorang pria yang rela mati demi memperjuangkan cintanya pada Juliet, tapi sebelum Juliet ada Rosaline di hati Romeo yang sayangnya tak berbalas, asal mula yang pada akhirnya membuat Romeo berpaling. Jadi, semua karena Romeo? ‘Rosaline’ : a feisty alternative retelling.


Movie Review: Ticket to Paradise (2022)

“Being loved is not the same as loving.”

Pernikahan punya makna yang berbeda-beda bagi tiap orang. Ada yang menganggap seseorang sudah menjadi manusia dewasa ketika ia telah menikah, ada yang menilai itu sebagai ikatan suci yang dilakukan satu kali untuk selamanya, dan jika berbicara budaya Indonesia maka ada konsep bahwa menikah bukan hanya menyatukan dua manusia saja tapi juga dua keluarga besar mereka. Tapi apakah manusia yang sudah menikah pasti akan dewasa? Apakah jika kelak di tengah jalan muncul pertikaian opsi yang tersedia hanya bertahan meski terluka? Dan seberapa penting sebenarnya restu dari keluarga, terutama orangtua, pada sebuah pernikahan? Termasuk ego saat anak mengambil pilihan tidak seperti yang kamu harapkan. Semua itu hadir dalam bentuk romantic comedy yang terjadi di Bali ini. ‘Ticket to Paradise’ : a quite good traditional screwball comedy.


Movie Review: Red Rocket (2021)

“Life could change on a dime.”

Tebal muka mungkin wajib dimiliki oleh para bintang porno, karena dengan menjadi thick-skinned otomatis mereka akan menjadi tidak peka terhadap kritik atau hinaan sehingga tidak merasa terluka. Karena pekerjaan yang mereka geluti memang pada dasarnya memiliki citra negatif, melakukan perbuatan yang masuk dalam kategori dosa dengan tujuan utama untuk memenuhi fantasi dan hasrat seksual orang-orang yang kemudian “membeli” produk mereka tersebut. Hal terakhir tadi mungkin dapat memicu perdebatan lanjutan, lingkaran bisnis yang berisikan produsen, barang jadi, dan konsumen meski di sisi lain tentu masih banyak pihak yang menolak menjadi bintang porno adalah sebuah pekerjaan. ‘Red Rocket’: the American Dream with sex and naivety.


Movie Review: Mrs. Harris Goes to Paris (2022)

“How many chances do you get in your lifetime?”

Gantungkan mimpimu setinggi langit. Ya, kalimat klasik memang dan mungkin akan menimbulkan berbagai makna, tapi hal itu sebenarnya sangat tepat. Memang dalam perjalanan hidup mereka setiap manusia akan bertemu dengan berbagai rintangan yang di sisi lain dapat membuat mimpi yang sudah kadung tinggi digantung tadi jadi sulit untuk diraih. But if you can believe it, you can achieve it, apalagi Sang Pencipta dan semesta yang Ia kuasai selalu punya cara yang kadang datang di luar nalar dan logika untuk menolong atau membantu mereka yang percaya serta tetap berusaha. Di film ini seorang wanita yang berprofesi sebagai pembantu dan akan mengalami pengurangan gaji justru menolak berhenti tuk bermimpi: ia ingin punya sebuah gaun merk Christian Dior! Go wherever your dream takes you. ‘Mrs. Harris Goes to Paris’: a feel-good and uplifting story.


Movie Review: Bullet Train (2022)

“If you don't control your fate, it controls you.”

Berawal dari ‘John Wick’ tahun 2014 yang lalu, David Leitch bersama Chad Stahelski memperkenalkan diri kepada para penikmat film setelah sebelumnya lebih dikenal lewat stuntwork mereka di bawah bendera 87Eleven, action design company yang mereka dirikan bersama dan punya reputasi oke di Hollywood sebagai pakar hand-to-hand combat choreography. Chad Stahelski lanjut menukangi film-film John Wick yang di tahun depan masuk ke jilid empat, sedangkan Leitch mencoba variasi baru dengan berbagai karakter: mengubah Charlize Theron menjadi top-level field agent, ditunjuk sebagai Sutradara ‘Deadpool 2’ dan spin-off Fast & Furious, ‘Hobbs & Shaw’, tahun lalu menjadi Produser film ‘Nobody’, a controlled and composed explosions carnival. ‘Bullet Train’: a roller coaster of infectious and mischievous joy.


TV Series Review: Extraordinary Attorney Woo - Part 3

“Even if other people say it's not, if you say it's love, it's love.”

Kelainan sistem saraf berupa autisme yang telah ia miliki sejak kecil membuat masa depan seorang wanita muda yang lulus dengan menyandang predikat summa cum laude dari Seoul National University law school mendapat penolakan dari berbagai law firm. Penyebabnya tidak lain akibat gangguan spektrum autisme (ASD) miliknya yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak “nyaman” dan bahkan tidak yakin dirinya mampu mengatasi tekanan saat persidangan. Namun satu kesempatan tiba dan wanita muda yang memperolah nilai hampir sempurna ketika kuliah dulu itu membuktikan bahwa all the other law firms are making a mistake right now.


Movie Review: Thor: Love and Thunder (2022)

“Eat my hammer!”

Tidak terasa karakter superhero Thor kini tiba di film keempatnya, tapi menariknya dengan jumlah yang tergolong cukup banyak itu pesona Thor sendiri masih belum mampu untuk berdiri sejajar dengan karakter besar Marvel lain seperti Iron Man dan Captain America. Hal tersebut imbas dari perubahan yang coba dilakukan Marvel, awalnya didorong sebagai karakter yang condong serius dengan "dunia" yang kelam, di film ketiganya berpindah haluan dengan suntikan komedi ala Taika Waikiti. Image dan pesona Thor juga kena dampaknya, si tangguh yang super serius itu masih tetap tangguh namun kini cenderung lebih nyaman tampil sebagai superhero yang gemar bercanda, layaknya komika. Tapi bukankah beberapa temannya juga begitu? ‘Thor: Love and Thunder’: expensive sketch parade.


Movie Review: Cha Cha Real Smooth (2022)

“I'm sorry, growing up is hard.”

Tidak semua orang dalam hidupmu datang untuk tinggal, ada yang sebatas singgah lalu pergi setelah “membantumu” belajar berbagai hal menarik tentang hal baik dan hal buruk di dunia ini. Ya, saya pernah menggunakan kalimat serupa tapi memang itu merupakan salah satu bagian dalam kehidupan yang selalu menarik untuk diulik dengan berbagai cara, lewat drama keluarga misalnya hingga tentu saja kisah cinta. Kali ini hal tersebut bergabung dengan bagian lain dari perjalanan hidup manusia, yakni proses self-discovery, di masa muda yang masih penuh dengan kobaran api semangat dan juga ambisi tinggi, berhadapan dengan kenyataan hidup yang kadang mampu membanting jatuh mimpi yang sudah kadung digantung terlalu tinggi. Ya, tumbuh dewasa itu sulit. ‘Cha Cha Real Smooth’: goofy drama comedy with authentic empathy.


Movie Review: Ghost Writer 2 (2022)

“Setidaknya aku pernah jadi bagian kecil dari hidup kamu. Dan itu cukup.”

“Bekerja sama dengan hantu” tentu saja merupakan sebuah ide yang menarik tapi biasanya film yang menggunakannya sebagai materi cerita akan cenderung dominan bermain di ranah komedi, ketimbang horor yang tentu saja lebih akrab diasosiasikan dengan sosok hantu. Maka jangan anggap remeh film yang mencoba menggabung dua elemen tadi, karena di samping mengemban tugas utama mengocok perut para penonton di sisi lain ia juga akan mencoba membuatmu bertemu dengan berbagai momen mengerikan untuk sekedar sejenak menggedor jantung, dan lebih baik lagi jika ia mampu mempermainkan emosi penonton, walau sedikit saja. Tiga tahun lalu film ‘Ghost Writer’ hadir, dan kini kerjasama beda alam itu berlanjut lagi menjadi semakin luas dan besar. Lebih bagus? ‘Ghost Writer 2’: horor komedi catchy dan menghangatkan hati.


TV Series Review: Extraordinary Attorney Woo - Part 2

“If there was a competition to be fooled a person with autism would win.”

Kelainan sistem saraf berupa autisme yang telah ia miliki sejak kecil membuat masa depan seorang wanita muda yang lulus dengan menyandang predikat summa cum laude dari Seoul National University law school mendapat penolakan dari berbagai law firm. Penyebabnya tidak lain akibat gangguan spektrum autisme (ASD) miliknya yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak “nyaman” dan bahkan tidak yakin dirinya mampu mengatasi tekanan saat persidangan. Namun satu kesempatan tiba dan wanita muda yang memperolah nilai hampir sempurna ketika kuliah dulu itu membuktikan bahwa all the other law firms are making a mistake right now.


TV Series Review: Our Beloved Summer - Part 4 (Felina)

"Couples who fight often have a higher chance of dating again."

Sepasang mantan kekasih berjanji untuk melupakan kisah cinta mereka dan tidak bertemu lagi, tapi ternyata takdir berkehendak lain. Video dokumentasi kehidupan mereka di masa sekolah, tentang interaksi antara siswa peringkat satu dari atas dan siswa peringkat satu dari bawah mendadak viral dan kini disukai banyak orang. Hal tersebut membuat sahabat mereka, yang kini berprofesi sebagai program director kemudian meminta keduanya untuk membuat ulang dokumenter yang telah berusia sepuluh tahun tersebut, dan memaksa mantan kekasih itu membuka kembali lembar memori masa lalu mereka yang ternyata masih berdenyut dengan perasaan yang rumit.


Movie Review: Everything Everywhere All at Once (2022)

“Every new discovery is just a reminder, we’re all small & stupid.”

Enam tahun lalu sebuah film yang menggunakan “kentut” sebagai mesin utama penggerak cerita sukses memberi kejutan, berkisah tentang proses kembali pulang seorang pria yang terdampar di pulau terpencil dan berteman dengan mayat hidup yang doyan kentut. Ya, itu memang sebuah fantasi yang gila dan tentu terasa abstrak tapi justru berhasil membuat film tersebut terasa sangat berkesan dan memorable hingga kini. Dan kali ini duet Sutradara film tersebut mencoba memperluas arena bermain mereka dengan menggunakan ide yang tidak kalah menarik dan gila pula: bagaimana jika kehidupan yang kamu jalani kini adalah satu dari beberapa macam “versi lain” dari dirimu yang juga sedang berlangsung di tempat lain? Dan semuanya terkoneksi satu sama lain! Everything Everywhere All at Once’: another wild, weird, and wacky fantasy adventure from Daniels.


TV Series Review: Extraordinary Attorney Woo - Part 1

“That with their new ways of thinking and experiences, people with autism can later accomplish great things.”

Kelainan sistem saraf berupa autisme yang telah ia miliki sejak kecil membuat masa depan seorang wanita muda yang lulus dengan menyandang predikat summa cum laude dari Seoul National University law school mendapat penolakan dari berbagai law firm. Penyebabnya tidak lain akibat gangguan spektrum autisme (ASD) miliknya yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa tidak “nyaman” dan bahkan tidak yakin dirinya mampu mengatasi tekanan saat persidangan. Namun satu kesempatan tiba dan wanita muda yang memperolah nilai hampir sempurna ketika kuliah dulu itu membuktikan bahwa all the other law firms are making a mistake right now.


Movie Review: Minions: The Rise of Gru (2022)

“Even the smallest are capable of great things.”

Bicara kualitas tentu saja ‘Toy Story’ dan beberapa nama lain jelas berada di atas mereka, tapi dengan jumlah film yang sama ‘the Despicable Me franchise’ sejauh ini berhasil mengungguli petualangan Woody, Buzz Lightyear, dan teman-temannya itu dalam hal angka box office. Gru dan para Minions andalannya saat ini menyandang status the highest-grossing animated franchises and film series mengalahkan Toy Story, Shrek, Ice Age, serta Frozen. Itu bukti bahwa sejak pertama kali muncul di tahun 2010, Gru terutama para Minions telah sukses meraih hati banyak penonton dengan tingkah lucu dan konyol mereka, dan studio Illumination belum berhenti mengeksploitasi ladang emas itu meskipun dengan cara “memutar-mutar” cerita. Apakah strategi itu kembali berhasil? Minions: The Rise of Gru’: repetitively funky.


Movie Review: Licorice Pizza (2021)

“I'm not gonna forget you. Just like you're not gonna forget me.”

Ketika berbicara tentang cinta sebenarnya banyak orang yang bingung dan juga ragu pada cinta macam apa yang mereka mau, tidak heran jika kemudian muncul jalan penuh kerikil tajam dalam proses pencarian itu. Seperti karakter utama wanita di film ini, ketika ditanya apakah dirinya punya pacar jawabannya adalah "yes and no”, meski ia sadar bahwa ada pria yang sedang menyukai dirinya. Ya, rasa cemas dalam menentukan arah dan tujuan hidup memang menjadi bagian tak terlepaskan dari fase quarter-life crisis, masa di mana insecurity, ragu, dan kecewa kerap singgah di dalam berbagai hal di hidup manusia, dari karir, keuangan, dan tentu saja cinta. Tapi apakah cinta memang serumit itu? Licorice Pizza’: fantabulous!


Movie Review: Good Luck to You, Leo Grande (2022)

“Pleasure is a wonderful thing. It's something we should all have.”

Tidak semua orang datang ke hidupmu untuk tinggal, ada yang datang dan singgah lalu kemudian pergi setelah membuatmu “belajar” akan suatu hal, baik itu bahagia maupun luka. Mungkin hal tersebut akan terasa normal jika disajikan menggunakan karakter dengan hubungan yang normal pula, seperti sepasang kekasih misal, atau pasangan yang telah menikah lalu bercerai. Tapi bagaimana jika konsepnya sedikit “berbeda” yakni proses belajar dan lepas dari hidup yang kurang memuaskan antara wanita lanjut usia dengan profesi sebagai guru bersama pria muda berwajah tampan yang merupakan seorang pekerja seks? ‘Good Luck to You, Leo Grande’: playing with empathetic sex therapy.


Movie Review: Ngeri-Ngeri Sedap (2022)

“Sudah sukses-sukses kalian ya, sampai lupa sama yang bikin sukses.”

Rindu itu berat memang benar adanya, apalagi ketika harus terpisah oleh jarak yang jauh. Contohnya mereka yang pergi merantau sehingga meninggalkan keluarga yang mereka sayangi, dari pasangan, saudara, dan tentu saja Orangtua. Tapi sebenarnya yang merasakan rindu itu bukan hanya mereka yang pergi saja, namun juga mereka yang ditinggal merantau. Di film ini yang merindu adalah Orangtua, melepas anak-anak merantau setelah sukses mendidik mereka di kampung halaman, suatu ketika ingin mereka kembali dan mewujudkan “mimpi” Orangtua mereka. Tapi apakah kita hidup hanya untuk mewujudkan mimpi Orangtua? Tapi bukankah ada ajaran untuk selalu menghormati Ayah dan Ibu? Sebenarnya siapa yang paling penting di dalam sebuah keluarga? Keinginan Orangtua? Atau kebahagiaan anak? ‘Ngeri-Ngeri Sedap’: seperti Mie Gomak, tampak sederhana tapi enak.


TV Series Review: Kiss Sixth Sense - Part 1

“You and I will be sleeping together in the future.”

Dengan berciuman maupun ketika bibirnya tersentuh bagi tubuh orang lain, seorang wanita dapat melihat masa depan orang tersebut, kemampuan spesial yang pernah membuat kisah cintanya kandas. Sang mantan yang kini karirnya telah sukses mencoba untuk merajut kembali kisah cinta mereka, tapi wanita yang kini menjadi sosok idola di perusahaan periklanan tempat ia bekerja justru tidak memusingkan hal tersebut. Ia justru lebih merasa cemas pada masa depan hubungannya dengan sang boss yang sangat ia benci, karena setelah secara tidak sengaja mencium bibir sang boss, wanita tersebut melihat bahwa di masa depan mereka akan berpacaran.


TV Series Review: The Killer's Shopping List - Part 2

“Like who doesn't have a secret? Everyone has one.”

Meski sang pacar menilainya sebagai seorang pecundang dan sosok tidak berguna, tapi cinta seorang pria kepada pacarnya yang merupakan seorang Polisi itu tidak luntur, karena kisah cinta mereka telah berlayar selama 20 tahun. Pria tersebut terus mencoba menemukan pekerjaan tapi selalu berujung pada kegagalan, sesuatu yang terasa aneh bagi orang-orang di sekitarnya karena dia dikenal pintar dan memiliki daya ingat yang sangat luar biasa. Kemampuannya itu ternyata berguna dalam fungsi yang berbeda, bukan untuk ketika bekerja di supermarket milik keluarganya melainkan membantu menemukan pelaku kasus pembunuhan misterius dengan clue berupa daftar belanja.