Showing posts with label Mystery. Show all posts
Showing posts with label Mystery. Show all posts

TV Series Review: Little Women - Part 1

“Nothing in this world is more sacred than money.”

Mendadak kaya merupakan impian banyak orang, begitupula tiga orang wanita muda dalam sebuah keluarga. Kakak beradik yang baru saja mendadak ditinggal pergi oleh Ibu mereka itu awalnya hidup di ambang ekonomi lemah, tidak heran jika ketiganya lesu menjalani hidup. Si sulung menjadi outcast di tempat kerja, adiknya gemar berteman dengan alkohol tiap hari, sementara si bungsu yang gemar melukis merasa terbebani usaha kedua kakaknya agar ia bisa merasakan kebahagiaan, agar ia tidak seperti mereka. Suatu hari si sulung menemukan rejeki nomplok, sebuah tas hiking berukuran besar berisikan uang yang lantas membawa kehidupan mereka ke babak baru. People may lie, but money is honest.


TV Series Review: Big Mouth - Part 2

"I will give your enemy into your hands for you to deal with as you wish."

Sepasang suami istri saling mendukung pekerjaan masing-masing, Suami berprofesi sebagai Lawyer dan Istri adalah seorang Nurse, meski jumlah hutang mereka terus bertumbuh setiap menit dan semakin sulit untuk dilunasi karena “koneksi” terbatas sang suami. Lawyer yang dijuluki “big mouth” dengan tingkat kemenangan kurang dari 10% itu suatu hari mendadak mendapat panggilan telepon dari Walikota yang memintanya menjadi “boneka” di persidangan dan menyelidiki kasus pembunuhan yang disinyalir merupakan bagian dari sebuah konspirasi besar para penguasa serta kaum elite yang memiliki hak istimewa, termasuk penjahat terkenal Big Mouse, the king of the underworld and the most genius conman in history.


Movie Review: Nope (2022)

“They're going to come back. You ready?”

Meraih atensi yang besar usai membuat serial televisi ‘Key & Peele’ bersama Keegan-Michael Key, di tahun 2017 Jordan Peele berhasil memulai karir penyutradaraannya dengan sangat baik lewat ‘Get Out’. sosok yang sebelumnya lebih dikenal di bidang komedi itu menyajikan psychological horror dengan paduan satire yang menawan, memantapkan diri sebagai salah satu sineas menjanjikan dan mencetak angka box office tinggi, Peele dihujani pujian serta penghargaan. Dua tahun kemudian Peele mentransfer ide tentang doppelgänger ke dalam bentuk horror surealis nakal yang akan sulit untuk dilupakan, sebuah juicy presentation berjudul ‘Us’. Alhasil Jordan Peele langsung memiliki citra kuat sebagai storyteller berkat kemampuannya dalam mengutak-atik socially relevant themes dengan formula klasik genre, yang juga jadi jualan utama trailer film ini: terasa aneh, tapi kok menarik. ‘Nope’: close encounters of the third kind.


Movie Review: Decision to Leave (2022)

“Killing is like smoking. Only the first time is hard.”

Salah satu hal yang lekat dengan cinta adalah ia bisa menjadi misterius dan membuat bingung. Kadang sikap ramah atau bahkan senyuman kecil dapat melahirkan asumsi yang membuatmu bertanya-tanya, apakah itu merupakan sebuah respon yang positif atau hanya sekedar formalitas yang sederhana saja? Atau justru sebuah jebakan agar kamu merasa diperhatikan dan berharga di awal, untuk kemudian "dipermainkan" oleh hati? Cinta memang terasa indah, tapi cinta juga bisa menjadi manipulatif serta membawamu masuk ke dalam bencana. Hal itu yang coba diutak-atik oleh Sutradara Park Chan-wook, tetap bertumpu pada reputasi brutal and merciless miliknya untuk menyajikan one of the most exciting and innovative romantic mystery in the last decade. ‘Decision to Leave’: an elegant love story.


TV Series Review: Big Mouth - Part 1

"First, become famous. Then people will applaud even when you poop."

Sepasang suami istri saling mendukung pekerjaan masing-masing, Suami berprofesi sebagai Lawyer dan Istri adalah seorang Nurse, meski jumlah hutang mereka terus bertumbuh setiap menit dan semakin sulit untuk dilunasi karena “koneksi” terbatas sang suami. Lawyer yang dijuluki “big mouth” dengan tingkat kemenangan kurang dari 10% itu suatu hari mendadak mendapat panggilan telepon dari Walikota yang memintanya menjadi “boneka” di persidangan dan menyelidiki kasus pembunuhan yang disinyalir merupakan bagian dari sebuah konspirasi besar para penguasa serta kaum elite yang memiliki hak istimewa, termasuk penjahat terkenal Big Mouse, the king of the underworld and the most genius conman in history.


Movie Review: The Witch: Part 2. The Other One (2022)

“You really don't know who you are?”

Kala itu di review saya menyebut bahwa kakak dari film ini, yaitu ‘The Witch: Part1. The Subversion’ sebagai proses perkenalan karakter utama yang memiliki “kemampuan” unik di balik penampilannya yang tampak biasa saja, meskipun pada akhirnya semua penonton tahu karakter Ja-yoon memiliki kemampuan yang luar biasa. Mengingat sedari awal telah mencantumkan “Part 1” di judulnya maka kini fokusnya jelas tertuju pada apa yang akan terjadi di bagian selanjutnya? Apa yang akan terjadi pada Ja-yoon setelah berhasil “menang” di film pertama yang di tahun 2018 berhasil masuk sepuluh besar daftar “highest-grossing films released” di Korea Selatan? ‘The Witch: Part 2. The Other One’: another one iconic madness.


TV Series Review: WandaVision - Part 3 (Felina)


"You are my sadness and my hope. But mostly, you're my love."

Setelah pertempuran di Avengers: Endgame, dua superhero The Avengers mencoba melanjutkan kehidupan mereka sebagai manusia biasa, menyembunyikan kekuatan super mereka dari para tetangga di lingkungan baru yang menawarkan kehidupan pinggir kota yang indah. Namun ketika mulai menikmati hidup sebagai orang normal sepasang kekasih tersebut mulai merasa curiga dengan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup mereka yang mulai dipenuhi dengan berbagai hal ganjil dan aneh.


TV Series Review: Monstrous - Part 1

“As time passed by, the evil spirits must’ve gotten more evil.”

Sebuah kota kecil berubah menjadi kota zombie setelah hujan hitam melanda kota sehari sebelumnya. Masyarakat yang terkena hujan hitam tersebut akan mengalami perasaan aneh dan kesulitan untuk mengendalikan diri mereka, berujung pada aksi anarkis dan brutal. Hujan hitam tersebut diduga berasal dari roh jahat yang kembali bebas setelah sebuah patung berukuran raksasa dipindahkan dari sebuah gunung ke pusat kota, dalam rangka upaya meningkatkan sektor pariwisata kota. Fenomena menakutkan yang misterius itu coba ditemukan solusinya oleh sekelompok orang, terdiri dari Polisi, anak muda, dan arkeolog.


TV Series Review: Military Prosecutor Doberman - Part 1


"Shouldn't a prosecutor fight for justice? No. I serve whoever's on my side."

Menjadi "anjing peliharaan" rela dijalani oleh seorang pria, bekerja sebagai Jaksa Militer selama lima tahun dan bertugas untuk membantu rencana jahat yang disusun oleh seorang Pengacara korup tangan kanan leading conglomerate. Sebelum misinya usai ia bertemu seorang rookie wanita, Jaksa Militer yang ternyata juga mengemban misi lain di balik tugasnya, yakni untuk membalaskan dendam atas ketidakadilan yang dialami orangtuanya di masa lalu. Mereka bekerja sama untuk menghancurkan corrupt system di dalam militer yang kini memiliki pemimpin baru, wanita dingin yang tidak segan menghukum sang anak dengan memegang granat hidup.


Movie Review: Death on the Nile (2022)

“How many great stories are tragedies?”

Meskipun respon yang diterima memang mixed namun di tahun 2017 yang lalu film ‘Murder on the Orient Express’ sukses mencatatkan pencapaian box office yang jauh dari kata buruk: hampir tujuh kali lipat dari budget awalnya. Kenneth Branagh kala itu berhasil membuktikan bahwa kisah fiksi detektif penuh misteri yang sudah terkenal itu masih dapat menjangkau khalayak penonton yang lebih luas dan besar. Sekuel muncul namun sayangnya kisah diambil dari Agatha Christie's famous crime novels berjudul sama itu seperti bertemu beberapa rintangan, dijadwalkan rilis tahun 2020 yang lalu dan tertunda akibat beberapa hal, dari akuisisi Disney atas 20th Century Fox dan tentu saja, Corona. ‘Death on the Nile’: be careful when playing with spices.


Movie Review: Last Night in Soho (2021)

“Do you believe in ghosts?”

Edgar Howard Wright adalah seorang sutradara, penulis skenario, dan produser film Inggris yang dikenal karena film genre satirnya yang bergerak cepat dan kinetik, menampilkan penggunaan ekstensif musik populer yang ekspresif dalam bahasa sinematik yang cantik dan gaya pengeditan khas yang mencakup transisi, whip pans, dan wipes. Film yang ia tulis dan sutradarai selalu memiliki pesona unik serta gila yang kuat, hampir menjadi Sutradara ‘Ant-Man’ di film terakhirnya ia menyajikan car-chase layaknya opera dengan musik yang asyik, yakni ‘Baby Driver’. Kali ini Edgar Wright kembali dengan dark fairy tale with delightful nightmarish horror. ‘Last Night in Soho’: stylish, sexy, and sensual psychological horror. It’s a dancing horror.


TV Series Review: Dr. Brain - Part 1

“Can a civilization exist without ambition?”

Mencoba menciptakan sinkronisasi otak antar manusia merupakan tujuan utama penelitian seorang Ilmuwan otak, ia ingin agar di masa depan manusia tidak perlu lagi berbicara untuk menyampaikan sesuatu namun cukup memikirkannya di dalam otak mereka yang dapat terkoneksi dengan manusia di sekitarnya. Tapi di balik ambisi besar itu pria tersebut ternyata menyimpan sebuah rencana yakni untuk menemukan jawaban atas insiden misterius yang membuatnya kehilangan anggota keluarga. Pria tersebut ingin masuk ke dalam pikiran para korban yang terlibat untuk menemukan petunjuk di dalam ingatan mereka.


Movie Review: Old (2021)

“You look different, too.”

Tahukah kamu bahwa dua bulan lagi sudah tahun 2022? Ya, sepertinya baru kemarin kita bertemu paranoia dengan yang namanya Covid-19 dan tidak terasa sebentar lagi genap dua tahun kita beraktifitas dengan wajib menggunakan masker di wajah. Apa yang menyebabkan waktu begitu cepat berlalu? Apakah bumi yang beberapa waktu lalu sempat tampak seperti ‘Squid Games’ itu memang berputar lebih cepat? Apakah kita sudah lepas dari survival games? Itu menjadi salah satu ide film terbaru sosok yang pernah masuk bursa sebagai kandidat Sutradara film ‘Harry Potter and the Philosopher's Stone’, dan kini dikenal sebagai Sutradara horror-thriller with poorly received but sometimes financially successful movies. Di sini konsepnya menarik, bagaimana jika satu tahun ternyata bukan 365 hari, melainkan tidak sampai satu jam! Old’ : a body horror with interesting anomaly, and comes Shyamalan. (Warning: the following post might contains mild spoilers)


Movie Review: Malignant (2021)

“I will kill you all.”

Film ‘Insidious’ rilis di tahun 2010 dan tahun depan film kelimanya akan hadir, lalu The Conjuring yang pertama kali mengganggu paranoia penonton tahun 2013 telah memiliki delapan buah film di universe-nya, termasuk tiga buah film Annabelle dan spin-off menggunakan karakter Valak. James Wan adalah nama yang selalu terlibat di semua film tersebut tadi, baik sebagai Sutradara, Penulis, atau sebagai Produser, jadi tidak heran jika di comeback-nya ke bangku Sutradara film horor setelah rehat dan menukangi Aquaman ia mencoba menawarkan sesuatu yang seutuhnya baru dari sektor cerita meskipun sulit untuk memungkiri keterlibatan The Conjuring,Insidious, serta Saw di dalamnya. Malignant’ : scary events staged and curated by James Wan. (Warning: the following post might contains mild spoilers and sensitive content)


Movie Review: The Night House (2021)

“Do you guys believe in ghosts?”

Cukup sekitar tujuh menit buat film ini untuk membuat penontonnya merasa seperti akan terjadi suatu peristiwa aneh terhadap karakter utama, menempatkan kamu di dalam situasi hening yang dimainkan dengan manis temponya untuk kemudian disusul dengan bunyi ketukan yang menghentak dan memacu adrenalin. Saya rasa hal-hal seperti itu merupakan salah satu bagian penting dari sebuah sajian film horor dan di sini menjadi senjata yang baik untuk menggedor paranoia penontonnya yang dituntun ke dalam sebuah psychological struggle menarik yang sedang dihadapi karakter utama. The Night House’ : astounding psychological horror.


Movie Review: Whispering Corridors 6: The Humming (2021)

“There’s a kid that keeps following me. She only has one shoe on.”

Sebuah tempat akan dianggap angker ketika di sana pernah terjadi sebuah peristiwa yang merenggut nyawa manusia, apalagi jika peristiwa tersebut terjadi secara tragis maka semakin mudah beranggapan ada arwah makhluk halus di tempat tersebut yang masih gentayangan. Itu salah satu premis klasik genre film horror yang sangat mudah ditemukan dan telah menjadi basis utama Whispering Corridors film series sejak film pertamanya di tahun 1998. Setelah 12 tahun tertidur film keenam di film series itu rilis dan kembali mencoba menggunakan premis yang serupa. ‘Whispering Corridors 6: The Humming’ : a tangled horror.


TV Series Review: Only Murders in the Building - Part 1

“This sends the investigation into a whole new direction.”

Seorang pria yang kalah populer dari seekor kucing ditemukan tewas mengenaskan di apartemen miliknya, tragedi yang lantas mengundang rasa penasaran tiga orang penghuni apartemen. Seorang mantan Aktor terkenal tahun 80an, seorang Sutradara Broadway yang sedang kesulitan finansial, wanita muda yang sedang merenovasi apartement milik tantenya, ketiga penghuni tersebut mencoba menelusuri penyebab kematian pria tersebut tadi dan proses investigasi itu kemudian mereka jadikan materi bagi podcast berjudul Only Murders in the Building. 


Movie Review: Recalled (2021)


“I'll always be by your side. Even if you can't see me.”

Melepaskan diri dari trauma kelam di masa lalu bukan perkara yang mudah untuk dilakukan oleh semua orang, tidak sedikit yang bahkan masih terus mencoba agar dirinya dapat berdamai dengan tragedi yang meninggalkan luka dan kenangan pahit tersebut dalam jangka waktu yang lama, ada pula yang akibat bencana di masa lalu kini harus menjalani hidup mereka dengan terus menerus dibayangi-bayangi dengan rasa sakit itu, dari berteriak hingga berhalusinasi. Karakter utama film ini dapat melihat berbagai kejadian melintas di dalam pikirannya hanya beberapa detik saja sebelum kejadian tersebut terjadi di hadapannya. ‘Recalled (Memories of Tomorrow)’ : it's okay to not be okay.


Movie Review: A Classic Horror Story (2021)

“I am everybody's mother”

Seberapa klasik sebenarnya film ini sampai berani menggunakan judul seperti itu? Dari segi cerita memang benar karena ini seperti kombinasi berbagai materi cerita horror yang klasik, dan dari cara cerita dieksekusi juga sama klasiknya serta banyak mengingatkan pada film 'Midsommar' yang juga mengangkat isu serupa, isu kultus pemujaan yang ganjil dan aneh. Satu hal yang pasti kamu tidak boleh terlalu “polos” dalam memaknai judul yang digunakan film dari Italia ini. ‘A Classic Horror Story’ : when Midsommar won via a penalty.


Movie Review: Fear Street Part Two: 1978 (2021)

"A deal was made with the Devil."

Film horror mendapat sekuel jelas bukan sesuatu yang asing lagi, tapi kali ini hadir dalam bentuk sebuah trilogi yang rilis dalam rentang waktu satu minggu sekali tentu sebuah cerita yang berbeda, dibutuhkan persiapan yang matang tidak hanya dalam hal konflik saja tapi juga kreatifitas untuk membuat tiap bagian jadi terasa seimbang dan menyenangkan. ‘Fear Street trilogy’ dibuka dengan cukup baik di film pertama dan film kedua ini mencoba menggali lebih jauh dongeng horror itu dengan memberi sedikit variasi. 'Fear Street Part Two: 1978' : a tinged sequel.