Showing posts with label 2013. Show all posts
Showing posts with label 2013. Show all posts

Review: Human Capital (2013)


"Family is a disaster waiting to happen."

Kalimat manusia tidak pernah puas seperti sudah begitu akrab di telinga kita, sesuatu yang bisa dikatakan merupakan sebuah fakta yang sulit untuk ditampik. Mencoba untuk terus meraih sesuatu yang lebih besar dari apa yang kita capai memang bukan sesuatu yang tabu, tapi jika tidak di control keserakahan itu dapat meninggalkan konsekuensi bagi kita. Hal tersebut akan kamu temukan di Human Capital (Il capitale umano), perwakilan Italia di kategori Best Foreign Language Film pada ajang Oscar tahun ini, dari a nightmare before Christmas hingga berujung pada "kriminal" penuh intrik.

Movie Review: Patema Inverted (2013)


Konsep positif dan negatif yang dibawa oleh film ini juga memberikan dampak positif dan negatif pada hiburan yang ia hasilkan, ide liar yang akan langsung mengingatkan anda pada film Upside Down itu berhasil diterjemahkan kedalam visual yang mampu mempermainkan imajinasi penontonnya, sayangnya kehebatan yang ia ciptakan di sektor tersebut ternyata tidak membawanya berakhir di posisi tertinggi potensi yang ia miliki. Patema Inverted (Sakasama no Patema), bold, beautiful, and a bit banal animation.

Movie Review: Lupin the 3rd vs. Detective Conan: The Movie (2013)


Salah satu sistem dari terciptanya kesuksesan yang diraih secara tim berasal dari hubungan diantara orang-orang yang bekerja didalamnya, harus ada pemimpin yang kemudian akan memperoleh dukungan sosok pendukung dibelakangnya. Contohnya seperti Real Madrid atau Barcelona, mereka punya Ronaldo dan Messi yang seolah berada di dunia lain jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Film cross over dari dua karakter anime idola masyarakat Jepang ini seperti menggabungkan Ronaldo dan Messi di dalam satu tim. Lupin the 3rd vs. Detective Conan: The Movie, awkward blended between two of Japan's most beloved Anime characters.

Movie Review: Why Don't You Play in Hell? (2013)


"Movie God, if I can make a hell of a movie, I don't mind dying now."

Ia bisa membuat anda menangis sedih, ia bisa membuat anda tertawa bahagia, ia bisa membuat anda menutup mata, ia juga dapat menjadikan anda bertepuk tangan bahagia. Banyak hal yang dapat diberikan oleh sebuah film kepada penontonnya, baik itu dengan mengandalkan narasi yang kuat dan rapi, atau justru menggunakan style lewat sebuah permainan visual, tapi ada satu hal yang paling penting yang wajib diberikan oleh sebuah film kepada penontonnya, sebuah pengalaman dengan sensasi yang memuaskan dan menyenangkan. Need a fun time? Let’s play with this hell. Why Don't You Play in Hell?, a holy-shit loveletter to filmmaking from Sion Sono. (Warning: review contains strong language and image).

Movie Review: Beyond the Memories (2013)


Film yang merupakan adaptasi dari bagian terakhir manga series berjudul Kiyoku Yawaku ini seperti sebuah kisah romansa yang terjebak didalam warna sendu yang ia gunakan sejak awal hingga akhir, terasa manis, terasa halus, terasa lembut, namun sayangnya dengan durasi sepanjang 127 menit apa yang ia berikan berada di bawah potensi awal miliknya yang sangat menjanjikan. Beyond the Memories (Kiyoku Yawaku), a (too) tender love story.

Movie Review: The Great Passage (2013)


Film ini menciptakan kejutan tersendiri di kalangan penikmat film ketika ia terpilih menjadi wakil Jepang pada pertarungan Best Foreign Language di ajang Oscar tahun lalu. Ada yang mengatakan ia bukanlah sebuah drama luar biasa, namun itu masih jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan rasa bingung karena disampingnya hadir Jepang juga punya Like Father, Like Son karya Hirokazu Koreeda yang notabene akan menjadi nilai plus bagi negara mereka. Memang benar ini tidak megah, namun ia punya apa yang kita cari pada sebuah drama dari negeri sakura. The Great Passage (Fune o Amu): an old-fashioned inspiration.

Review: Suck Me Shakespeer (2013)


Dibalik judulnya yang terbilang aneh bahkan terasa sedikit kontroversial (dalam bahasa Jerman berjudul Fack ju Göhte), film ternyata berhasil meraih satu slot di ajang German Film Academy Awards pada kategori tertinggi, best picture, dan dari segi komersial ia juga membukukan pendapatan yang besar tahun lalu. Awalnya saya berpikir profit yang ia peroleh lebih berdasarkan judul yang ia gunakan, tapi ternyata Suck Me Shakespeer punya hal lain yang lebih dari itu, yang sayangnya punya pengaruh dalam kuantitas sangat kecil.

Review: Love Steaks (2013)


Film independent asal Jerman ini mungkin adalah salah satu pilihan tepat jika kamu mencari film tentang cinta dalam bentuk yang tidak begitu biasa. Materi yang ia gunakan memang tidak ada yang baru, tapi disini Jakob Lass berhasil menggunakan segala materi standard itu untuk menjadikan Love Steaks perjalanan cinta yang bukan hanya menyenangkan, tapi juga terasa segar, lucu, dipenuhi dengan aksi-aksi random seorang wanita bersama dengan Joaquin Phoenix doppelganger yang uniknya disamping mampu membuat dirinya tampak menarik tapi juga tidak begitu saja melupakan tema cinta yang ia bawa. Seperti judulnya, ini adalah daging steaks yang sedap untuk disantap.

Movie Review: The Attorney (2013)


Tidak peduli seberapa yakinnya anda terkait kemampuan dalam menjalani kehidupan dengan mengatasi dan menyelesaikan masalah yang datang kedalam kehidupan anda, selalu saja ada hal-hal yang baru yang mampu mengguncang dan memberikan pelajaran baru, karena manusia bukan hanya hanya tidak pernah merasa puas, tapi manusia juga tidak pernah berhenti untuk bertumbuh di berbagai hal dalam kehidupannya. Film ini seperti sebuah proses kehidupan tadi, perjuangan yang kemudian disambungkan dengan sebuah tantangan, sensasi box-office Korea tahun 2013, The Attorney (Byeonhoin).

Movie Review: The Terror Live (2013)


Sesuai dengan nama yang ia usung, film ini berhasil menyajikan penggambaran dari sebuah terror skala besar yang menggunakan unsur broadcast untuk mempermainkan berbagai isu yang ia bawa. Yang menjadikan ia terasa lebih menarik adalah upaya utama yang ia usung, tergolong berani, memasukkan masalah besar untuk bermain-main di ruang cerita yang sempit, yang celakanya menciptakan boomerang berbahaya baginya. The Terror Live (Deo Tereo Raibeu), falling slowly thriller. 

Movie Review: Hide and Seek (2013)


“There is a rumour going round our neighbourhood.”

Salah satu bagian besar dari petuah yang diberikan para orang yang sudah tua seperti kakek dan nenek sebenarnya sama dan sederhana, selalu berbuat baik dan juga melakukan yang terbaik dalam kehidupan, karena apa yang anda lakukan sekarang akan menentukan apa yang akan anda raih di masa depan, kesuksesan kini yang menciptakan ketenangan nantinya, atau bencana saat ini yang akan meninggalkan penyesalan dan trauma yang mengganggu. Hide and Seek (Sumbakkokjil), don’t always believe strangers, always lock your door.

Movie Review: Our Sunhi (2013)


"People in film aren't normal. They're all crazy."

Mereka bilang dunia ini panggung sandiwara, manusia sebagai aktor yang saling bertarung untuk menjadi yang terbaik, meskipun tidak sedikit diantara mereka merupakan pribadi kosong yang menyabotase diri mereka sehingga tenggelam dalam kesombongan tanpa identitas. Permasalahan tersebut coba digambarkan film ini dengan cara yang unik, Our Sunhi (Uri Seonhui), quite sharp and quite funny.

Movie Review: Nobody's Daughter Haewon (2013)


"Because, you know, if I can become like her, I can even sell my soul."

Rahasia itu seperti bom waktu, semakin jauh dan semakin dalam anda simpan, semakin besar pula tekanan yang akan anda rasakan, hal yang celakanya punya power yang sangat besar bukan hanya untuk mengurangi rasa bahagia hingga ketenangan dalam kehidupan anda, tapi mampu mencuri dan menghapus mereka, kemudian menggantinya dengan segala perputaran kehidupan yang melelahkan bahkan menakutkan. Nobody's Daughter Haewon, a less sharp satire.

Movie Review: Hope (Wish) (2013)


"Why did this happen to our little girl?"

Jika ditanya arti anak dalam kehidupan mereka, banyak orang tua akan menjawab anak sebagai alasan mereka hidup dan bekerja keras, sumber dari senyuman di wajah mereka, hingga permata yang menyinari kehidupan mereka. Ya, permata, anak ibarat permata bagi para orang tua, sosok yang akan berkilau ketika mereka telah dewasa, yang juga menjadi sumber kebahagiaan terbesar orang tua karena merupakan hasil dari kerja keras mereka di fase awal ketika menjaga, merawat, dan menuntun anaknya saat mereka masih kecil. Film ini menghadirkan sebuah kehancuran di fase awal tadi, Hope/Wish (Sowon): if it was your kid, can you call it an accident?

Movie Review: Ida (2013)


Tahukah anda bahwa salah satu dari sekian banyak cara untuk meraih kebahagiaan adalah dengan memiliki pola pikir terbuka? Ya, karena banyak diantara kita hidup dalam sebuah pola dimana kita merasa nyaman dan aman dengan apa yang telah kita yakini, dan kemudian menolak untuk keluar dari pola tersebut karena merasa takut tidak akan memperoleh hal positif yang sama, bersedia “terpenjara” meskipun sadar kita tidak sepenuhnya merasa bahagia. Ida, keep your eyes and mind open, maximize your sense and focus, it’ll haunt you. An adorable art.

Review: Life of Crime (2013)


  “She’s the other trophy in my life."

Memang banyak cara bagi sebuah film untuk membuat penonton tertarik dengan apa yang ingin mereka tampilkan, sinopsis yang menjanjikan, sejarah kesuksesan sutradara hingga rumah produksi itu sendiri, poster mungkin juga bisa, hingga yang paling mudah adalah seperti yang dilakukan film ini, dengan membentuk sebuah cast yang berisikan Will Forte, Tim Robbins, John Hawkes, Isla Fisher, dan Jennifer Aniston. 

Movie Review: Wetlands (Feuchtgebiete) (2013)


"Can you poop on my stomach?"

Ketika selesai menyaksikan film ini ada sebuah perasaan di mana saya seolah menemukan sebuah koin tanpa pemilik di sebuah arena bermain, iseng mencoba memasukkan koin tersebut kedalam jackpot machine dan berakhir dengan tiga gambar yang identik. Seperti hadiah menyenangkan yang datang tanpa diduga, sebuah hiburan yang disaksikan tanpa sebuah ekspektasi yang tinggi namun ketika berakhir ia berhasil membuat penonton seolah dihajar habis-habisan karena telah meremehkannya. Wetlands (Feuchtgebiete), a sweet wtf coming-of-age with crazy nymphomaniac girl. Oh, pizza. Oh, pizza. (Warning: review contains strong language and image).

Movie Review: The Immigrant (2013)


"Is it a sin for me to survive when I have done so many bad things?"

Film ini punya apa yang menjadikan sebuah film drama terasa menarik, karakter yang punya daya tarik dan pesona yang kuat, mampu menenggelamkan penontonnya kedalam petualangan yang mereka miliki, dan uniknya itu terbentuk dalam cita rasa abu-abu yang mungkin akan memutar perasaan penonton diantara gelisah dan menikmati. James Gray kembali dengan hiburan yang penonton harapkan darinya, The Immigrant, an understated old-fashioned melodrama.

Movie Review: Haunt (2013)


"Some houses are more dead than others."

Seberapa jauh anda coba mencari informasi awal sebelum menyaksikan film ini, dari tim produksi, sutradara, hingga para pemeran (di luar Jackie Weaver), anggapan yang pertama kali muncul pada Haunt tidak akan jauh dari sekedar sebuah film horror standard yang berisikan pengulangan lagi dan lagi dari berbagai hal yang telah identik dengan film horror, yang celakanya beberapa kali ia pergunakan dengan baik. Haunt, super standard horror with some good moments.

Review: Oculus (2013)


"You see what it wants you to see."

Hal sederhana yang terkesan rumit ini tentu saja tidak dilakukan oleh semua orang, tapi pasti ada penikmat film yang memiliki standard pribadi pada tiap genre film yang ditontonnya, sebuah standard yang ikut mempengaruhi hasil yang ditelurkan oleh rekan-rekan satu alirannya yang terbaru. Film ini menjadi salah satu korban dari aturan main tadi, Oculus, just a decent horror.