04 September 2014

Movie Review: Haunt (2013)


"Some houses are more dead than others."

Seberapa jauh anda coba mencari informasi awal sebelum menyaksikan film ini, dari tim produksi, sutradara, hingga para pemeran (di luar Jackie Weaver), anggapan yang pertama kali muncul pada Haunt tidak akan jauh dari sekedar sebuah film horror standard yang berisikan pengulangan lagi dan lagi dari berbagai hal yang telah identik dengan film horror, yang celakanya beberapa kali ia pergunakan dengan baik. Haunt, super standard horror with some good moments.

Bertahun-tahun yang lalu sebuah keluarga mengalami sebuah bencana dari rumah yang mereka tinggali. Franklin (Carl Hadra) dan Janet (Jackie Weaver), pasangan suami istri ini harus menerima fakta dimana anak-anak mereka meninggal satu per satu, musibah yang mereka yakini diakibatkan oleh hantu yang mendiami rumah mereka dengan sebuah kotak sebagai media yang digunakan untuk berbicara dengan orang-orang yang telah mati itu. Namun kisah kelam itu tidak berhenti sampai disana, hantu tersebut masih mencoba melakukan hal yang sama kepada penghuni baru.

Mereka adalah Evan Asher (Harrison Gilbertson) yang bersama keluarganya seolah tidak peduli dengan reputasi buruk yang dimiliki rumah tersebut, hingga suatu ketika Evan mulai memperoleh penampakan aneh yang mengganggunya serta saudara kandungnya. Peristiwa tersebut mempertemukan Evan dengan Samantha Richards (Liana Liberato), tetangga barunya yang bersedia membantu memecahkan masalah yang dimiliki rumah tersebut. Mereka mencoba berkomunikasi dengan orang mati, yang celakanya membawa mereka masuk semakin jauh kedalam bahaya yang lebih besar.


Haunt punya sesuatu yang menyenangkan, dan itu adalah narasi dari Jacki Weaver yang seolah menuntun kita untuk melalui kisah kelam dari rumah terkutuk itu, tapi uniknya hal kisah klasik yang ditulis oleh Andrew Barrer ini ternyata punya hal menarik lainnya, dan jujur saja itu sebuah kejutan. Ya, kejutan, karena sejak awal ekspektasi telah dipasang sangat rendah, terlebih dengan kekecewaan yang diberikan oleh film pertama ketika saya melakukan marathon tiga film horror. Hal menarik itu adalah bagaimana Mac Carter mampu menyuguhkan hal menarik yang penonton harapkan dari sebuah film horror, momen-momen dimana rasa takut yang tampil di layar mampu memancarkan energinya.

Haunt adalah film horor yang standard, dan itu benar, ceritanya terasa biasa, dari masuk kedalam rumah penuh kutukan, terjebak, dan kemudian mulai iseng untuk memilih bermain-main bersama berbagai kejadian dari dunia lain yang sesungguhnya dapat diselesaikan secara sederhana: keluar dan pindah dari rumah tersebut. Mereka yang telah kenyang dengan tipe horor seperti ini mungkin akan merasa bosan, malah tidak ada intrik yang berlebihan disini disamping upaya untuk mencoba sedikit kompleks menggunakan beberapa flashback untuk menjelaskan akar masalah yang terjadi pada rumah tersebut, dan itt belum menghitung upaya dengan kesan dipaksa pada unsur romance yang seolah ingin menyuntikkan kehangatan kedalam setting dingin miliknya.


Lantas apa yang menjadikan Haunt tidak jatuh menjadi sebuah horor standard yang membosankan? Kualitas terror yang ia miliki. Mac Carter berhasil mengemas hal tersebut dengan cukup menarik, berhasil memanfaatkan pilihan untuk mengandalkan visual bersama jump scare yang menusuk kedalam ketenangan, ia cerdik mempermainkan fokus para penontonnya untuk seolah merasa terlibat didalam cerita. Pesona ini yang selalu menjadi harapan utama saya ketika menyaksikan sebuah film horor, permainan atmosfir yang meskipun tidak begitu mengagumkan dan masih berada di level standard namun feel dari rasa takut dan ketegangan yang ia berikan cukup mampu menangkap dan kemudian membawa penonton ikut merasakan kehadiran “mereka” yang terbangun dengan cerdik.

Ya, cerdik, Haunt seperti kombinasi berbagai materi yang sudah sering kita saksikan namun tersusun kembali didalam sebuah kesatuan yang padat dan efektif. Cerita yang ia miliki dapat dikatakan juga tidak sangat buruk untuk sekedar menunjang kesibukan yang dipenuhi situasi dengan kesan bingung dan terkesan amatir yang ia tawarkan, dialog yang ia punya juga tidak begitu mengganggu dibalik kesan konyol yang sering muncul, dan itu dilengkapi dengan kinerja dari dua pemeran utama yang memberikan kecanggungan cinta yang cukup manis mengingat karakterisasi dari karakter yang mereka mainkan pada dasarnya terasa miskin.


Overall, Haunt adalah film yang cukup memuaskan. Ini jauh dari kesan memuaskan dalam konteks cerita, dan punya potensi besar untuk memberikan rasa jengkel pada penonton yang mengharapkan kualitas mumpuni pada elemen tersebut. Namun bagi penonton yang mencari horor yang mampu membuat mereka merasa dingin dan waspada, Haunt akan terasa menghibur, karena berbagai materi standard dari sebuah haunted house itu tampil dalam atmosfir yang cukup baik untuk memberikan ketegangan bersama teror yang dibentuk dengan cerdik.






0 komentar :

Post a Comment