17 December 2014

Movie Review: Lupin the 3rd vs. Detective Conan: The Movie (2013)


Salah satu sistem dari terciptanya kesuksesan yang diraih secara tim berasal dari hubungan diantara orang-orang yang bekerja didalamnya, harus ada pemimpin yang kemudian akan memperoleh dukungan sosok pendukung dibelakangnya. Contohnya seperti Real Madrid atau Barcelona, mereka punya Ronaldo dan Messi yang seolah berada di dunia lain jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Film cross over dari dua karakter anime idola masyarakat Jepang ini seperti menggabungkan Ronaldo dan Messi di dalam satu tim. Lupin the 3rd vs. Detective Conan: The Movie, awkward blended between two of Japan's most beloved Anime characters.

Kaito Kid berhasil melakukan upayanya mencuri sebuah berlian yang sangat berharga, namun anehnya aksi tersebut ia lakukan dengan menggunakan peralatan yang lebih kompleks dari pistol hingga perahu boat ketimbang alat andalannya hangglider cape. Hal tersebut pula yang menjadikan ia berhasil lepas dari kejaran Conan Edogawa (Minami Takayama) yang harus rela usahanya terhenti akibat skateboard miliknya terbelah menjadi dua bagian. Namun celakanya Conan cepat tanggap pada situasi aneh diawal tadi dan dengan mudahnya ia mengidentifikasi bahwa pencuri tersebut bukanlah Kaito Kid, ia adalah Arsène Lupin III (Kanichi Kurita). 

Tapi sayangnya Lupin sendiri tidak sadar bahwa ia sesungguhnya telah diperalat oleh wanita pujaannya Fujiko Mine (Miyuki Sawashiro) yang menjadi sandera dari seorang pria misterius dengan tebusan berlian yang berhasil Lupin curi. Berlian tersebut ternyata masih tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rencana pria tersebut mencuri berlian yang jauh lebih berharga bernama Cherry Sapphire. Situasi yang telah rumit setelah upaya polisi bekerja sama dengan detektif menjadi semakin rumit, dan sumbernya kali ini adalah penyanyi asal Italia bernama Emilio Baretti, ia mendapat ancaman yang memintanya untuk membatalkan konser, dan keberadaan Daisuke Jigen (Kiyoshi Kobayashi) yang berhasil tertangkap mata Conan ketika menyaksikan berita tentang Emilio Baretti di televisi.


Memang cukup sulit jika harus membahas ini jauh lebih dalam dan spesifik karena ada beberapa faktor yang menghalangi saya untuk melangkah ke arah sana. Pertama, saya hanya sebatas tahu ada karakter anime bernama Lupin III sementara tidak pernah membaca manga miliknya, apalagi menyaksikan series miliknya, dan informasi yang saya punya darinya hanya sebatas cerita dari sahabat bahwa Lupin III merupakan seorang master thief yang aksinya selalu mengasyikkan untuk di ikuti. Lain halnya dengan Conan, saya membaca beberapa komiknya, ketika ia tampil di layar televisi dahulu saya juga cukup sering mengikuti. Dengan keterbatasan tadi ekspektasi awal saya sayangnya tidak rendah mengingat karakteristik dari dua sosok utama juga pada dasarnya sangat mudah untuk menarik perhatian.

Ya, anda bayangkan saja ketika seorang ahli mencuri kemudian bertarung dengan seorang yang sangat ahli dalam menemukan pencuri, kita punya pahlawan yang kuat tapi kali ini kita juga memperoleh musuh yang terbilang sama kuatnya. Sayangnya seperti yang saya sebutkan diawal tadi ini pada akhirnya seperti memainkan Ronaldo dan Messi kedalam sebuah tim, mereka punya kemampuan untuk bersinar tapi tidak dengan sinar yang seterang ketika mereka menjadi bintang tunggal didalam tim itu. Rekan saya mengatakan apa yang film ini coba gambarkan terhadap karakter Lupin tidak jauh berbeda dengan gaya khas miliknya, begitu pula dengan Conan, tapi penggabungan dua gaya tersebut yang menciptakan kondisi canggung, bukannya menciptakan ruang baru dimana Lupin III dan Conan bergabung mereka di buat berdiri masing - masing dengan ruang gerak yang menjadi terbatas.


Kurang klik, mungkin sederhananya seperti itu. Film ini tidak mampu menghidupkan potensi miliknya dengan memasukkan dua karakter kuat miliknya kedalam sebuah petualangan yang menyenangkan. Memang tidak buruk, tahapan dalam cerita juga terbilang cukup baik, tapi tidak ada aliran yang memberikan sensasi bagi penonton ketika mereka menyaksikan masing-masing karakter beraksi di film mereka sendiri. Masih ada gadget canggih, masih ada aksi kejar-kejaran, humor yang ia suntikkan juga tidak jarang menciptakan tawa, tapi ketimbang terasa sebagai sebuah kombinasi film ini lebih condong tampak seperti dua film yang digabungkan menjadi satu, Lupin III diberikan waktu untuk menghibur penonton dengan aksi eksentrik miliknya dan setelah itu kita dibawa bergeser menuju Conan dengan sikap seriusnya.

Memang semua tidak keluar dari plot utama tapi mondar-mandir sebagai upaya mempertahankan dan menggambarkan daya tarik dari dua karakter utama memakan banyak atensi penonton pada misteri utama. Nah, ini yang gawat, bukankah hal tersebut yang kita harapkan dari film ini, masalah yang penuh kesan ambigu, kemudian misteri yang kompleks, berputar-putar mencari pelaku untuk kemudian diakhiri dengan konklusi menyenangkan di bagian akhir. Kualitas elemen ini terasa miskin di film ini, terlalu banyak karakter yang seperti dihadirkan untuk membuat penonton terpesona bahwa mereka juga ambil bagian dari cross over ini, momentum pada masalah pada akhirnya tidak tercipta, irama sering hilang. Andai saja fokus lebih besar pada masalah utama pada cerita ketimbang sibuk menghidupkan banyak kerakter kedalam cerita, mungkin ini dapat menjadi jauh lebih mengalir dan tentu saja lebih menarik dan misterius.


Overall, Lupin the 3rd vs. Detective Conan: The Movie adalah film yang kurang memuaskan. Tidak ada masalah yang berarti dari segi visual, apa yang anda harapkan dari Lupin III dan Conan akan anda dapatkan dari film ini, dan jika anda merupakan penggemar dari dua karakter ini rasa puas yang anda raih akan jauh lebih besar dari mereka yang hanya menjadi penggemar dari salah satu karakter saja. Itu yang saya rasakan dari film ini, memang berhasil mencuri atensi sejak awal hingga ketika ia berakhir namun sayangnya terasa minim sensasi, kombinasi yang kurang klik dan terasa canggung. Segmented.  









0 komentar :

Post a Comment