06 September 2015

Review: Catch Me Daddy (2014)


Ketika kamu melanggar lampu merah atau berkendara tanpa menggunakan atribut pengaman maka sudah menjadi tugas polisi bahkan hakim untuk memberikan kamu hukuman yang setimpal, tapi apakah semua hal di dunia ini harus berada dibawah teori satu ditambah satu sama dengan dua? Bagaimana dengan isu sensitif seperti jalan hidup misalnya, dan contoh sederhananya ingin digambarkan oleh Catch Me Daddy yang kemudian meninggalkan penontonnya dengan pertanyaan lain dalam cakupan yang lebih luas lagi. Mana yang akan kamu pilih, anak kamu patuh padamu tapi ia tidak bahagia, atau melihat anak kamu bahagia setelah melanggar aturan milikmu yang faktanya bukan merupakan sesuatu yang berbahaya?

Laila (Sameena Jabeen Ahmed) kabur dari keluarganya yang tinggal di pinggiran kota Yorkshire untuk kemudian memilih hidup bersama pacarnya, Aaron (Connor McCarron), seorang gelandangan yang sedang mencari pekerjaan. Mudah untuk menilai rencana Laila berlandaskan rasa cinta dimana ia berharap dapat membangun kehidupan yang baru bersama pacarnya yang berasal dari Skotlandia itu. Namun ayah Laila tidak ingin rencana putrinya terwujud, pria asal Pakistan itu memerintahkan saudara Laila dan orang-orang yang ia sewa untuk melakukan pencarian dan membawa pulang kembali putrinya yang berusia 20 tahun itu, bagaimanapun caranya. 



Catch Me Daddy adalah film yang memberikan penontonnya feel good ketika ia telah berakhir, karena sejak awal kita bisa menilai bahwa ini sebenarnya petualangan yang klise dan klasik di genre thriller, seseorang atau sesuatu hilang kemudian cari sampai ditemukan. Tapi ada satu hal yang membuat Catch Me Daddy tidak menjadi sebuah thriller yang begitu super standard, ia mampu menyampaikan dengan baik isu utama yang ia bawa. Sekilas ia memang tampak seperti aksi catch and run belaka tapi di debutnya ini Daniel Wolfe punya penggambaran lain didalam cerita, ia memberikan kita pertarungan antara tradisional dan modern dalam hal pola pikir, lengkap dengan plus dan minus di tiap bagian dan itu hadir dengan kesan abstrak yang begitu kental.



Ceritanya sendiri lebih bertumpu pada logika, tapi ia serta cara karakter berjalan sering kali tidak di jalur yang sama dengan tumpuannya tadi, bahkan kerap terasa liar. Catch Me Daddy seperti menolak untuk menuntun penonton di dalam narasi, masalah yang sederhana tadi ia sokong dengan opsi solusi yang juga sederhana, jejalkan mereka bersama rasa cemas serta rasa putus asa karakter, dan uniknya kita bisa temukan point terkait manusia sekarang ini. Ini seperti sentilan kecil tapi kuat dari Daniel Wolfe kepada kehidupan sosial sekarang ini, memadukan isu ekonomi, sosial, budaya, dan bungkus mereka dengan romansa cinta bersama salah satu elemen penting dari sebuah thriller, aksi kejar yang mampu memberikan liku-liku di cerita serta kejutan - kejutan yang oke.



Awalnya memang terasa kasar, bergerak lambat dengan maksud membawa penonton untuk lebih dekat dengan hubungan antara Laila dan Aaron, tapi dengan dibantu penampilan para cast yang juga oke Daniel Wolfe berhasil menjaga proses itu sehingga daya tarik tidak tenggelam, dan kemudian bergeser dari situasi yang tenang tadi. Salah satu minus film ini adalah karena cerita sering tampil di malam hari di beberapa bagian saya terasa sedikit terganggu tapi anehnya itu cukup efektif pula dalam menambah rasa waspada penonton pada karakter dan cerita. Tidak hanya itu karena ia semakin oke ketika di campur dengan misteri yang mampu membuat penonton terus bertanya-tanya, ancaman yang terus-menerus bersembunyi bersama tampilan alam yang pucat namun, dan meskipun punya potensi terasa melelahkan ada intensitas atau ketegangan yang oke dalam film ini dengan nuansa yang unik.



Catch Me Daddy bisa dikatakan merupakan Omar dalam versi yang lebih sederhana, kita tidak diarahkan untuk sebatas fokus pada masalah diantara karakter yang sebenarnya sederhana melainkan dibawa masuk lebih dalam. Ini adalah penggambaran masam dari kehidupan sosial di dunia modern sekarang ini, meskipun sangat implisit ia berhasil meninggalkan kesan yang oke sehingga meninggalkan penonton dengan hal-hal menarik untuk mereka cerna kembali. Dan, itu ia tampilkan dengan memasang thriller sebagai jualan utamanya. Catch Me Daddy adalah sebuah “dongeng muram” dengan alur tradisional yang berhasil mengolah kembali isu-isu klasik menjadi sesuatu yang cukup segar untuk dinikmati. Segmented.






0 komentar :

Post a Comment