20 May 2013

Movie Review: Evil Dead (2013)


Dalam bidang apapun, melakukan sebuah remake tentu saja tidak menjadi sebuah pekerjaan yang semudah banyak pihak kira, apalagi jika "something" yang akan ia hidupkan kembali tersebut pernah mencapai sebuah standar yang cukup tinggi. Hal tersebut yang sejak awal telah menjadi topik utama yang di antisipasi para penonton Evil Dead, apakah ia akan memakai pondasi dan cara yang sama, atau justru memilih bermain dengan sebuah warna baru yang memberikan sensasi berbeda.

Semua berawal dari kutukan yang masih menaungi sebuah pondok ditengah hutan. Sebuah peristiwa mengejutkan pernah terjadi disana, ketika seorang wanita muda harus tewas dengan cara yang mengenaskan di ruang bawah tanah pondok tersebut karena ia dinilai memiliki sesuatu yang tidak normal. Wanita tersebut memutuskan untuk membakar dirinya bersama ketimbang menunggu eksekusi dari senapan milik sang ayah, Harold. Sebuah keputusan yang tentu sangat berat bagi Harold, terlebih banyak orang menyaksikan peristiwa tersebut.

Mia (Jane Levy), David (Shiloh Fernandez), Eric (Lou Taylor Pucci), Olivia (Jessica Lucas), dan Natalie (Elizabeth Blackmore) mungkin kurang familiar dengan kisah tadi, dimana mereka memutuskan kembali ke lokasi tersebut dan menggunakan pondok itu sebagai ruang untuk membawa Mia lepas dari kecanduan narkoba. Namun sejarah itu masih tertinggal, bermula dari bau busuk di ruang bawah tanah, Eric membaca sebuah buku berjudul Naturom Demonto, yang kemudian membangkitkan setan yang mulai menghantui mereka.   


Hal menarik yang dimiliki Evil Dead sesungguhnya terletak pada bagian awal film, ketika screenplay yang dibentuk oleh Fede Alvarez dan Rodo Sayagues seperti menjanjikan sesuatu yang menarik karena berhasil menampilkan dengan jelas sebuah ruang cerita yang berbeda dari pendahulunya. Fede Alvarez seolah ingin menjadikan film ini lebih serius ketimbang versi Sam Raimi, menjaga kisah utama tetap memiliki fokus utama yang gelap, memutuskan untuk mengeliminasi secara menyakinkan unsur humor yang banyak kita temukan di film terdahulunya, namun tetap mampu menghadirkan beberapa bagian cerita memorable yang mengingatkan penontonnya pada film pertamanya.

Mungkin reaksi yang diberikan setiap orang akan berbeda-beda, dimana originalitas akan menjadi kasus utama karena keputusan yang dibuat oleh Fede Alvarez. Namun sebagai penonton netral, yang bukanlah seorang fanboy dari Evil Dead, saya justru merasakan sebuah daya tarik dari keputusan Alvarez tadi, dengan factor utama terletak pada lintasan cerita yang film ini hadirkan menjadi semakin jelas (ya, mungkin juga karena efek dari film pertama). Wanita yang sakit pada diri Mia sukses menarik perhatian, begitu pula dengan fakta dari kisah kelam pondok tersebut mampu menghadirkan sebuah kewaspadaan.

Sayang sekali, Evil Dead akhirnya harus jatuh pada sebuah kesalahan yang telah menjadi suatu hal familiar dari sebuah film horror, ia tidak mampu menjadikan konflik utama yang ia usung tampil menarik hingga akhir. Cara klasik yang Fede Alvarez gunakan memberikan imbas yang besar dimana semua yang ia bangun akhirnya perlahan ikut masuk kedalam ruang klasik dari film horror, kehilangan daya tarik, dan perlahan mulai membosankan. Terror dari karakter setan tidak bertahan lama, begitupula kekuatan dari misteri yang tersimpan pada buku yang menjadi sumber utama tidak di maintain dengan baik.


Evil Dead seperti tidak berkembang dengan baik sejak bagian tengah. Ya, ini horror, dan anda tentu tidak dapat mengharapkan sebuah cerita yang detail layaknya drama art-house. Yang sedikit disesalkan dimana kekuatan dari terror si setan mengalami degradasi yang cukup besar, padahal hal tersebut adalah unsur utama yang ingin film ini jual (dan juga hal utama yang diharapkan banyak penonton). Mia (Jane Levy memberikan performa yang cukup baik) dan empat kawannya tadi pada akhirnya seperti dikejar oleh sesosok makhluk dari sebuah eksperimen yang gagal, bukannya setan yang berasal dari dunia lain. Bahkan mereka sendiri tidak punya hal unik yang memorable. Sejak pertengahan film, jujur saja ini tidak lagi menakutkan.

Lantas berada di posisi manakah film ini dari pendahulunya? Membandingkan mereka sepertinya tampak mudah, namun meskipun masih menggunakan pondasi yang sama dua film ini punya warna yang berbeda, sehingga tingkat kepuasan akan berasal dari cocok atau tidaknya anda dengan cara yang lebih gelap dari Fede Alvarez. Satu hal yang pasti, Evil Dead tidak mampu memberikan sebuah kemasan seperti tag yang ia usung, “The most terrifying film you will ever experience.” Ya, bahkan jika film ini ditonton di studio sendirian, efek “terrifying” tidak akan memberikan dampak yang berbeda.


Overall, Evil Dead adalah film yang cukup memuaskan. Untuk standar dari film horror, Evil Dead adalah kemasan yang cukup menghibur. Saya suka bagian awal cerita, saya suka adegan gore penuh darah yang berani, saya juga suka keputusan Fede Alvarez untuk bermain dengan cara yang lebih gelap. Sayang itu hanya hadir di kurang dari separuh pertama, karena setelah itu tensi cerita jatuh, dan momen-momen menegangkan itu hilang. Tidak berkhianat, sayang juga tidak lebih hebat.



0 komentar :

Post a Comment