31 May 2013

Movie Review: The Hangover Part III (2013)


Sebuah film yang menarik tentu merupakan dambaan setiap elemen industri film, mulai dari penonton hingga sutradara film tersebut. Namun selalu ada dampak negatif yang film tersebut berikan dari kesuksesan yang ia raih, terlebih pada calon penerusnya. Ini yang dialami The Hangover franchise, dimana kegemilangan luar biasa dari apa yang The Hangover capai ikut menambah beban yang semakin berat pada film keduanya, yang faktanya berakhirnya buruk. The Hangover Part III, an epic finale?

Petualangan terbaru Alan (Zach Galifianakis), Stu (Ed Helms), dan Phil (Bradley Cooper) kali ini tidak ada kaitannya dengan tekanan dari sebuah pernikahan seperti yang mereka alami di dua film sebelumnya. Sumber utama masalahnya berasal dari Leslie Chow (Ken Jeong), yang setelah tertangkap ternyata berhasil lolos dari penjara di Bangkok, kembali ke USA, dan mencuri setengah dari total emas batangan milik seorang jutawan bernama Marshall (John Goodman) bernilai lebih dari US$42 juta yang juga ia curi dari seorang syeikh.

Imbasnya pada Alan, Stu, dan Phil memang sedikit aneh, dimana Marshall mendapati bahwa selama Chow berada di penjara ia sering berkomunikasi dengan Alan, melalui surat. Fakta ini seperti sebuah jalan bagi Marshall untuk menemukan kembali Chow, menangkap mereka saat hendak membawa Alan ke pusat rehabilitasi di Arizona, membebaskan mereka dengan sebuah tugas untuk membawa Chow beserta emas tersebut kembali padanya. Masih sama, ada sebuah batas waktu yang kali ini dengan taruhan nyawa sahabat mereka, Doug (Justin Bartha).


Menambahkan kata finale di dalam posternya bersanding dengan kata epic, Todd Phillips cukup berhasil menarik perhatian meskipun rasa kecewa itu masih ada dari apa yang ia tampilkan di bagian keduanya. Memang tidak dapat dipungkiri masih ada sebuah keinginan agar The Wolfpack dapat kembali menyuguhkan hiburan seperti apa yang mereka berikan di film pertamanya, sederhana, lucu, gila, dan dipenuhi sebuah gambaran kebebasan yang langsung menjadikan penontonnya jatuh cinta pada tiga karakter utama.

Todd Phillips sepertinya sadar akan hal itu, dan di bagian ketiga ini ia tampak ingin mencoba untuk kembali menerapkan hal yang pernah memberikannya kesuksesan. Tidak kompleks, bahkan cukup sederhana, namun sayangnya cerita yang ia tulis bersama Craig Mazin tidak mampu mengeksekusi begitu banyak unsur istimewa yang sebenarnya sangat potensial. Phillips dan Mazin seperti ingin membawa anda kembali mengenang petualangan tiga sahabat ini sejak empat tahun lalu, banyak menyinggung hal-hal lucu yang pernah mereka lalui. Menarik, menjadikan anda tersenyum ketika mengingatnya kembali, namun tidak istimewa karena dibentuk seperti tempelan untuk membantu menjadikan kisah utama semakin menarik.

Benar, sangat mudah untuk melihat upaya besar yang diberikan film ini untuk membawa kembali kesuksesan mereka, namun kembali menuai kegagalan. Cerita yang sebenarnya sangat sederhana itu di bentuk oleh Todd Phillips menjadi lebih panjang dengan cara yang kurang menarik jika tidak ingin dibilang kurang berkualitas. Mudah sekali menemukan bagian cerita yang terasa bertele-tele, punya point kecil namun memakan durasi yang begitu besar, hal yang justru merupakan kebalikan dari apa yang ia berikan pada elemen lain yang lebih potensial. Semua terasa kaku, baik dari joke-joke yang mereka berikan, jalan cerita yang terasa stuck di banyak bagian, hingga kedalaman cerita serta karakter yang sangat dangkal. Mereka bertiga tampak seperti boneka yang berjalan tanpa nyawa, dikendalikan cerita bukan mengendalikan cerita.


Seperti boneka, cara Alan, Phil, dan Stu dalam menjalankan cerita juga tampak kurang total, tidak bersemangat. Sepanjang film seperti tertulis di raut wajah mereka, “Oke guys, kami sudah lelah, mari selesaikan semua ini di tempat kita memulainya.” Hasilnya, The Hangover Part III  bukannya menjadi sebuah penutup yang epic seperti yang ia janjikan melainkan sebuah kekacauan yang berakhir datar. Bagian yang anda temukan di film pertama, hilang di bagian kedua, masih tidak akan anda temukan di film ini. Tidak ada lagi sebuah petualangan yang bebas dan seru, penuh kejutan-kejutan yang sebenarnya menjadi daya tarik utama film ini sejak ia lahir.

Jika benar ini adalah bagian penutup, maka franchise ini pergi dengan meninggalkan sebuah kekecewaan, bukan karena penontonnya masih menginginkan kisah mereka berlanjut, namun cara mereka menutup petualangan ini, tidak meninggalkan memori indah karena berakhir dengan sebuah kekacauan yang tidak menarik. Ini tentu menyedihkan, franchise yang diawali dengan sebuah kesuksesan besar, bahkan meraih Golden Globe dengan saingan yang tidak kalah berkualitas kala itu, (500) Days of Summer, Julie & Julia, Nine, dan It's Complicated. Muncul sebagai something yang begitu besar, namun harus berakhir sangat kecil.

Menggunakan John Goodman dan Melissa McCarthy adalah sedikit keputusan tepat yang diambil oleh Todd Phillips, mereka berhasil menjadi scene stealer. Begitupula dengan kembalinya Heather Graham, serta Mike Epps dengan karakternya Black Doug yang sangat terkenal di film pertama. Sedangkan Galifianakis, Ed Helms, dan Cooper seperti terjebak dalam tekanan yang menuntut mereka untuk menjadikan film ini sebagai penutup yang manis, yang celakanya anda juga seperti ikut merasakan beban itu. Tidak bebas, power yang lemah menjadikan mereka tidak fokus dalam menciptakan petualangan yang menyenangkan.


Overall, The Hangover Part III adalah film yang tidak memuaskan. It’s not an epic finale, it's an epic failed finale. Film ini ibarat membangun kembali sebuah rumah yang telah rubuh 70%, memulainya dari 30% yang tersisa, bukan dari pondasi awal. Datar, tidak solid, tidak lucu, bahkan beberapa bagian bernuansa personal juga tidak berhasil menyentuh sisi emosional. Tidak ada excitement dari sebuah petualangan yang seru pada film ini. Tagline yang ia pakai di film pertama sangat tepat untuk menutup (?) franchise ini, some guys just can't handle a mess.



0 komentar :

Post a Comment