06 December 2013

Movie Review: The Great Beauty (La grande bellezza) (2013)


"Our journey is entirely imaginary, which is its strength."

Apakah anda pernah berada dalam fase dimana anda mempertanyakan kemampuan diri anda, berhadapan dengan konflik batin yang terus mempertanyakan kualitas yang anda miliki. Cara terbaik untuk keluar dari fase tersebut adalah menemukan kembali inspirasi dan semangat yang dapat menjawab semua pertanyaan tersebut. The Great Beauty (La grande bellezza) coba menawarkan petualangan tersebut, sebuah proses penemuan penuh kenikmatan dalam bentuk nyanyian visual dan puisi sinematik.

Di usianya yang telah menginjak 65 tahun, Jep Gambardella (Toni Servillo) ternyata tidak menjalani hari tuanya seperti yang banyak orang seusianya lakukan. Dahulu Jep adalah seorang penulis yang sangat terkenal, sebuah novelnya bahkan masih terus dikenang hingga kini. Namun itu adalah karya terakhirnya, tepat 40 tahun yang lalu. Ya, selama empat dekade Jep tidak menghasilkan karya lainnya, kemudian memutuskan untuk pensiun dan mulai mencoba menikmati hidup dengan berpesta, hingga momen itu muncul, dimana pertanyaan yang selalu menemaninya meledak.

Berbagai pertanyaan disekitar perihal absennya ia dalam kurun waktu yang lama pada akhirnya memuncak. Jep mulai mempertanyakan kemampuan yang ia miliki, apakah ia benar-benar memiliki kemampuan seni, apakah kesuksesan dari karyanya yang terakhir itu hanya sebuah kebetulan belaka? Keraguan itu bahkan harus bergabung dengan trauma yang masih membekas pada memori istrinya yang telah meninggal. Hal tersebut memaksa Jep keluar dari zona aman yang ia punya, dan masuk kedalam petualangan di kota Roma, mengenang masa lalu dengan menyaksikan kembali berbagai seni dan fantasi disekelilingnya.


Hal pertama yang dapat digunakan untuk menggambarkan The Great Beauty adalah ia merupakan sebuah film yang sangat sangat segmented. Sangat, bahkan di bagian pembuka saya sempat mengalami kebingungan pada cara apa yang harus diterapkan untuk dapat menikmati film ini. Ia bukan art house, ia juga bukan sebuah drama klasik dan konvensional. The Great Beauty adalah sebuah puisi visual, Paolo Sorrentino ingin cerita yang ia tulis bersama Umberto Contarello menjadi sebuah kumpulan visual tentang berbagai pesan satir kombinasi antara hedonisme masa kini dengan proses menemukan kembali, memilih untuk berjalan dengan cerita yang dangkal namun tetap cerdas dalam menciptakan kenikmatan agar penontonnya ikut terjebak dalam lamunannya.

Lamunan, anda akan diajak untuk secara stabil dan bertahap ikut melamun, ikut berimajinasi bersama Jep Gambardella. Penonton tidak diberikan satu konflik yang kemudian harus dipikirkan apa jalan keluarnya, kita hanya dibiarkan lepas dan masuk dalam petualangan yang absurd mengelilingi kota Roma, dari bangunan, lukisan, sebuah proses observasi bersama gerakan kamera yang cantik dan indah. Struktur cerita yang ringan, tanpa narasi dan plot yang jelas, semua seperti telah disengaja oleh Paolo Sorrentino, karena ia ingin cerita tidak menjadi beban dan kemudian menciptakan sebuah ruang refleksi bahkan meditasi bagi penonton hanya melalui gambaran dari hiruk pikuk dunia luar yang mengelilingi jiwa yang telah letih dan gelap.

Pada dasarnya The Great Beauty hanya sebuah permainan emosional yang sederhana. Namun, keputusan untuk secara periodik terus berpindah dari satu konflik kecil menuju konflik kecil lain pada akhirnya membuat kita akan menemukan banyak pesan kecil yang secara mengejutkan berhasil menggunakan kesempatan kecil mereka untuk menghujam. Sulit untuk ikut terbuai terlalu dalam bersama imajinasi penuh pemandangan menarik dan menyilaukan itu, karena banyak hal-hal menarik yang ia selipkan, dari yang lucu, segar, hingga kompleks. Penonton seperti masuk kedalam sebuah proses berisikan tiga tugas yang sesungguhnya sangat mudah, mengagumi keindahan visual, mulai bingung, dan kemudian melakukan penilaian terhadap eksplorasi pada kehidupan moral manusia tentang cinta serta motivasi melalui petualangan karakter utama.

Ya, tiga bagian, dan sangat senang melihat bagaimana Paolo Sorrentino memberikan sentuhan totalitas penuh percaya diri pada mereka, dibentuk dalam perpaduan komposisi yang renyah dan halus, absurd namun terus terkendali. Ketiganya seperti dicanangkan untuk berdiri sejajar, yang juga menjadikan sulitnya bagi rasa bosan hadir ketika penonton telah klik dengan irama yang mereka hadirkan, menyaksikan kekacauan batin dari jiwa yang sedang berada dalam dilema dan frustasi penuh kekecewaan pada kehidupannya, dan perlahan mulai menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang ia punya, yang hebatnya hadir dengan cara yang cerdik dan menyenangkan tanpa terkesan menggurui yang juga tidak pernah lupa dengan sentuhan humor implisit.

Cinematography yang indah dan penuh energi, ditemani perpaduan musik dan score yang menyuntikkan nyawa kedalam cerita yang bergerak dalam alur menyenangkan, kemudian editing yang halus, segi teknis The Great Beauty adalah kemasan yang memikat. Namun Toni Servillo adalah kunci lain kekuatan film ini. Performanya memang tidak megah, namun hadir karisma, ada sosok yang bersahaja dalam diri Jep Gambardella, semua berkat kemampuan Toni Servillo bermain bersama tekanan kompleks dan sisi emosi yang ia miliki dengan cara yang anggun. Begitupula dengan chemistry yang ia bangun bersama Sabrina Ferilli (Romanisti pasti ingat wanita ini), efektif.


Overall, The Great Beauty (La grande bellezza) adalah film yang memuaskan. Ini adalah sebuah film angkuh dan percaya diri penuh sentuhan estetika yang menyenangkan. Ini adalah seni fotografi, ketika visual menjadi representasi kompleksitas kehidupan emosional manusia. Terjebak dalam kebingungan, tanpa overthinking, cukup buka mata, dan nikmati. 



0 komentar :

Post a Comment