16 March 2014

Movie Review: Cheap Thrills (2013)


“What doesn’t kill you makes you richer.”

Uang memang hanya memiliki bentuk fisik berupa lembaran kertas, tapi tahukah anda dibalik tampilan sederhana tersebut uang memegang salah satu peran yang sangat penting dalam eksistensi manusia. Yap, money rule the world, ia bisa menghancurkan semua dinding pembatas yang menjadikan sesuatu tampak mustahil, bahkan dapat membuat manusia normal yang waras menjadi kehilangan kendali dan bersedia melakukan hal-hal gila dengan taruhan nyawa. Isu tersebut yang coba ditawarkan oleh film ini dengan cara bersenang-senang, Cheap Thrill, sebuah sirkus gila sederhana yang efektif, liar, intens, dan rapi.   

Uang menjadi masalah terbaru bagi Craig (Pat Healy), seorang pria yang bekerja sebagai montir, memiliki seorang istri bernama Audrey (Amanda Fuller), dan seorang anak berusia 15 bulan. Mereka terancam digusur dari tempat kontrakan yang mereka huni, dan Craig harus melunasi tunggakan sebesar $4500 dalam tempo waktu 7 hari. Segala sesuatu seperti tidak berjalan dengan baik bagi Craig pada hari itu, ketimbang mencoba meminta kenaikan gaji ia justru malah harus kehilangan pekerjaan tersebut. Tekanan yang berat, Craig memutuskan untuk melepas penat di sebuah bar, dan kemudian bertemu dengan Vince (Ethan Embry), teman lamanya.

Mendengar masalah yang dialami sahabatnya, Vince berupaya membantu, namun uniknya hadir bantuan yang jauh lebih besar. Ia adalah Colin (David Koechner), pria kaya yang sedang bersantai di sudut ruangan sembari merayakan ulang tahun istrinya, Violet (Sara Paxton). Sedang ingin bersenang-senang, Colin bersedia membayar Craig dan Vince jika mereka mau melakukan apa yang ia minta, kesempatan yang langsung dimanfaatkan oleh dua sahabat itu untuk mempertahankan kehidupan mereka. Celakanya permainan itu perlahan semakin bertumbuh kearah yang ektrim dan liar, dari hanya sekedar memukul bokong dan mendapatkan tamparan, kemudian harus melibatkan darah dan tubuh mereka.


Tidak ada harapan yang begitu tinggi sejak awal pada film yang menjadi debut dari E.L. Katz sebagai sutradara ini, bahkan diawal sempat muncul rasa kurang begitu yakin pada cerita yang ditulis oleh Trent Haaga dan David Chirchirillo, berpotensi monoton dalam gerak lambat di ruang cerita yang kala itu masih sangat sempit. Namun ada yang hal menarik disini, ketika ia sedang mencoba membangun pondasi baik dari cerita dan juga karakter kita sebagai penonton seperti merasakan sebuah bisikan yang mungkin berbunyi “stay with me, stay with me”, seolah ia menjanjikan sesuatu yang menarik telah menanti kita. Dan benar, setelah perkenalan itu selesai Cheap Thrills akan membawa anda kedalam sebuah kekacauan sederhana yang intens.

Bukan hanya intens, namun dibalik materi klasik yang juga terasa predictable itu kita akan memperoleh kejutan demi kejutan yang terus mempertahankan nyawa dari konflik sederhana yang dangkal itu. Sangat suka pada cara E.L. Katz menerapkan pendekatan dalam upaya menggambarkan isu yang usung, pertama ia membangun konsep yang berhasil tampil matang, kemudian ia menyuntikkan unsur fun dipenuhi dengan kekerasan demi kekerasan yang eksploitatif tanpa harus menjadi sebuah gore murahan bersama dark comedy yang juga bekerja dengan baik, kemudian di tahap akhir ia tinggal memetik hasil dari kombinasi dua tahapan awal tadi yang sukses menghadirkan sebuah hubungan sebab akibat terkait harta dan manusia.

Hal tersebut yang kemudian menjadikan Cheap Thrill terasa tidak semurah judul yang ia usung, karena ada sebuah observasi menarik di dalam sirkus gila penuh thrill klasik yang mumpuni miliknya. Sebuah komentar sosial tunggal yang akan menggelitik penontonnya lewat sebuah pertanyaan, seberapa jauh anda akan berkorban demi uang? Pertanyaan tersebut digambarkan dan juga akan berputar di pikiran penontonnya, terus dibalut dengan nafas depresif, kita akan bertemu dengan karakter putus asa yang dengan instan dikuasai nafsu dan obsesi sehingga menjadi serakah, kehilangan kontrol dan menjadi buta sehingga menghancurkan batasan integritas yang mereka punya untuk bersedia melakukan hal konyol, bodoh, dan gila.


Masalah terkait moral tersebut dikemas juga dengan confident yang kuat, sehingga materi-materi familiar yang ia gunakan tetap mampu menyajikan sebuah hiburan yang bukan hanya menyenangkan berkat penggunaan komedi yang bekerja dengan baik, namun juga menjadi sebuah kisah yang provokatif dalam bentuk tajam dengan mengandalkan dilema dan cobaan yang dikemas dengan cerdas, penuh ketegangan yang energik dan efektif  tanpa harus terkesan terlalu liar dan mengganggu. Sepertinya Cheap Thrill akan menjadi bagian dari PnM Award tahun depan, karena untuk ukuran sebuah debut sebagai sutradara apa yang dilakukan oleh E.L. Katz terasa sangat baik, tidak megah, bahkan hanya bermain-main di hal klasik dan dangkal, namun ia mampu melakukan sebuah hal sulit dengan rapi, menyatukan isu serius dalam sebuah komedi lucu yang juga dibalut dengan thrill menyenangkan.

Divisi akting juga layak mendapatkan apresiasi. Chemistry diantara mereka memang tidak kuat, namun masing-masing mampu menjadikan karakter miliknya menebar sebuah misteri yang menarik. Yang terlemah adalah Ethan Embry, karena perannya memang hanya sebatas membantu Craig tanpa mengusung konflik pribadi. Craig sendiri berhasil dibentuk oleh Pat Healy dengan baik, kita dapat merasakan obsesi dan tekanan yang ia hadapi, dan David Koechner yang seperti menjadi MC selain mampu membuka jalan bagi cerita juga berhasil menyajikan sebuah misteri dari seorang sosiopat gila lengkap dengan komedi hitamnya. Yang menarik disini justru Sara Paxton, selalu tampak tenang namun sorot matanya yang penuh emosi dan sesekali menebar ancaman itu membuat kita sebagai penonton merasa seolah ikut berada didalam pesta tersebut.


Overall, Cheap Thrill adalah film yang memuaskan. Ini seperti mengamati sebuah isu serius yang sudah sangat umum terkait moral, manusia, dan uang dengan cara yang menyenangkan, dipenuhi dengan komedi yang mumpuni dalam cerita yang bergerak dengan dinamika dan tensi yang selalu terasa pas. Tidak megah, namun Cheap Thrill berhasil menyajikan sebuah pesta sederhana yang gila dan juga mencapai misi utamanya dengan efektif.



0 komentar :

Post a Comment