08 March 2014

Movie Review: Hwayi: A Monster Boy (2013)


Apakah anda pernah menyaksikan sebuah ilustrasi dimana seseorang berada dalam kebimbangan dan kemudian di kedua sisinya muncul sosok malaikat dan setan yang berupaya untuk menggoda agar orang tersebut melakukan apa yang mereka sarankan? Faktanya memang begitu, dimana setiap manusia pasti akan selalu ditemani sisi hitam dan sisi putih, itu mengapa self-control menjadi salah satu hal krusial karena dapat membawa kita bertahan di sisi positif, atau justru sebaliknya mengalami ledakan dan memberikan kesempatan pada setan, monster, dan segala macam makhluk gaib itu mengambil alih kendali. Hwayi: A Monster Boy, a good enough action thriller.

Sekelompok pria yang beranggotakan lima orang: Seok-Tae (Kim Yoon-Seok), Ki-Tae (Jo Jin-Woong), Jin-Seong (Jang Hyun-Sung), Dong-Beom (Kim Sung-Kyun), dan Beom-Soo (Park Hae-Joon), hidup bersama di sebuah rumah bukan tanpa sebuah alasan. Mereka adalah organisasi kriminal, dari pemimpin karismatik, planner, hingga ahli bela diri. Namun pada tahun 1998 sebuah aksi kejahatan yang mereka lakukan tidak berakhir dengan mulus, bukan pada target yang ingin mereka capai melainkan skema pemerasan yang mereka pakai meninggalkan seorang anak kecil, dan diasuh oleh Young-Joo (Im Ji-Eun), wanita yang telah dipasung oleh Seok-Tae dan kelompoknya.

Anak yang mereka namai Hwa-yi (Yeo Jin-Goo) itu tumbuh dengan normal, ia bersekolah, bahkan dapat merasakan ketertarikan pada lawan jenis ketika bertemu dengan Yoo-Kyung (Nam Ji-Hyun), namun disisi lain juga berlatih menggunakan senjata. Sayangnya rencana dari empat ayah Hwayi tidak serupa, ada yang ingin ia hidup normal namun ada pula yang tidak ingin membunuh potensi yang ia miliki. Sebuah aksi kejahatan terbaru menjadi arenanya, yang celakanya justru menjadi tempat dimana Hwayi menemukan fakta mengejutkan dan menyebabkan Hwayi berubah menjadi monster seperti sosok bayangan yang selama ini selalu menemaninya.


Sangat mudah untuk langsung merasakan sebuah ketertarikan setelah membaca sinopsis diatas, seorang anak yang dibesarkan oleh lima orang pria yang sangat akrab dengan dunia kriminal dan tidak menjadikan aksi membunuh sebagai sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Aksi kriminal itu memang akan menjadi konflik utama, namun ada sesuatu yang mengejutkan disini karena walaupun menawarkan tampilan luar yang berbeda dengan sentuhan thriller itu ternyata Jang Joon-Hwan masih menggunakan formula yang sama seperti yang pernah ia gunakan di Save the Green Planet!, trauma. Psychological thriller, mungkin begitu jika disederhanakan, terus menghadirkan permasalahan yang berupaya tampil mencekam, namun disisi lain meletakkan fokus pada sisi personal karakter.

Ini bukan hanya menarik pada awalnya, namun tergolong cukup sukses dalam mengemas inti utama yang dengan mudah membawa penontonnya masuk kedalam jalur dimana ia kemudian akan menyampaikan misinya terkait kemanusiaan. Disini Jang Joon-hwan seperti berupaya membawa penontonnya untuk mengamati kondisi dari manusia, perperangan batin dan emosi yang kali ini menggunakan sosok protagonis berupa bayangan seekor monster. Bukan sesuatu yang baru tentu saja, namun pada tahapan ini Hwayi terasa sangat mengasyikkan terlebih dengan keberhasilan Jang Joon-hwan mengemas narasi berisikan hal klasik dan predictable itu untuk menciptakan suasana berisikan rasa tidak nyaman, faktor kunci dari tipe film seperti ini.


Sayangnya sisi positif tersebut hanya terasa di bagian awal, karena setelah itu Hwayi tidak menunjukkan perkembangan yang mumpuni. Ini sedikit stuck, terlebih ketika kita sudah mengerti point utama sejak awal sehingga tidak hadirnya pertumbuhan yang baik di sisi karakter dan juga cerita menjadikan ide-ide menarik seperti hubungan ayah dan anak hingga cara bersikap sebagai orang tua itu pada akhirnya hanya terdampar pada sebuah ruang berisikan proses menunggu. Tidak ada ekplorasi yang mumpuni, gejolak emosi yang seharusnya secara bertahap terus membesar untuk mencapai sebuah ledakan itu justru terasa terlalu stabil sehingga tidak mampu mewarnai alur cerita yang perlahan mulai terasa kurang kokoh. 

Sebut saja ini adalah sebuah film substance over style yang berjalan dengan cara tradisional namun tanpa disertai dengan elemen lain yang mumpuni diluar konflik personal. Tidak masalah pada penggunaan cara tersebut di sisi teknis, namun tidak pada sisi cerita dan karakter, terlalu biasa, kekurangan energi, sehingga daya tarik yang sukses ia ciptakan di awal seperti simpati pada karakter serta tingkat ketegangan yang menarik perlahan meluncur jatuh, padahal hal tersebut tidak boleh terjadi karena disisi lain narasi justru tampil semakin rumit. Nyawa semakin melemah, namun cerita semakin kompleks, kondisi tidak selaras ini yang menyebabkan koneksi penonton pada konflik menjadi berat dan kemudian menjadikan semua aksi yang ia tampilkan di paruh akhir lebih terasa seperti tindakan sibuk sendiri.

Kurang mampu mencengkeram penontonnya hingga akhir merupakan masalah utama Hwayi, dan hal tersebut juga tidak dapat tertolong oleh kinerja divisi akting, nilai positif yang mereka berikan tidak mampu mendongkrak nilai keseluruhan. Yeo Jin-Goo jelas menjadi bintang utama, berhasil dengan mudah menarik simpati lewat sisi rapuh dan juga lembut yang ia tunjukkan. Sedangkan selain Kim Sung-Kyun, empat orang ayah punya kontribusi yang hampir setara. Kim Yun-Seok mungkin terlihat paling kuat, namun Cho Jin-Woong yang memberikan performa paling menarik diantara mereka, sisi sensitif yang dimiliki karakternya beberapa kali berhasil mencuri atensi. 


Overall, Hwayi: A Monster Boy (Hwayi: Gwimuleul samkin ahyi) adalah film yang cukup memuaskan. Sangat kokoh dibagian awal, namun perlahan akan hadir dampak dari keputusan Jang Joon-hwan untuk menjadikan ini sebagai sebuah kisah drama thriller yang tampil dengan cara tradisional, ia terlalu fokus pada konflik batin Hwayi tanpa membentuk elemen lain menjadi sebuah warna yang menambah variasi. Pada akhirnya ketika masalah pada sisi personal yang menjadi misi utamanya mulai melemah penonton tidak punya hal lain yang mampu menjaga perhatian mereka ketimbang masalah sederhana yang bergerak mondar-mandir dalam tensi yang stabil.



0 komentar :

Post a Comment