20 June 2014

Review: A Million Ways to Die in the West (2014)


"My worst fear is to OD on a recreational drug."

Seth MacFarlane merupakan sosok yang kreatif dalam hal imajinasi, dari Family Guy, American Dad!, dan The Cleveland Show semuanya berhasil ia bentuk menjadi show yang menyenangkan, dan kesuksesan penuh kejutan yang diberikan oleh Ted dua tahun lalu semakin memperluas karirnya menjadi penulis dan sutradara bukan hanya sebatas pengisi suara. But success can make you blind, uncontrolled ambition and obsession can give you a bad thing. 

Karena sikap pengecutnya, sheep farmer bernama Albert Stark (Seth MacFarlane) dicampakkan oleh kekasihnya Louise (Amanda Seyfried) yang lebih memilih Foy (Neil Patrick Harris) karena dapat memenuhi obsesinya. Albert kemudian memutuskan untuk pindah dari Arizona ke San Francisco, namun kehadiran penjahat mematikan bernama Clinch Leatherwood (Liam Neeson) merusak rencana tadi, membuat Albert bertahan dan kembali harus berjuang di lingkungan yang punya banyak cara menghadirkan kematian, serta mempertemukannya dengan wanita bernama Anna (Charlize Theron)


Dari sinopsis tadi saja film ini sudah kelihatan aneh, dan memang bukan hal yang aneh karena orang-orang yang berada dibelakangnya, Seth MacFarlane, Alec Sulkin, dan Wellesley, juga membawa misi sederhana yang aneh, menggambarkan bagaimana tekanan dan bahaya dari kehidupan di Wild West dengan cara bersenang-senang. Yang pertama itu awalnya cukup berhasil, yang terakhir tidak, gagal total malah. Ekspektasi tinggi pada Seth MacFarlane di awal film bukan secara perlahan tapi dengan kecepatan tinggi jatuh bebas, harapan ini menjadi selevel dengan Ted terlebih dengan cast yang menjanjikan itu hilang tanpa jejak. 

A Million Ways to Die in the West adalah contoh bagaimana sesuatu yang potensial diciptakan dengan sikap idealisme yang begitu tinggi sehingga tersampaikan dengan kasar dan canggung. Seth MacFarlane terlihat penuh ambisi dan obsesi disini, tapi ia juga tampak besar kepala dengan kesuksesan yang ia peroleh di Ted sehingga disini secara konsisten memaksakan apa yang ingin lakukan. Celaka memang, karena kita tahu komedi pada dasarnya bersifat sangat subjektif, hit or miss, dan disini mayoritas yang ia berikan meleset dari sasaran dan tidak mampu merubah omong kosong itu menjadi kemasan tidak kosong. 


Ya, omong kosong, berputar-putar tanpa sebuah tujuan yang penting, kita memang diajak bermain-main di arena yang juga menjadi tempat show-off bagi Seth MacFarlane. Tidak ada tindakan bijaksana yang ia berikan disini seperti di Ted, terlalu sombong untuk berlama-lama bersama pengulangan di banyak momen yang juga merusak potensi dari beberapa humor seolah sangat yakin bahwa apa yang ia jual itu akan menghasilkan tawa. Ini yang menjengkelkan banget, cerita jadi tidak padat, dan perlahan rasa kesal itu muncul ketika apa yang seharusnya lucu menjadi datar karena aksi gags yang berlebihan. Begitu juga dengan drama, gantung dan canggung. 


A Million Ways to Die in the West kehilangan semua sisi positif yang dimiliki karya Seth MacFarlane sebelumnya, Ted, dari pesona karakter dan juga konflik, alur yang mengalir, dan juga kejutan penuh spontanitas yang menyenangkan. Kinerja yang baik dari aktor seperti Charlize Theron dan Liam Neeson juga tidak mampu menjadi penyelamat, menjadikan A Million Ways to Die in the West murni hiburan dengan omong kosong yang dibentuk ceroboh bersama aksi bodoh over-the-top yang membosankan dan memberikan mereka sebuah kata tabu bagi komedi: tidak lucu. 









0 komentar :

Post a Comment