14 September 2014

Review: The Maze Runner (2014)


"The only way out is within."

Semoga saja kamu belum bosan dengan kedatangan film-film young adult terbaru yang membawa tema dystopia, tema yang mengandalkan perjuangan karakter muda untuk menciptakan perubahan yang kini telah identik dengan The Hunger Games. The Maze Runner hadir untuk menyemarakkan film-film sci-fi post-apocalyptic, yang meskipun belum mampu menjadi sebuah game changer untuk mencuri posisi puncak, at least ia mampu menjalankan tugas utamanya.  

Ketika terbangun seorang remaja pria bernama Thaomas (Dylan O'Brien) mendapati dirinya telah berada di pusat sebuah labirin berukuran raksasa. Ia tidak tahu penyebab mengapa ia bisa berada disana, hal serupa yang juga dialami oleh anak-anak lainnya yang telah terlebih dahulu menghuni The Glade, seperti Newt (Thomas Sangster Brodie), Gally (Will Poulter), Minho (Ki Hong Lee), Alby (Aml Ameen) dan Chuck (Blake Cooper), yang selama ini berusaha untuk mencari jalan keluar dari blok-blok beton yang dapat melakukan konfigurasi ulang tanpa peringatan itu. 

Jika harus menilai film ini dengan membandingkan apa yang ia berikan bersama apa yang novelnya (yang jujur saja benar-benar kuat hanya sampai di premis saja) berikan hasilnya adalah cukup memuaskan. Cerita yang ditulis ulang oleh Noah Oppenheim itu memang berhasil digunakan oleh Wes Ball untuk menciptakan sebuah perjuangan untuk keluar dari penjara skala besar ini konsisten terasa menarik di awal, upaya bertahan hidup dengan dikelilingi lingkungan penuh misteri yang tidak bersahabat dan mematikan yang dipenuhi dengan rasa putus asa dari karakternya yang mondar-mandir dalam gerak cepat yang sesekali berhasil menebar ketegangan bagi penontonnya, dan yang terpenting ia berhasil membangun pondasi masalah secara garis besar. 

Nah, itu dia tugas utama film ini yang sebenarnya punya peran cukup besar pada kecilnya antusiasme saya padanya, The Maze Runner seperti sebuah perkenalan penonton pada masalah dan karakter, karena setelah sinopsis lewat mayoritas yang akan kita dapatkan hanyalah ketakutan dan kebingungan yang secara terus menerus menemani karakter, dimana hasilnya kemudian akan dibawa menuju The Scorch Trials. Itu kenapa tadi saya sebut film ini berhasil menjalankan tugasnya, kita tahu masalah utama, kita kenal karakternya, kita dapat merasakan ketakutan dari mereka dengan kualitas yang tidak begitu buruk, begitupula dengan rasa bingung yang semakin akrab di wajah mereka, mereka semua digunakan untuk membangun misteri yang berisikan perkelahian, adu argument, perputaran plot dengan berbagai intrik. 

Jadi jangan heran kalau film ini nantinya akan terasa hit or miss, karena jika kamu belum membaca novelnya kamu akan mudah menilai ini sebagai petualangan yang stuck dengan karakter yang buang-buang waktu, bahkan ia sempat kacau di babak pertama sebelum masuk ke babak akhir yang dinantikan itu, didominasi pertanyaan siapa dan mengapa dengan sedikit drama dan lelucon yang disusun menggunakan formula yang familiar (cukup bosan untuk menggunakan kalimat itu). Tapi ada satu hal yang menjadikan film ini tidak mampu membuat tugasnya diawal tadi itu terlaksana dengan hasil pada point tertinggi, karakter yang kurang menarik dan cenderung hambar. 

Ketika ia punya tugas untuk mengenalkan, ketika ia punya kewajiban untuk membuat penonton tertarik dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, ia justru tidak punya karakter dengan pesona yang kuat. Karakternya banyak yang tampil datar, tidak ada perkembangan yang baik sejak ia dimulai, bersama dengan bahaya kematian kita juga ikut dikenalkan dengan tentang Thomas hingga Teresa Agnes (Kaya Scodelario), yang anehnya perlahan-lahan mulai tampak kurang menarik, sulit untuk merasakan empati dan emosi dari mereka, jadinya sensasinya itu juga perlahan hilang dari penonton walaupun kita diberikan berbagai action sequence yang terbilang cukup seru. 

Berimbang memang, The Maze Runner berhasil meletakkan dasar untuk sekuel (info terakhir sudah pre-production), menghibur dengan adegan aksi yang ditemani visual yang menarik, tapi sejak awal hingga akhir ia tidak pernah memberikan penonton sensasi yang menantang dari petualangan penuh intrik dan rasa bingung diantara karakternya itu, terasa tenang yang akan membuat beberapa penonton merasa mereka seperti kebingungan, stuck, dan mencoba membuang-buang waktu. Tidak memukau, tapi cukup menghibur.







0 komentar :

Post a Comment