18 September 2014

Movie Review: At The Devil's Door (2014)


"It's looking for a home."

Pada awalnya film ini terasa menarik karena ia punya Nicholas McCarthy, sosok yang pernah memberikan kita hiburan bernama The Pact, sebuah horor yang meskipun kurang kuat ketika bercerita tapi cukup mampu dalam memberikan suasana creepy kepada penontonnya. Namun daya tarik itu seketika meningkat setelah membaca fakta dibalik asal mula ide film ini dibangun, At the Devil's Door, another messy horror, but good enough for the creepy.

Seorang wanita muda (Ashley Rickards) dengan penuh keyakinan menuruti permintaan pacar yang belum lama ini ia kenal, pria yang meminta ia untuk pergi bersamanya menuju sebuah tempat yang sangat jauh dari keramaian, bertemu dengan seorang pria misterius, dan kemudian ikut dalam sebuah permainan sederhana menggunakan gelas plastik. Terlihat sederhana, tapi ada uang tunai sebesar $500 yang dapat ia peroleh dari permainan itu, asalkan ia bersedia untuk pergi menuju persimpangan jalan dan kemudian mengucapkan namanya.

Ternyata dengan melakukan hal tersebut wanita tadi secara tidak langsung telah menjual jiwanya, dan kemudian harus berhadapan dengan makhluk jahat yang senantiasa menemaninya. Tapi hal buruk tersebut ternyata tidak berhenti meskipun orang tua gadis tersebut memutuskan untuk menjual rumah mereka, kekuatan jahat tersebut seolah belum puas dan kini mulai menghampiri seorang agen real estate bernama Leigh (Catalina Sandino Moreno), serta adiknya Vera (Naya Rivera).


Tidak perlu ragu untuk mengatakan klasik, At the Devil's Door punya segala sesuatu yang terasa akrab dari sebuah film horor, lagipula dari sinopsis diatas tadi sesungguhnya tidak ada premis spektakuler yang ditawarkan oleh Nicholas McCarthy di karya terbarunya ini. Hanya sebuah wawancaranya terkait asal usul lahirnya ide yang lagi-lagi bermain dengan rumah, masa lalu, dan ketenangan yang membalut misteri sederhana ini, kisah seorang supir taksi itu yang menjadikan ini menarik, bagaimana ketika ia menjual jiwanya hanya dengan sebuah permintaan yang disodorkan kepadanya, mengatakan namanya, dan itu Nicholas McCarthy kemas hampir serupa dengan apa yang ia berikan di The Pact.

Ya, tidak jauh berbeda, rumah berhantu ditemani dengan sisi paranormal, yang kemudian ia racik bersama dengan kegelapan yang murung untuk memberikan penontonnya keresahan serta kegelisahan yang secara mengejutkan tidak begitu menjengkelkan. Aneh memang, karena tidak perlu menelisik terlalu jauh disisi lain anda akan dapat melihat cara ia bercerita yang terasa lemah, ia bahkan terlihat bingung bagaimana membagi fokus pada tiga karakter yang seolah saling bertarung memperebutkan posisi terdepan itu, terus memberikan berbagai pertanyaan tanpa disertai informasi yang sama baiknya, seolah hanya ingin agar penonton paham pada konflik awal, tidak mencoba berjalan terlalu jauh dengan misteri, dan menikmati rasa bingung itu dengan permainan creepy yang telah ia set.


Sesuatu yang salah memang, karena dengan begitu kita menjadi sulit untuk terjebak terlalu dalam bersama karakter dan juga cerita, tapi Nicholas McCarthy kembali berhasil menutup minus itu dengan permainan atmosfir yang, well, cukup menyenangkan. Dia cermat disektor ini, handal dalam membentuk mimpi buruk yang seadanya itu untuk kemudian dilebarkan menjadi sebuah kisah dangkal penuh kesan samar yang terus membuat penonton waspada pada terror yang seketika dapat datang memeluk mereka. Aneh, ia tidak mengganggu sama sekali, tapi petualangan oktan rendah dengan permainan menebak dan juga suara yang mencoba menakut-nakuti kita dengan cara yang mungkin terkesan bodoh itu mampu menciptakan kegelisahan untuk kemudian mengundang senyuman di wajah penontonnya.

Hal tersebut tidak lepas dari eksekusi cekatan yang dilakukan Nicholas McCarthy pada sektor ini, saya suka bagaimana ia menebar suasana creepy dan kemudian menjaga mereka untuk terus hangat di balik setting dingin yang ia gunakan. Itu yang seolah menjadi pengalih perhatian kita dari betapa lemahnya script yang ia miliki, sering terasa kaku dan kurang mampu menciptakan koneksi antara manusia dan supernatural yang sebenarnya dapat menambah daya tarik bagi imajinasi penontonnya, antara sengaja untuk tampil efisien atau justru karena malas dan memilih mengandalkan power dari kegelisahan yang ia ciptakan, keputusan yang terasa menghambat tiga pemeran utama yang bermain cukup baik itu untuk meraih potensi yang mereka miliki, yang seperti dilakukan oleh Caity Lotz di The Pact menjadi faktor yang menjadikan film ini tidak terasa buruk.


Overall, At the Devil's Door adalah film yang cukup memuaskan. Idenya menarik, dan ketika ia bangun dengan trik dan permainan plot dan formula yang klasik itu tetap tidak menjadi masalah, namun keputusan Nicholas McCarthy yang terus melempar misteri tanpa menyediakan jalan bagi penonton untuk mencapai solusi yang terasa mengganggu, terlebih dengan cerita sendiri yang tidak terbangun begitu kuat. Jelas bukan sebuah horor yang menakutkan, tapi dapat memberikan sedikit rasa puas bagi mereka yang mencari sebuah petualangan dangkal yang selama satu jam mampu mempermainkan rasa gelisah mereka.







0 komentar :

Post a Comment