13 December 2014

Movie Review: The Kirishima Thing (2012)


Ekspektasi awal ketika film ini baru saja dimulai adalah akan mendapatkan sebuah penggambaran dari seseorang yang bernama Kirishima, namun tidak begitu jauh dari titik start kemudian muncul pertanyaan lain, kapan Kirishima itu akan muncul? Lebih dari sepuluh menit kemudian pertanyaan kembali berubah, dimana sebenarnya sosok Kirishima itu berada? Namun setelah kekacauan satu persatu terbangun pertanyaan mengalami perubahan yang sangat drastis, who the hell is Kirishima? The Kirishima Thing (Kirishima, Bukatsu Yamerutteyo), a captivating high-school and social tragedy with stylish mindplay. 

Pada hari jumat di sebuah sekolah, ketika Ryoya Maeda (Ryunosuke Kamiki), siswa dari ekstrakurikuler film, bersama temannya Takefumi (Tomoya Maeno) sedang berdiskusi dengan seorang guru terkait kelanjutan film pertama mereka yang berhasil mendapatkan sedikit kesuksesan meskipun memiliki judul yang aneh, wanita dengan seragam merah masuk kedalam ruangan mereka, duduk di sebuah kursi, dan menangis. Gadis muda tersebut juga sempat mengikuti seorang guru yang menghampiri klub voli dan memberikan kabar bahwa pertandingan yang mereka akan hadapi harus tetap berlangsung meskipun tanpa kehadiran Kirishima.

Ketidakhadiran Kirishima pada hari itu menciptakan sebuah tanda tanya yang besar, ia tidak memberikan kabar pada sahabatnya Hiroki (Masahiro Higashide) yang pada hari itu diintai oleh Sana (Mayu Matsuoka) karena rasa curiga pada Aya Sawashima (Suzuka Ohgo), perempuan yang duduk dibelakang Hiriko, begitupula dengan Risa (Mizuki Yamamoto) yang mulai cemas dengan keberadaan pacarnya tersebut. Misteri tersebut juga menimpa Kasumi Higashihara (Ai Hashimoto) dan Mika Miyabe (Kurumi Shimizu), dua gadis muda dari klub bulutangkis yang juga merupakan sahabat dari Risa dan Sana.


Ada sebuah alasan sederhana yang membuat saya mudah untuk mengagumi film yang berhasil meraih penghargaan tertinggi pada Japan Academy Prize tahun lalu ini, ia sukses menghadirkan sebuah kekacauan skala besar dengan menggunakan sesuatu yang sangat kecil. Siapa itu Kirishima? Apa yang ia terjadi pada Kirishima? Apa yang sebenarnya telah Kirishima lakukan? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pasti akan berputar-putar dipikiran anda yang bisa saja menjadi asal mula rasa bingung pada tahap awal, bagian dimana Daihachi Yoshida seolah masih mencoba menggoda kita penontonnya dengan sesuatu yang misterius padahal hanya berasal dari hal-hal sederhana. Narasi non-linear, dari hari jumat, kemudian masih di hari jumat, dan lagi-lagi masih di hari jumat, sudut pandang pertama, bergeser pada karakter lain, dan melakukannya pada karakter lainnya.

Hal tersebut yang menjadikan The Kirishima Thing seperti sebuah hujan deras yang tiba-tiba jatuh ketika anda sedang asyik menatap langit dengan sinar matahari yang cerah, dalam satu hari dengan multi point of view, Daihachi Yoshida berhasil memberikan sentuhan yang cerdas dalam membangun pesan utama terkait kelas sosial yang ingin ia sampaikan. Ada kompleksitas, ada sesuatu yang tersembunyi, tapi disisi lain disamping pertanyaan yang kita alami pada eksistensi Kirishima yang semakin rumit rasa cemas kita pada banyak karakter yang ditempatkan dengan sangat baik itu juga perlahan bertumbuh. Semuanya terbangun dengan irama yang stabil, dan jika berbicara tentang kejutan ia punya dalam kuantitas yang banyak pada karakter dan cerita, tapi apakah ia memiliki twist yang mengguncang jawabnya adalah tidak.


Tenang, bukan berarti dengan mengetahui ia tidak punya twist yang mengejutkan kenikmatan film ini akan berkurang, karena faktanya plot yang ia miliki pada dasarnya juga sangat lurus, tapi ketika anda mulai sadar bahwa salah satu fakta lain yang The Kirishima Thing miliki bahwa ia adalah sebuah sindiran yang menyenangkan pada penerapan strata dalam kehidupan yang mulai ekstrim, anda akan semakin mengagumi film ini. Materi dari novel dengan judul yang sama itu berhasil di olah dengan cerdas oleh Daihachi Yoshida, sebuah misteri menghilangnya seorang siswa secara tiba-tiba, lalu ketika para siswa mulai berhadapan dengan fakta itu satu persatu masalah yang selama ini tersembunyi mulai muncul kepermukaan disitu kita akan melihat masalah sebenarnya yang ada di sekolah tersebut, sebuah kesenjangan sosial, popularitas, diktator, kelas bawah, kelas atas.

Sebut saja Kirishima itu ibarat induk ayam, dan semua karakter selain dirinya di dalam film ini merupakan anak ayam, ketika sang induk menghilang anak ayam mulai merasakan kepanikan luar biasa, dan hal terburuk yang mereka lakukan ada saling menyakiti satu sama lain. Dibakar dengan lambat dalam gerak cepat, ia juga disertai fokus yang kuat serta dalam struktur narasi yang rapi, ini adalah sebuah studi karakter yang menyenangkan. Kita tidak hanya ditemani oleh pertanyaan tapi juga pernyataan yang semakin menambah daya tarik dari pertanyaan tadi, pengulangan dari banyak sudut berbeda yang bukan hanya mampu melebarkan cerita tapi juga ikut mengembangkan karakter serta masalah yang eksis diantara mereka, dari bullying hingga cinta, serta uniknya mereka seperti tidak punya maksud untuk membuat penonton bingung, banyak humor yang bekerja dengan sangat baik didalamnya.


Mungkin satu-satunya nilai minus yang film ini miliki terdapat pada bagian akhir, sedikit terlalu cepat sehingga memberikan dampak pada konklusi, karena selain itu dari jumat hingga lima hari berikutnya kita akan ditemani sebuah eksplorasi sosial yang kreatif dalam menyampaikan tujuan utamanya. Gambar-gambar yang ia hasilkan memang tidak istimewa, kualitas akting juga tidak ada yang begitu standout kecuali Ai Hashimoto yang terasa konsisten hingga akhir serta Kamiki Ryunosuke yang punya beberapa ekspresi sangat efektif, tapi berkat editing yang memikat semua terangkai dengan manis sejak awal hingga akhir. Kita punya misteri yang menarik untuk di ikuti, kita punya karakter yang menarik untuk di amati, kita juga punya intimitas pada hubungan diantara mereka, kita punya masalah yang perlahan terasa intens, dan kita punya alur yang mampu merangkai hal-hal tadi bersama sensasi yang efektif dan tepat guna.


Overall, The Kirishima Thing (Kirishima, Bukatsu Yamerutteyo) adalah film yang memuaskan. Tidak begitu yakin apakah ini layak dikatakan sebagai salah satu film terbaik yang saya tonton tahun ini, namun dalam hal film paling mengejutkan ia adalah salah satu yang terkuat. Ia memang tidak megah, namun dengan materi yang sederhana serta eksekusi yang pintar The Kirishima Thing berhasil memberikan sebuah eksplorasi sosial dengan menggunakan lingkup sekolah yang terasa menawan. Segmented. 








1 comment :

  1. satu kalimat yang muncul di pikiran ane pas credit scene mulai jalan adalah "what the happened"?

    apa pikiran ane terlalu dangkal ?? -_-

    ReplyDelete