25 April 2015

Review: Home (2015)


"I do not fit in. I fit out."

DreamWorks Animation sepertinya masih berusaha untuk tidak menciptakan kesan terombang-ambing dari makna sesungguhnya dibalik nama yang mereka miliki, dimana film karya studio animasi yang menjadi pesaing serius bagi Disney dan Pixar ini masih belum mampu menciptakan image bagi penonton “film Dreamworks, pasti menawan.” Mimpi yang mereka ciptakan tidak selalu berhasil menciptakan hit di titik tertinggi, terlepas dari Shrek, Kung Fu Panda, dan How to Train Your Dragon, Dreamworks lebih sering menelurkan animasi standard yang akan dikenang karena warna-warna indah yang mereka berikan. Home, satu-satunya rilisan Dreamworks tahun ini, bergabung kedalam kelas tadi.

The Boov harus merasakan dampak dari rasa takut mereka yang mudah datang, sehingga setiap kali musuh bebuyutan mereka The Gorg menemukan tempat mereka bersembunyi The Boov terpaksa harus melarikan diri menuju planet baru. Kali ini di bawah komando Captain Smek (Steve Martin) mereka memilih bumi sebagai planet baru yang bukan hanya menjadi tempat persembunyian. Namun menariknya adalah masalah bagi The Boov tidak hanya datang dari lingkungan luar mereka saja, namun juga dari kaum mereka sendiri melalui salah satu Boov bernama Oh (Jim Parsons) yang melakukan kesalahan kecil namun fatal. 



Merangkum Home kedalam sebuah kalimat sangat mudah: film animasi yang tidak akan memberikan kamu kejutan karena pada dasarnya sejak awal ia tidak mencoba menghadirkan kejutan. Home seperti tidak diberikan ambisi yang begitu besar oleh Dreamworks, melemparkan hal-hal konyol yang memang bukan merupakan hal tabu pada sebuah film animasi tapi disini tidak mereka damping dengan elemen lain yang mampu membuat kamu para penonton untuk klik dengan karakter dan cerita, dan tentu saja berakhir dengan mengagumi mereka. Home tentu saja akan sangat mudah untuk dinikmati oleh penonton muda tapi dengan standard yang telah diciptakan beberapa film animasi pada unsur cerita sungguh memalukan bagaimana Dreamworks lupa bahwa cerita yang hambar menjadi salah satu hal yang harus mereka hindari sekarang ini.



Iya, ini hambar meskipun tidak sepenuhnya membosankan. Visual bekerja dengan sangat baik disini, penuh warna yang memanjakan mata namun sayangnya tidak mampu mendukung karakter-karakter cukup menarik itu untuk bisa mempertahankan atensi penonton. Home tidak mampu untuk terus membuat kamu untuk tertarik pada apa yang akan Oh dan Tip hadapi selanjutnya, membuat mereka bergerak menuju garis akhir menggunakan banyak komedi sederhana  yang hit dan miss sehingga perlahan membuat rasa frustasi terus bertumbuh. Ini yang menjengkelkan karena jika tidak dibantu dengan kualitas visual menawan itu film ini akan berada dikelas yang sama dengan mayoritas animasi direct-to-video, petualangan datar yang gagal menggambarkan berbagai pesan menarik yang ia bawa.



Home bukan sebuah animasi yang kosong pada elemen cerita, ada upaya penggambaran dari pelajaran sederhana seperti sikap pengertian misalnya, lalu pengorbanan dan sikap berani, dan yang paling klasik tentang keluarga, tapi mereka tampil canggung didalam alur cerita, terus meraba-raba pada materi yang ingin mereka gunakan sebagai senjata utama. Ambisius dalam memberikan berbagai pesan tapi tidak disertai dengan eksekusi juga sama ambisiusnya, itu yang menjadi kelemahan terbesar dari Home, dan akhirnya membuat kamu berputar-putar bersama visual dan lelucon tanpa henti yang lama kelamaan akan terasa menjemukan. Oh, itu belum mengikutsertakan bagaimana karakter juga terasa menjengkelkan, voicework yang mayoritas terasa miss dan tidak menciptakan karakterisasi yang mumpuni karena semata-mata mengandalkan bankability.



Permen akan terasa mengasyikkan untuk dikonsumsi jika ia mampu memberikan konsumen rasa yang membuat mereka terus menerus tertarik untuk menikmatinya. Home adalah permen yang tidak memiliki rasa tersebut, visual menawan yang akan mudah memanjakan mata penonton muda bahkan dewasa, tapi usahanya dengan mengandalkan limpahan lelucon untuk membuat kamu duduk manis hingga garis finish ternyata kurang berhasil. Tidak jarang Home terasa datar, tidak jarang Home terasa menjengkelkan, jangankan mengharapkan isi cerita yang mereka bawa mampu tinggal lama di memori penontonnya, kemampuan untuk menjaga atensi atau fokus dari penonton muda dan menjauhkan mereka dari rasa bosan saja Home sangat diragukan.







1 comment :

  1. salam pecinta film.

    permisi, saya mau promosi blog review film juga.

    [ iza-anwar.blogspot.com ]

    mohon tambahkan dalam daftar blog Anda dan follow serta like juga blog saya.

    maaf bila review saya masih amatiran dan saya ucapkan terima kasih sebelumnya :).

    ReplyDelete