15 January 2013

Movie Review: Django Unchained (2012)


Jika anda memiliki kualitas, anda pasti akan memiliki sebuah sinar yang memancar dari kepribadian anda, yang pada akhirnya akan menjadikan orang lain menaruh perhatian, atau bahkan mungkin membantu dan rela berkorban untuk anda. Itu mungkin sepenggal pesan kecil yang ingin disampaikan oleh Quentin Tarantino di “arena bermain” terbarunya, Django Unchained.

Seorang buruh kulit hitam bernama Django (Jamie Foxx), suatu malam di selamatkan oleh seseorang yang mengaku dirinya sebagai penegak kebenaran berkedok dokter gigi bernama Dr. King Schultz (Christoph Waltz). Schultz menyelamatkan Django dengan alasan memerlukan pendamping dalam menjalankan tugasnya, dan itu dibayar Django dengan talenta serta kharisma yang bahkan mampu membuat pengusaha kulit putih bernama Calvin Candie (Leonardo DiCaprio) serta asistennya Stephen (Samuel L. Jackson) terdiam karenanya.

Schultz meminta Django menjadi salah satu bagian dari tim kecilnya, menjadi bounty hunter dengan membunuh pria-pria kulit putih yang ada di list miliknya, dan memperoleh upah atau imbalan dalam bentuk uang. Perjalanan merekapun dimulai, sembari terus berusaha untuk menemukan Broomhilda (Kerry Washington), istri Django, sebuah bentuk rasa terima kasih dari Schultz kepada Django.


Sebuah cerita yang menarik, menggunakan kisah silent adventure dari dua sahabat baru, Tarantino menghadirkan sebuah pesan yang cukup menyentil, ketika kesenjangan sosial di tahun 1858 masih terlalu besar antara penduduk dengan warna kulit sebagai faktor pembeda, Tarantino menghadirkan Django yang kemudian seolah menjadi pahlawan baru yang selalu disorot dengan mata tajam dipenuhi rasa heran ketika ia menunggang kuda.

Layaknya tagline yang ia usung, The "D" is Silent, Django Unchained mampu menghadirkan suasana nyaman penuh rasa tenang selama 165 menit kehadirannya. Ya, bahkan adegan tembak penuh cucuran darah serta robekan anjing-anjing pada tubuh manusia masih mampu menjaga suasana itu tetap hidup, dan perpaduan apik-nya bersama musik dan score sukses menciptakan sebuah jalan bagi anda untuk lebih merasakan feel dari pertarungan tersebut.

Django Unchained sesungguhnya menawarkan cerita yang cukup serius, dengan tema rasisme yang sedikit frontal. Tapi anehnya, sejak awal saya sudah sangat sering tersenyum dengan cara Tarantino menyajikan cerita yang ia tulis sendiri ini. Ya, cerita yang serius itu justru tampak lebih menarik ketika ia telah di terjemahkan oleh para cast. Jika anda pernah menyaksikan film-film karya Tarantino, seperti Kill Bill dan Inglourious Basterds, anda pasti tidak akan ragu untuk bergumam “Tarantino Style”. Dia memberikan anda sinopsis yang sederhana, menjerat anda dengan dua karakter yang sangat kuat diawal cerita, dan voila, selamat datang di arena bermain miliknya.


Menyenangkan? Ya. Namun sayangnya tidak ada sesuatu yang baru dari seorang Tarantino dari film ini. Ya ya, mungkin saya saja yang kurang begitu teliti, namun setelah mencoba menyaksikannya sebanyak tiga kali, perasaan itu tetap sama, Django Unchained adalah sebuah paket lama yang dikemas dengan bungkus baru. Film ini seperti Inglourious Basterds yang lebih mengedepankan karakter-karakter yang jauh dari kesan serius, bersenang-senang dengan tema gelap yang ia emban, dipenuhi adegan-adegan keras yang telah identik dengan film-film dari sutradara narsis ini, yang kembali hadir di layar pada bagian akhir cerita.

Selain “style” dari Tarantino yang masih efektif untuk menghibur, Django Unchained juga sangat terbantu oleh kinerja dari para pemerannya. Jamie Foxx menjadi bukti bahwa karakteristik dari tokoh yang akan dimainkan seorang aktor sangat memperngaruhi performa yang akan ia hasilkan. Django yang tenang dan berkharisma itu hidup melalui sosok Foxx. Dan, ini dia kunci sesungguhnya dari film ini, Waltz, DiCaprio, dan Samuel L. Jackson, tiga pemeran pembantu yang bekerja dengan indah baik secara individu maupun sebagai sebuah tim. Waltz adalah yang terbaik, dan menjadi alasan kenapa saya menyukai film ini sejak menit pertama. Dan perpaduan-nya bersama DiCaprio dan Jackson menjadikan perundingan di meja makan itu menjadi salah satu adegan tenang penuh tekanan yang memorable.


Overall, Django Unchained adalah film yang memuaskan. Apa yang anda harapkan dari seorang Quentin Tarantino akan anda temukan di film ini, premis dengan tema gelap, namun menghadirkan kesenangan yang memuaskan dengan cara penyampaian yang telah lekat dengan “Tarantino Style”. Dibantu dengan kualitas dari para pemerannya, terutama Christoph Waltz, anda akan tersenyum di akhir cerita. Ya, itu yang saya alami, meskipun saya merasakan ada sedikit yang kurang, sehingga sulit untuk menaruh film ini sejajar dengan film-film “awards season” lain-nya.

Score: 8,25/10

2 comments :

  1. entah mengapa sya mlai myukai christoph waltz ktika bermain di inglorious basterds, cba perhatikan seakan akan kita fokus dan menyimak apa lagi kata2 yg terucap dri mulutnya,, ada ksamaan gaya berbicara waltz antara kedua film ini,, dganjar oscar?? sdh pasti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika berada ditangan yang tepat Waltz bisa jadi secret weapon yang mematikan. Di Carnage dia juga oke banget. Semoga berlanjut ke Spectre dan Tarzan. :)

      Delete