Showing posts with label Christoph Waltz. Show all posts
Showing posts with label Christoph Waltz. Show all posts

Movie Review: The French Dispatch (2021)

“All grand beauties withhold their deepest secrets.”

Tidak mudah jika berbicara tentang film karya Sutradara Wes Anderson, beberapa menyukai gaya visual yang telah menjadi ciri khasnya dengan komposisi dan detail yang cantik berpadu bersama karakter yang unik, tapi tidak heran jika di sisi lainnya ada yang tidak suka dengan gaya bercerita Wes Anderson yang terkesan egois serta terlalu mementingkan diri sendiri sehingga menilai apa yang coba ia sajikan terasa sebagai sesuatu yang dangkal. Kali ini Si Pencerita ulung itu mencoba justru semakin jauh mengeksplorasi elemen khas miliknya yang stylish and whimsical, homage yang lebih kompleks dari gaya formulanya selama ini dan punya potensi jauh lebih mudah untuk membuatmu lost in translation di dalam a love letter to journalism and the world. ‘The French Dispatch’ : another cosmos from the puppet-playing maestro.


Movie Review: No Time to Die (2021)

“I never forget your eyes under the ice.”

James Bond is an icon, tidak diragukan lagi merupakan mata-mata paling terkenal di dunia, pria idaman setiap wanita yang punya aura seksi layaknya Superman, karakter fiksi yang telah menjadi bagian tidak terlepaskan dari pop culture. Sejak pertama kali hadir di tahun 1962 karakter James Bond telah diperankan oleh tujuh orang pria dalam 27 buah film di mana sempat terjadi peristiwa unik di tahun 1967 dan 1983, kala itu dalam satu tahun ada dua buah film James Bond rilis yang diproduksi oleh dua production company berbeda. But the proper function of man is to live, not to exist. Begitupula dengan Daniel Craig’s James Bond, he didn't waste his days trying to prolong it. He has used his time. This is the end, hold your breath and count to ten. ‘No Time to Die’ : a lap of honor for Daniel Craig’s Bond. (Warning: the following post might contains major spoilers)


Movie Review: The Legend Of Tarzan [2016]


"He is no normal man."

Jika kamu tanya Google berapa banyak film Tarzan yang telah diproduksi maka kamu akan menemukan jumlah yang terhitung besar, dari fitur layar lebar, film animasi, hingga parodi. Pertanyaannya bukan apakah penting atau tidak untuk memproduksi kembali film pahlawan hutan yang dibesarkan oleh para kera yang sudah dilakukan berulang kali namun apakah produk yang dihasilkan tersebut mampu memberikan penonton pengalaman berpetualang bersama Tarzan yang terasa menyenangkan. Ya, sesederhana itu. The Legend of Tarzan, the most recent edition of the apeman adventure with hazy and gloomy swing.

Review: Spectre [2015]


"You are a kite dancing in a hurricane, Mr Bond."

Kabar bahwa Daniel Craig akan mundur sebagai James Bond setelah selesai bertugas di Spectre sebenarnya sangat mengejutkan buat saya. Alasannya? Karena di film sebelumnya, Skyfall, saya baru benar-benar merasa Daniel Craig sebagai seorang James Bond yang "tangguh", karakteristik dan karisma miliknya sebagai Agent 007 mencapai titik tertinggi, ia bersinar. Itu semakin disayangkan karena Skyfall sesungguhnya juga seperti sebuah transisi yang hendak membawa kita bertemu kembali Bond dengan rasa klasik, dan Spectre terhitung berhasil melanjutkan baton yang ia terima.

Review: Big Eyes (2014)


"She created it, he sold it, and everyone bought it."

Dengan absennya dua sosok favoritnya, Helena Bonham Carter dan Johnny Depp, kemudian duet utama pilihannya yang tampak sangat menjanjikan, Amy Adams dan Christoph Waltz, Big Eyes tampak menjanjikan berkat potensinya untuk menjadi sebuah terobosan baru dari seorang Tim Burton yang beberapa karya terakhirnya (selain Frankenweenie) sudah mulai mudah terbaca serta minim kejutan. Apakah itu terjadi?

Review: Horrible Bosses 2 (2014)


"New crime. Same tools."

Sekuel selalu menjadi sebuah pedang bermata dua, ia bisa meneruskan kesuksesan yang telah diraih pendahulunya, bahkan tidak sedikit yang mampu memberi penonton suguhan yang lebih baik, tapi di sisi lain ia juga dapat menjadi sebuah noda yang melukai pencapaian pendahulunya. Horrible Bosses 2 adalah sebuah noda bagi film pertamanya yang tiga tahun lalu bukan hanya sukses menjadi box-office hit tapi juga menjadi sebuah komedi "menjijikkan" yang menyenangkan.

Movie Review: Epic (2013)


Film ini seperti tidak perlu sebuah upaya yang begitu besar untuk meyakinkan para calon penontonnya. Trailer yang dibentuk cukup menjanjikan, jajaran pengisi suara yang dengan mudah akan mencuri perhatian dari Pitbull hingga Steven Tyler, hingga judul yang ia usung, seperti menunjukkan sebuah rasa percaya diri yang begitu tinggi pada kualitas paket yang ia miliki. Namun Epic bukan karya DreamWorks, apalagi Pixar. Blue Sky Studios, mereka (hanya) punya Rio yang menarik, selain itu hanya ada Ice Age series yang kita tahu bersama kualitasnya.

Movie Review: Django Unchained (2012)


Jika anda memiliki kualitas, anda pasti akan memiliki sebuah sinar yang memancar dari kepribadian anda, yang pada akhirnya akan menjadikan orang lain menaruh perhatian, atau bahkan mungkin membantu dan rela berkorban untuk anda. Itu mungkin sepenggal pesan kecil yang ingin disampaikan oleh Quentin Tarantino di “arena bermain” terbarunya, Django Unchained.