07 March 2015

Movie Review: The Con Artists (2014)


"Turning fake into real or turning real into fake?"

Tugas sebuah film memang sederhana, mampu menghibur penonton dengan berbagai metode sepanjang durasi yang ia miliki, tapi ada hal lain yang sesungguhnya juga inginkan dicapai oleh semua film, mampu meninggalkan penonton dengan impresi yang kuat ketika mereka berpisah dengan karakter dan juga cerita. Anda pasti pernah menyaksikan film yang mampu menghibur anda meskipun dalam kualitas yang sebatas cukup namun ketika ia telah berakhir anda hanya bergumam kecil, “oh, begitu, okay.” Hal tersebut yang terjadi pada film Korea yang meraup kesuksesan box-office di negeri asalnya tahun lalu ini. The Con Artists (Gisooljadeul): just a show-off arena for Kim Woo-Bin.

Ji-Hyeok (Kim Woo-Bin) merupakan pria dengan keterampilan mencuri yang memikat, seorang safe-cracking yang mampu menembus sebuah brankas dengan cepat dan tenang untuk kemudian mendapatkan benda yang menjadi targetnya seperti barang-barang antik dan juga perhiasan mahal. Ji-Hyeok tidak bekerja sendirian, ia merupakan leader dari sebuah tim yang berisikan seorang hacker muda bernama Jong-Bae (Lee Hyun-Woo) yang bekerja dari jarak jauh dan juga Goo-in (Ko Chang-seok), seorang planner yang mendampingi Ji-Hyeok saat beraksi. Suatu ketika mereka berhasil menembus sebuah brankas yang berisikan berlian berharga, tapi dari sana hadir masalah.

Ya, celakanya benda tersebut yang kemudian membawa mereka kedalam sebuah masalah yang tidak kecil, karena toko perhiasan yang mereka bobol tersebut ternyata milik President Jo (Kim Young-Chul) yang ternyata bukan seorang pria biasa. Melalui anak buahnya yang bernama Lee Jo Hwon (Lim Ju-hwan) ia berhasil menemukan Ji-Hyeok dan timnya, tapi bukannya memberikan hukuman berat sebagai sebuah pembalasan President Jo justru memberikan penawaran menarik kepada Ji-Hyeok dan timnya. President Jo menginginkan uang sebesar US$150 juta yang tersimpan di Bea Cukai Incheon.


Menilik dari perolehan box-office di Korea sana The Con Artists memang termasuk salah satu hit besar di tahun 2014 lalu dengan pencapaian lebih dari 2,5 juta penonton, tapi secara kualitas film ini adalah sebuah hiburan yang cukup mengecewakan. The Con Artists seperti di set untuk memuaskan penonton yang murni menggunakan subjektifitas sebagai tolak ukur kepuasan mereka, tapi bagi mereka yang mengikutsertakan objektifitas dalam menilai apakah mereka puas atau tidak ini adalah sebuah kemasan yang hingga akhir selalu berada di jurang antara baik dan cukup baik. Apa masalah utamanya? Tidak ada nyawa didalam cerita dan juga karakter yang berhasil tampil konsisten hingga akhir. Sangat senang sebenarnya dengan keputusan Kim Hong-sun di awal untuk tidak mencoba menyuntikkan hal-hal super rumit yang memberikan tuntutan lebih pada penonton agar dapat menikmati apa yang ia berikan, tapi kesan santai yang ia tampilkan justru menyebabkan The Con Artists terasa seperti sebuah cerita sebelum tidur dengan peragaan menggunakan boneka.

Jika harus menjelaskan The Con Artists secara cepat dan singkat dalam sebuah kalimat sebenarnya sangat mudah: treat for Kim Woo-bin fans. Bukan sesuatu yang salah memang karena memanfaatkan star factor yang dimiliki oleh cast juga merupakan pemandangan yang sudah sangat umum bahkan bukan hanya di perfilman Korea sana, tapi yang menjadi masalah disini adalah selain karakter Ji-hyuk yang dimainkan oleh Kim Woo-bin tidak ada lagi karakter yang mampu berdiri disampingnya dalam level yang sama, karena porsi kecil yang mereka miliki. Ini yang terasa menjengkelkan dari film ini karena sejak awal The Con Artists sudah “dijual” sebagai sebuah film dimana tiga orang pria membentuk sebuah tim untuk melakukan berbagai aksi pencurian, namun pada akhirnya Kim Hong-sun menjadikan The Con Artists sebagai arena dimana Kim Woo-bin melakukan hal-hal standard dan klasik dari sebuah film heist.


Masalah tadi mungkin terkesan simple tapi ada efek domino yang ia hasilkan. Ketika Ji-hyuk, Jong-bae, dan Goo-in melakukan aksi bersama apa yang tampil didalam layar adalah sebuah hiburan yang sangat menyenangkan, ada intensitas yang mampu menarik penonton untuk seolah-oleh menjadi bagian dari tim yang selalu waspada pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi, tapi ketika salah satu dari mereka terpisah yang hadir justru sebaliknya, monoton cenderung datar. Ini mengecewakan mengingat ketika ia telah memanfaatkan banyak waktu untuk membangun karakter dengan tepat yang dilakukan oleh Kim Hong-sun selanjutnya justru seperti transisi yang kaku script kedalam layar. Memang kita memperoleh alur cerita yang tersusun dengan baik tapi seperti yang saya sebutkan sebelumnya banyak bagian yang tidak mampu menampilkan pesona yang mampu mengikat atensi, atau at least seperti adegan shower yang dipaksakan itu.

Ya, pesona dari karakter, itu hal paling penting dari film dengan tipe seperti ini, bukan seberapa pintar ia mempermainkan penonton dengan berbagai trik, tapi sesuatu yang mampu membuat anda untuk stick bersama cerita dan karakter hingga akhir, dan celakanya The Con Artists sangat sangat lemah dalam hal ini. Materi inovatif bukan menjadi hal super penting dari sebuah film heist, cukup gunakan hal-hal klise dan tampilkan trik dalam eksekusi yang matang sehingga penonton dapat tersenyum di bagian akhir. The Con Artists pada akhirnya memang mampu membuat saya tersenyum ketika ia masuk ke proses pengungkapan itu, tapi senyum itu adalah senyuman miris karena dengan memakan waktu yang begitu besar seharusnya mereka dapat memberikan kesan “wow” yang lebih besar. Hal tersebut pula yang menyebabkan ia akan mudah dilupakan, upaya menjadi pintar dengan aksi mondar-mandir itu tidak menciptakan impact yang kokoh dan memorable di akhir cerita.


Hey, tunggu dulu, dengan segala kelemahan tadi bukan berarti film ini merupakan sebuah presentasi menggunakan hal-hal klise yang buruk, seperti yang di singgung di awal tadi ia bermain-main diantara baik dan cukup baik. Salah satu yang sukses dilakukan dengan sangat baik oleh Kim Hong-sun bagaimana ia membentuk comedy moment dengan tepat, anda akan mendapatkan banyak momen kecil yang meninggalkan hit menyenangkan. Pencapaian tersebut tidak lepas dari penampilan memikat Ko Chang-seok yang memberikan performa terkuat di film ini, punya porsi minim tapi selalu mampu meninggalkan kesan ketika ia bertugas menyuntikkan tawa kedalam cerita. Kim Woo-bin tidak buruk, tapi sepertinya ia aktor yang memerlukan waktu lebih lama atau beberapa episode untuk dapat membuat saya terpesona, dan yang mengecewakan adalah Lee Hyun-woo, seperti di Secretly, Greatly ia terasa kaku dalam menampilkan kesan misterius.


Overall, The Con Artists (Gisooljadeul) adalah film yang cukup memuaskan. Bukan sebuah kemasan yang buruk namun disisi lain potensi untuk memberikan rasa monoton juga tidak kecil, jika anda datang tidak sebagai murni sebatas Kim Woo-bin fans. Memiliki plus dan minus yang berimbang, pesona yang tidak stabil menjadi masalah utama meskipun beberapa momen menggunakan komedi cukup mampu mengalihkan perhatian dan rasa kecewa. The Con Artists adalah disposable movie, anda tidak akan merasa rugi menghabiskan waktu bersamanya namun ketika ia telah berakhir impresi yang tertinggal tidak istimewa, bahkan tidak menutup kemungkinan ditemani dengan sedikit rasa kecewa.









0 komentar :

Post a Comment