21 February 2013

Movie Review: Hyde Park on Hudson (2012)


Tujuan utama yang ingin disampaikan oleh sebuah film dengan bertemakan biografi adalah agar anda mengetahui kisah yang pernah dialami tokoh tersebut, dan mungkin bagi mereka yang sebelumnya telah mengetahui informasi tersebut dapat lebih memperdalam pengetahuan mereka. Hyde Park on Hudson akan mencoba mengajak anda lebih dekat kepada sosok Presiden ke 32 USA, dan salah satu tokoh paling terkenal dipertengahan abad ke-20, Franklin D. Roosevelt, yang ternyata pernah memiliki kisah asmara yang terlarang.

Franklin D. Roosevelt (Bill Murray), telah memiliki enam orang anak hasil pernikahannya dengan Eleanor Roosevelt (Olivia Williams), di tahun keenam masa kepemimpinannya justru menciptakan sebuah sejarah yang cukup dan mungkin sangat mengejutkan bagi banyak orang. FDR ternyata jatuh hati kepada Margaret Suckley (Laura Linney), yang akrab dipanggil Daisy, seorang pembantu di kediamannya, yang juga merupakan sepupunya.

Alasan utama FDR jatuh hati kepada Daisy karena dia merasa sangat comfort saat Daisybersamanya. Hal tersebut diketahui oleh beberapa orang, namun coba ditutupi, untuk menjaga image dari FDR. Namun di Juni 1939 semua terungkap, ketika King George VI (Samuel West) bersama istrinya, Queen Elizabeth (Olivia Colman), melakukan kunjungan negara ke kediaman FDR di Hyde Park, New York.


Yak, saya sendiri sebelum menyaksikan film ini tidak mengetahui kisah tersebut yang menjadi sumber utama cerita dari film ini. Hal tersebut pada akhirnya harus diakui cukup berdampak positif terhadap rasa penasaran pada kisah apa yang akan terjadi selanjutnya. Memang, jauh sebelum cerita mulai coba dibangun oleh Roger Michell, anda mungkin sudah dapat menebak dengan mudah akhir dari film ini. Tidak ada misteri besar yang tersimpan, hanya dapat berharap pada kehadiran twist, namun cukup termaafkan di garis start berkat kisah dari sejarah yang pernah dialami FDR tersebut.

Berada satu rumah bersama ibunya, istrinya, dengan dikelilingi banyak pembantu rumah tangga, seorang tokoh ternama dengan berani menjalin hubungan terlarang bersama seorang wanita yang di sisi lain juga merupakan sepupunya. Saya yakin pasti banyak yang akan tertarik pada premis tersebut. Tapi sangat disayangkan sejarah itu gagal diterjemahkan kedalam sebuah screenplay yang solid oleh Richard Nelson.

Kurang fokus, penyebab utama kegagalan yang film ini alami. Dia tidak punya pesan, tapi dia punya destinasi yang ingin ia tuju. Sayangnya, Hyde Park on Hudson tidak tahu bagaimana cara membawa anda menuju kesana dengan cara yang menyenangkan, yang bahkan di beberapa bagian seolah tampak bingung harus melangkah kemana sehingga menambahkan banyak elemen cerita yang terasa kurang penting. Konflik utama antara FDR dan Daisy kurang powerfull, bahkan mampu disamai oleh kehadiran King George VI dan Ratu Elizabeth.


Roger Michell tampak ingin mengekplorasi beberapa elemen cerita, dan mungkin bertujuan untuk menyeimbangkan warna dari cerita. Tapi ia melakukan kesalahan besar dengan mencoba menggali cerita yang justru memiliki potensi untuk mencuri perhatian penonton, sehingga menimbulkan momen dimana cerita utama terasa terlupakan untuk sejenak. Yang terkuat tentu saja adalah kisah persahabatan yang baru terjalin antara FDR dan King George VI, kuat dan menarik, dan sempat menenggelamkan konflik utama. Penyebab utamanya adalah tidak berhasilnya Roger Michell membentuk karakter FDR menjadi central cerita, menjadi tokoh kuat yang tidak bisa digoyang pengaruhnya terhadap cerita.

Hasilnya, Hyde Park on Hudson terasa seperti sebuah dokumentasi singkat dari salah satu kisah hidup FDR. Jika mau menghapus beberapa konflik pendukung, film ini dapat diselesaikan jauh lebih singkat dari 94 menit, yang bahkan menurut saya seharusnya dapat lebih panjang dengan mencoba mengekplorasi jauh lebih dalam kisah asmara FDR dan Daisy, tanpa perlu memberikan atensi berlebihan pada konflik pendukung. Intimitas dua karakter utama terasa kurang, karena durasi yang mereka miliki untuk membangun kisah tersebut juga singkat, dan terasa seperti dikebut.

Untung saja film ini punya Bill Murray sebagai senjata utama mereka. Sebuah keputusan yang tepat memberikan FDR kepada Murray, karena meskipun tidak didukung hal teknis yang mumpuni, Murray setidaknya mampu menjadikan saya merasakan kehadiran dari sosok FDR, bersama dengan kisah terlarang miliknya itu. Yang sedikit disesalkan adalah kesempatan yang dimiliki oleh Laura Linney, yang tidak diberikan porsi lebih untuk ikut membawa beban film ini bersama Murray, sehingga kurang berhasil menunjukkan kualitas aktingnya secara total.


Overall, Hyde Park on Hudson adalah film yang tidak memuaskan. Film biografi seharusnya mampu untuk memaksa memori anda untuk menuliskan secara jelas kisah dari tokoh yang ia angkat, sehingga dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama, karena fokus ceritanya yang memang sempit. Mozart's Sister, Argo, bahkan Lincoln, mereka mampu melakukan hal tersebut. Hyde Park on Hudson gagal, dan justru menjadikan 94 menit kehadirannya seperti sebuah dokumentasi singkat, yang kurang memorable. 


0 komentar :

Post a Comment