22 March 2015

Review: It Follows (2015)


“It could look like someone you know, or it could be a stranger in a crowd, whatever helps it get close to you.”

Hype itu sebenarnya sebuah kata yang manis tapi juga pahit dalam movie experience dan dampak yang ia hasilkan kerap begitu besar terutama pada genre horror dimana range antara ekspektasi dan hasil dilapangan yang tercipta dapat dengan mudah tampil begitu ekstrim. Contohnya seperti Insidious, dan saya juga semakin waspada apakah Sinister 2 dapat mencapai level yang sama dengan pendahulunya. Horor Indie berjudul "It Follows" ini juga punya potensi besar untuk membuat kamu terjebak kedalam hype, they even called it “one of the most striking American horror films in years.” Apakah itu benar? Absolutely yes. It Follows is one of the “sweetest” horror in a decade who can still be delicious one maybe even two or more decades from now. This thing, it's going to follow you!!

Jay (Maika Monroe) merupakan remaja putri yang sedang tenggelam dalam pubertas, hingga suatu ketika di malam hari ia memilih keluar bersama pacarnya, Hugh (Jake Weary), untuk melakukan hubungan seks. Yang menjadi masalah adalah dampak dari hubungan seks itu ternyata berupa sebuah siksaan menakutkan bagi Jay, dimana Hugh mengatakan dari kencan yang mereka lakukan tadi ia telah meninggalkan “sesuatu” didalam diri Jay yang tidak akan berhenti dan terus mengikuti Jay hingga orang lain mengambilnya dari Jay, dengan cara melakukan hubungan seks. 



Sinopsis tadi memang terlihat sangat sederhana tapi percayalah hasil yang film ini berikan kepada kamu adalah sebuah hiburan horror yang menakutkan dan menyenangkan secara bersamaan. Jika kamu takut tidak akan menemukan horror berkualitas seperti The Conjuring ataupun The Babadook di tahun ini maka sudah saatnya untuk mengubur rasa cemas tersebut, karena David Robert Mitchell berhasil memberikan sebuah horror menyenangkan dengan berbagai kombinasi elemen yang kita cari dari sebuah horror. Ini unik, It Follows adalah sebuah horror yang unik, ia terkesan standard bahkan pada awalnya kamu mungkin akan merasa ragu bagaimana ia akan menghibur dengan premis sederhana tadi, cara ia tampil dihadapan kamu juga menciptakan impresi bahwa ia tidak mencoba untuk menakut-nakuti, tapi setelah itu ia akan menangkapmu, mencengkeram, lalu mempermainkan kamu dengan pertanyaan dilengkapi dengan intimitas dan emosi, dan ketika ia berakhir ia akan terus tinggal di pikiranmu, terus mengikutimu.



Ya, itu yang sangat menarik dari film ini, ia membuat penonton bertanya-tanya dalam rasa ragu sembari terus berada dalam mode waspada. Tidak ada mitologi yang rumit dan membingungkan yang digunakan oleh Mitchell, tapi berawal dari sebuah kutukan kemudian lahir berbagai pertanyaan yang tinggal, membingungkan, dan mengganggu penonton. Ada ketidakjelasan yang dibentuk dan terjaga dengan manis disini, It Follows terus tumbuh kearah positif karena ia cerdas dalam menggoda imajinasi kita para penontonnya lengkap dengan score eerie tanpa mengumbar jump scare berlebihan. Intensitas yang ia miliki bukan hanya sekelas The Babadook bahkan sekelas dengan horror Jepang seperti Ju-on: The Grudge, memutar-mutar pertanyaan ada atau tidak ada yang lantas membuat rasa yakin dan penasaran kamu terombang-ambing liar tapi dengan tekstur yang padat jadi tidak membuat berbagai hal klasik dan super familiar dari sebuah film horror yang ia gunakan terasa biasa, malah berhasil ia tampilkan kembali dengan rasa yang segar.



Tidak ada yang baru kok dari It Follows, apa yang pernah kamu lihat dari berbagai film horror ada disini, dan seperti kesan tidak ingin tampil seram ia juga tidak ingin tampil berlebihan bahkan dengan tidak menerapkan backstory, tapi cara ia menyusun hal-hal klasik itu sukses membuat penonton masuk ke rasa takut mereka dan jatuh cukup dalam. It Follows tidak mau membawa kamu kedalam kerumitan yang akan membuat ia terkesan pintar, menggunakan logika ia berhasil memperluas cerita karena ia hanya ingin bergerak maju untuk terus membuat kamu bermain-main dengan kegelisahan dan pertanyaan yang anehnya juga memberikan kesan thoughtful. Ya, aneh, disamping upaya menebak-nebak tadi sebuah pemikiran bahwa sex tidak selamanya indah akan mencoba hinggap di kepala kamu, salah satu isu yang coba disampaikan dengan cara satir oleh David Robert Mitchell. Itu yang membuat It Follows seperti sebuah permainan yang intens, ia punya banyak cabang, dari misteri, thrill, horror, hingga drama dengan isu seperti sedikit coming-of-age misalnya yang tidak berhenti menarik perhatian.



Tapi menariknya ketika selesai menonton yang pertama terlintas di pikiran saya adalah Cinderella. Sama seperti yang dilakukan oleh Cinderella, It Follows adalah bukti bahwa hal-hal klasik masih dapat terasa asyik jika dikemas dengan cerdik. Cinematography terampil dikemas sehingga setting mampu memberikan kesan haunting, jeritan juga minim disini tapi ia mampu membuat seolah denyut nadi kamu adalah denyut nadi karakter didalam cerita, kamu berada disekitar mereka. Berbicara karakter mereka punya daya tarik yang mumpuni dan disini saya bukan hanya berbicara tentang Jay dan Hugh tapi juga karakter pendukung lain, punya kontribusi dalam untuk menciptakan rasa tidak aman dengan ditemani emosi yang mampu meraih simpati. Tidak memberikan karakter informasi yang terlalu jauh juga pilihan yang cerdik sehingga semua terjadi dalam lingkup yang sempit sehingga teka-teki terus hidup sembari rasa sesak yang mereka alami juga terus membesar.



It Follows adalah film horror yang lahir bukan hanya untuk membawa penontonnya masuk kedalam permainan penuh misteri menarik yang menyeramkan dan mengganggu, tapi ia juga lahir untuk menjadi sebuah kenangan yang indah. Sangat sederhana kok, lari kamu mati, jika tertangkap kamu juga akan mati. Membingungkan? Nah, itu yang membuat It Follows terasa menyenangkan, meskipun terasa super segmented. Di buka dengan dingin dan ditutup dengan poetic, It Follows bergerak tenang namun terus mencengkeram bukan hanya lewat pertanyaan yang ia punya namun juga pintar dalam memainkan tempo, momentum, dan suasana, misteri bersama thrill yang bukan hanya mengguncang ketika hadir di layar tapi memberikan kenang-kenangan berupa paranoia yang tetap tinggal dan bermain di pikiran kamu dalam waktu yang lama. This thing, it's going to follow you!! Guys, never go anywhere with only one exit.











4 comments :

  1. Abis nonton trailernya gue jadi super penasaran sama film ini. Nunggu Bluray nya rilis dulu deh gue, hehehe.

    ReplyDelete
  2. Seru nih filmnya, masak gara - gara gituan kena kutukan.

    ReplyDelete
  3. nonton ini dimana gan? jadi pengen nonton dah

    ReplyDelete