14 November 2015

Review: Heist (Bus 657) [2015]


"I want you to be the hero. I want you to save me."

Segala kerumitan cerita sebenarnya tidak perlu menjadi hal yang merepotkan bagi film yang mengusung thriller sebagai jualan utamanya, karena tugas utama memberikan thrill kepada penonton. Heist (Bus 657) mengusung tiga elemen: action, crime, dan thriller, dan ia merupakan salah satu dari sekian banyak film thriller yang terjebak dalam kerumitan dan akhirnya kerepotan untuk menghibur penontonnya dengan thrill yang menarik.

Vaughn (Jeffrey Dean Morgan) bekerja di sebuah kasino milik Francis "The Pope" Silva (Robert De Niro), pria yang siap melakukan apa saja untuk memperoleh keuntungan. Uang yang berputar di kasino tersebut sangat tinggi, kondisi yang bertolak belakang dengan Vaughn. Vaughn membutuhkan uang untuk membiayai pengobatan anak perempuannya, dan untuk mewujudkan hal tersebut bersama penjaga keamanan di kasino, Cox (Dave Bautista), mereka berencana melakukan perampokan kasino tempat mereka bekerja. Semua tampak mudah hingga hal rumit datang ketika Vaughn dan Cox melarikan diri menggunakan bus kota. 



Ide yang dimiliki film ini memang tergolong klise tapi saya sebenarnya di bagian awal cukup suka dengan bagaimana Scott Mann mendirikan konsep klise tadi. Hal yang membuat film yang memiliki judul lain Bus 657 tampak menjanjikan karena dari konsep memang ia sederhana tapi ada potensi hadir beberapa subplot yang tampak menjanjikan, dan tentu saja jajaran cast yang belum mengikutsertakan Gina Carano serta Kate Bosworth didalam. Tidak hanya itu, bagian sangat awal juga menarik karena cerita di tangan Scott Mann seperti tidak mau buang-buang waktu, mereka ditarik maju dengan kecepatan oke sehingga sensasi terbentuk dengan baik. Tapi itu tadi adalah nilai positif film ini, selebihnya adalah kekacauan yang kacau.



Ternyata cerita dan karakter yang bergerak cepat diawal itu merupakan usaha untuk menutupi minus besar yang dimiliki oleh naskah film ini. Jika menggunakan bahasa halus, Heist (Bus 657) merupakan film yang tahu ingin menjadi apa tapi tidak menemukan cara yang tepat untuk mencapainya. Sumber utama masalah ada di naskah, kamu akan bertemu dengan beberapa perasaan tidak beres didalam cerita karena skenario yang dibuat oleh Stephen Cyrus Sepher dan Max Adams juga dari awal hingga akhir lebih sibuk menemukan pijakan yang tepat untuk berlari. Hasilnya? Semua yang terjadi didalam cerita sejak sinopsis hingga berakhir lebih terasa seperti dilempar paksa untuk bisa fit sebagai satu kesatuan.



Karakter tidak punya emosi padahal konflik membutuhkan hal tersebut untuk membuat perjuangan Vaughn tampak berarti. Bicara tentang konflik banyak juga yang terbuang percuma, seperti konflik antara Vaughn dan Cox yang diwarnai saling berteriak dan mengejek layaknya anak kecil. Sebenarnya Heist punya beberapa subplot yang bisa digunakan untuk membantu, gunakan karakter yang dimainkan oleh Kate Bosworth dan Gina Carano misal, bukannya menjadikan mereka sekedar tempelan yang terasa percuma. Atau coba persempit cerita sehingga fokus jadi oke, karena cerita sudah klise tapi Heist terus berusaha menghadirkan belokan yang jatuhnya tampak menggelikan.



Bagaimana dengan Robert De Niro? De Niro terlihat mencoba memberikan kinerja terbaik yang ia bisa dengan materis berisikan dialog buruk itu, tapi tidak banyak membantu sehingga karakternya jatuh datar. Bukankah lebih menarik menyaksikan sebuah thriller yang punya konflik sempit tapi menghasilkan pukulan yang besar ketimbang thriller yang mencoba tampak kompleks tapi kelabakan sehingga pukulan yang ia hasilkan lemah? Heist (Bus 657) berada di kondisi kedua, sebuah film tentang kejahatan yang tidak punya kegelapan oke, thriller ompong yang terasa setengah matang.







0 komentar :

Post a Comment