29 June 2016

Review: Finding Dory [2016]


"I have to find my family."

Semenjak kemunculan fitur pertama mereka ‘Toy Story’ pada tahun 1995 Pixar Animation Studios perlahan namun pasti tumbuh besar dan kini menjadi one-to-beat di genre animasi. Karya Pixar mayoritas selalu sukses menciptakan impresi yang sangat kuat di standar yang tinggi dan itu memberi tugas yang berat bagi “penerus” atau sekuel di mana sejauh ini tidak semua dari mereka berhasil tampil di level pendahulunya. Banyak kalimat positif yang dapat digunakan untuk menggambarkannya dan jika disimpulkan pada satu kalimat sederhana: Finding Nemo merupakan salah satu film animasi anak-anak yang paling dicintai sepanjang masa. Apakah penerusnya ini berada di level yang sama tingginya? Finding Dory is another good animation from Pixar.

Satu tahun setelah peristiwa menghilangnya Nemo, Dory mengisi kesehariannya bersama keluarga barunya, Marlin (Albert Brooks) dan Nemo (Hayden Rolence). Namun suatu ketika di saat membantu Mr Ray (Bob Peterson) mengajar kenangan lama Dory terkait orangtuanya muncul. Seperti mendapat vision yang mencoba menuntunnya Dory kemudian memilih untuk mengikuti kata hatinya, masuk ke lautan lepas dan berusaha menemukan orangtuanya. Celakanya jalan Dory tidak mulus terlebih ia kemudian terdampar di The Jewel of Morro Bay dan bertemu dengan octopus bernama Hank (Ed O'Neill).



Ketika mendengar kabar bahwa Pixar akan membuat sekuel bagi Finding Nemo ketika itu reaksi saya mixed. Di satu sisi siapa yang tidak senang mengetahui bahwa karakter dari salah satu film animasi favoritnya akan “kembali” menyapa penonton, namun di sisi lain seperti bagian pembuka tadi terkait fakta bahwa Finding Nemo merupakan film animasi yang berada di level tinggi. Apa yang ingin Pixar lakukan di sini? Finding Nemo terasa megah karena merupakan film anak-anak yang terasa lezat pula bagi penonton dewasa, dan Finding Dory coba mengulangi pencapaian tersebut. Memutar sudut pandang ke Dory merupakan sebuah langkah berani, namun langkah yang cerdik juga dilakukan oleh Andrew Stanton dan Angus MacLane di sini di mana lelucon di film pertama terkait gangguan memori jangka pendek Dory justru digunakan untuk menjadi penggerak utama cerita. Walaupun awalnya cemas karena “kelemahan” Dory punya potensi menghasilkan implikasi yang menakutkan namun berkat pesona cerita dan karakter yang tumbuh subur hal tersebut sirna.



Ya, jika Nemo dahulu harus menghadapi rintangan yang fokus pada fisik kali ini Dory harus menghadapi rintangan psikologis, dan keputusan untuk membawanya menuju tempat yang lebih sempit merupakan tindakan yang terasa cermat. Tidak menampilkan sesuatu yang benar-benar segar dengan menggunakan pola hampir serupa pendahulunya meskipun sinopsis berbeda serta fokus yang kondisinya dibalik, charm utama Finding Dory justru berasal dari “handicap” karakter utamanya yang dimanfaatkan dengan baik oleh Andrew Stanton (Toy Story, A Bug's Life, Finding Nemo, WALL-E) dan Angus MacLane. Perjuangan Dory untuk menemukan orangtuanya menghasilkan resonansi yang manis, seperti film Pixar lainnya ‘Finding Dory’ menawarkan kegembiraan yang lucu dan menghibur namun di sisi lain juga membawa inti emosi yang manis. Meskipun menghadirkan berbagai kegembiraan yang beberapa terasa konyol kamu tidak dibuat lupa pada fokus utama, elemen tentang keluarga di perjuangan Dory terus eksis dan mengikat atensi penonton di tengah keseimbangan yang cukup oke antara drama, comedy, dan adventure.



Elemen lain yang tidak kalah sukses mengikat atensi adalah visual. Kualitas visual ‘Finding Dory’ tidak hanya sekedar untuk diamati saja namun juga untuk dikagumi. Reproduksi warna dan detail yang dilakukan oleh tim Pixar di sini indah, menampilkan rasa artistik dengan tone yang ringan sehingga begitu mudah untuk tenggelam dan hanyut menatap teksturnya yang manis. Finding Dory juga memiliki penggunaan 3D yang intensif, mampu menyedot penonton masuk lebih jauh kedalam situasi yang dialami karakter. Kesuksesan serupa dilakukan oleh voice work, masing-masing dari mereka mampu menampilkan pesona dari karakter termasuk Sigourney Weaver yang berperan sebagai announcer. Bintang utamanya adalah Ellen DeGeneres, cara ia “memukul” sisi dramatis dan komik dari Dory terasa oke, walaupun memiliki banyak karakter menarik lain yang membantunya pesona Dory tidak pernah terasa goyah sedikitpun dalam usahanya mencari “rumah” yang selama ini ia rindukan.



Namun kembali lagi ke pertanyaan di awal tadi, apakah ‘Finding Dory’ berada di level yang sama tingginya dengan ‘Finding Nemo’? Usaha memoles apa yang dahulu tidak sempat dipoles di film pertama berhasil dilakukan dengan baik, ‘Finding Dory’ berhasil memperluas dan memperkaya “dunia” yang telah diciptakan pendahulunya, namun hasil akhir ‘Finding Dory’ berada satu level di bawah ‘Finding Nemo’. Cengkeraman ‘Finding Dory’ di babak kedua sayangnya terasa berada satu tingkat di bawah babak pertama, tidak seperti ucapan Dory untuk terus berenang cerita justru terasa berputar di sebuah lingkaran dengan kecepatan yang sedikit lebih rendah. Dengan durasi 103 menit kondisi cerita yang terasa cukup repetitif muncul dan membuat proses menemukan “rumah” tadi yang meskipun tetap menarik namun mengalami sedikit kehilangan energi dan pesonanya, hal yang juga menjadi alasan mengapa jawaban akhir dari konflik terasa tidak match up dengan sangat kuat bersama petualangan Dory dan juga kurang nendang secara emosi.



Dibuka oleh sebuah film pendek berjudul ‘Piper’ yang indah dan simple namun meninggalkan kesan mendalam, ‘Finding Dory’ berhasil menjadi penerus yang baik bagi salah satu karya Pixar yang memiliki standar tinggi, Finding Nemo. Andrew Stanton dan Angus MacLane berhasil melakukan tweak terhadap materi yang sudah ada untuk menciptakan perpaduan drama, comedy, dan adventure yang manis. ‘Finding Dory’ berhasil melakukan apa yang ‘Finding Nemo’ pernah lakukan yaitu menjadi film anak-anak yang terasa nikmat pula bagi penonton dewasa, menghibur dan mempesona meskipun sayangnya Finding Dory hadir tanpa "magic" yang kuat dan mencolok sehingga tidak menampilkan sebuah "kemenangan" yang sempurna. It has charm, fun, and heart, but sadly Finding Dory doesn't have a powerful magic. Ain't epic, Finding Dory is another good animation from Pixar.











Cowritten with rory pinem

0 komentar :

Post a Comment