27 October 2013

Movie Review: About Time (2013)


“How long will I love you? As long as the stars are above you, and longer if i can.”

Setiap tahun anda pasti akan menemukan film dengan tipe seperti ini, bukan berbicara pada konteks genre melainkan sebuah film dimana anda tahu ia memiliki banyak celah meskipun tampil implisit tidak mampu menjauhkannya dari sorotan, kemudian mencoba tetap objektif dalam memberikan penilaian, namun disisi lain harus berhadapan dengan fakta anda merasakan sebuah kesulitan untuk menampik dan mengingkari bahwa setiap menit yang ia berikan merupakan sebuah enjoyment yang menyenangkan. About Time adalah contoh terbaru, ketika time travel hadir dalam sentuhan romance dan comedy yang klasik, sebuah kemasan guilty pleasure skala besar, really hard to dislike.   

Dia terlalu tinggi, terlalu kurus, dan dia terlalu canggung, dia hanya perlu cinta, Tim (Domhnall Gleeson) adalah gambaran sederhana dari sosok kesepian yang tidak diinginkan semua pria terjadi pada mereka. Sahabatnya adalah keluarganya, Ayah (Bill Nighy) dan Ibunya (Lindsay Duncan), adik perempuannya pecinta warna ungu yang sedikit gila bernama Kit Kat (Lydia Wilson), serta pamannya yang pelupa, Desmond (Richard Cordery). Namun pada ulang tahunnya yang ke-21, Tim memperoleh sebuah kabar mengejutkan yang justru akan menjadikan banyak pria bermimpi menjadi seperti dirinya. Ayahnya mengatakan bahwa setiap pria dalam keluarga mereka mewarisi sebuah kemampuan, time travelling.

Melakukan uji coba pada cinta pertamanya Charlotte (Margot Robbie), hanya dengan masuk ke ruang gelap dan berpikir, Tim akhirnya tahu bahwa perjalanan waktu tidak bisa merubah cinta. Ia memutuskan menuju London untuk menjadi pengacara, tinggal di rumah pria yang annoying, Harry (Tom Hollander), sembari terus berupaya menemukan cinta impiannya, dan kemudian bersama sahabatnya Jay (Will Merrick) memutuskan untuk mencoba sensasi dari dining in the dark. Bukan Joanna (Vanessa Kirby), melainkan Mary (Rachel McAdams), wanita yang pemalu pencinta Kate Moss, sosok yang justru menyadarkan Tim dari semua perjuangannya bahwa semua hal yang eksis di dunia punya batas yang tidak dapat ditembus.


Pria ini mungkin tidak berada di dalam A-list milik saya, namun jika harus menyusun daftar sosok dengan film dimana ia terlibat selalu mampu menjauhkan saya dari kekecewaan walaupun tidak menghadirkan kepuasan tingkat tinggi, Richard Curtis adalah salah satunya. Curtis selalu mengerti bagaimana cara mengawinkan komedi dan drama, dimana keduanya tidak saling membunuh namun tidak juga tampil terlalu dominan dan menjengkelkan. Dengan menggunakan buku dan diary ia mampu menciptakan dasar yang tepat bagi Notting Hill dan Bridget Jones's Diary yang terasa manis, cinta multi karakter yang hangat pada Love Actually, hingga asmara yang diwarnai rebellion dengan menggunakan radio di sebuah kapal pada Pirate Radio (The Boat That Rocked).

Ini sempit, ini dangkal, namun About Time seperti sebuah pertunjukkan yang punya power begitu kuat untuk mampu memperdaya penontonnya. Kesampingkan fokus pada kejujuran dalam relationship yang sepertinya telah dimatikan secara otomatis oleh Richard Curtis sejak awal, About Time akan membawa anda kedalam sebuah fantasi yang lembut, lucu, dan hangat. Ia akan selalu mampu membuat anda tersenyum, narasi yang ringan dan tidak begitu rumit, gambar menarik dan musik yang asyik, kemudian di isi dengan karakter yang menyenangkan dalam pergerakan cerita yang dikemas dengan cantik, namun disisi lain tahu bagaimana bermain dengan tempo sehingga dinamika konflik utama terasa pas dan setiap elemen dapat menjalankan fungsi mereka masing-masing.

Menariknya About Time tidak sesederhana itu dalam misi utama yang ia usung. Time Travel hanya sebuah sarana yang digunakan Richard Curtis untuk menghadirkan sebuah penggambaran tentang refleksi kehidupan yang inspiratif. Kisah romantis seperti bukan menjadi jualan tunggal yang ia miliki, dikemas simple dan tidak terlalu mellow, perjuangan asmara itu kemudian berpadu dengan family relationship, menghadirkan kembali beberapa materi mengenai sudut pandang tentang kehidupan dalam kemasan yang mengasyikkan namun tidak terkesan menggurui. Mereka seperti sebuah objek observasi yang mencoba mengajak anda merenung (jika anda sudah sadar sebelumnya) kembali hanya dengan menggunakan hal sederhana, pilihan dan keputusan, opsi dan eksekusi, dengan berlandaskan sebab dan akibat.

Namun tingkat kepuasan yang About Time berikan sepenuhnya tergantung pada apa yang anda harapkan sejak awal, apakah anda menaruh fokus pada tema time travel yang ia usung, atau justru sebaliknya dimana hal tersebut tidak menjadi concern bagi anda yang justru mengharapkan sebuah hiburan dramedy romantis ciri khas seorang Richard Curtis. Jika jawabnya adalah opsi kedua maka bersiaplah selama durasi 123 menit untuk masuk kedalam petualangan dimana pahit dan manis bersatu dengan cantik, tampil menghibur penontonnya lewat pergerakan cerita yang cepat dan karakter yang terasa hangat. Namun jika jawabnya adalah opsi pertama, maka persiapkan diri anda untuk sedikit kecewa, dia kurang teliti, dia punya banyak plot hole.

Ya, ada banyak plot hole yang sesungguhnya cukup eksplisit jika sedikit cermat, dari yang berkaitan dengan pertunjukkan teater, Ayah Tim, bayi, naskah yang hancur, hingga Kit-KatBeberapa plot holes tadi berpotensi mengganggu, dimana Richard seperti mengingkari beberapa aturan main yang telah ia tetapkan sejak awal tentang time travel, ia menciptakan batasan namun dengan ceroboh dan secara implisit menghancurkan aturan tadi tanpa disertai pemulihan melalui penjelasan. Ini yang mungkin pada akhirnya akan membuat beberapa penonton merasakan apa yang Tim lakukan di paruh akhir seperti sebuah bagian yang merusak, dan secara otomatis menjadikan semua petualangan yang ia lakukan sebelumnya tampak seperti sebuah lelucon.

Anggap saja itu semacam “cara” yang dimiliki oleh Richard Curtis, ia melakukan hal yang sama seperti apa yang pernah ia berikan di Love Actually, menyajikan sebuah kisah yang hampir 80% dikemas dengan padat dan menarik namun kemudian mulai menghadirkan beberapa hal menyimpang yang melahirkan elemen manipulatif dalam konteks negatif pada cerita. Bahkan jika harus berbicara objektif selain tidak konsisten About Time juga sedikit berantakan. Ia punya momen datar pada narasi di beberapa bagian, bahkan mungkin anda akan merasa kecewa jika sejak awal mengharapkan film ini akan memberikan sebuah dramatisasi konflik yang memikat karena ia memilih bermain dengan warna cerita yang begitu stabil sejak awal hingga akhir.

Hal lain yang menjadikan film ini semakin hangat adalah karakter yang dibalik status fiktifnya itu berhasil menjadikan mereka terasa nyata. Domhnall Gleeson (fans Harry Potter pasti tidak akan asing dengan wajahnya) memang tidak cemerlang, namun efektif. Titik terkuat miliknya terletak pada chemistry yang ia bangun pada dua arah, bersama Rachel McAdams yang kali ini kurang begitu dominan namun selalu mampu menjadi titik pusat unsur manis cerita, begitupula ketika berurusan dengan father-son relationship dengan Bill Nighy yang walaupun menyandang status pemanis mampu berdiri sejajar dengan konflik utama dan menjadi sumber banyak pelajaran tentang kehidupan. Hingga pemeran kecil pun About Time masih memikat, diantaranya Tom Hollander dan Lydia Wilson.   


Overall, About Time adalah film yang memuaskan. Jujur saja ini adalah film pertama di tahun 2013 dimana saya melakukan penilaian dengan menaruh sifat subjektif dan objektif dalam kuantitas yang sama besar. Singkat dan sederhananya, About Time punya beberapa kelemahan dari segi cerita, plot hole yang niscaya menjadi sumber banyak penilaian negatif yang akan ia terima. Namun jika sejak awal time travel tidak menjadi concern tunggal bagi anda, menganggap itu hanya sebagai sebuah sarana, menaruh fokus pada dramedy romantis yang faktanya tampil lembut, hangat, lucu namun tidak overdo, maka bersiaplah melangkah keluar studio dengan sebuah senyuman terpuaskan.



2 comments :

  1. sci-fi drama yang satu ini emang bener2 pas.
    ibarat kopi susu, pas komposisi kopi, gula, dan susunya.
    sedap deh pokoknya~

    ReplyDelete
  2. Saya baru nonton film ini sabtu kemarin,meskipun ada beberapa hal plot hole yang ngga sesuai dengan peraturan plotnya sendiri (ketika KitKat dan Tim time travelling bersama) namun secara keseluruhan film ini apik , dengan soundtrack yang keren dan setting tempat yang bagus.

    ReplyDelete