13 October 2013

Movie Review: The Way Way Back (2013)


“You’ve got to go your own way.”

Tentu ada alasan dibalik banyak pernyataan yang mengatakan bahwa setiap manusia pada level usia berapapun itu punya arti bagi orang lain disekitarnya. Orang dewasa menjadi patokan para remaja untuk bertumbuh, sedangkan remaja menjadi objek yang menjadi alarm bagi kaum dewasa untuk mempertahankan kualitas kedewasaan mereka. Ya, itu siklus yang berlandaskan pemahaman untuk terus membawa setiap manusia bertumbuh. Secara sederhana dan efektif itu coba digambarkan oleh The Way Way Back, coming-of-age dengan kombinasi putih dan hitam yang memikat, bersinar sejak awal hingga akhir.

Duncan (Liam James), duduk menghadap kebelakang di bagasi belakang, di berikan pertanyaan oleh Trent (Steve Carell), pacar baru ibunya Pam (Toni Collette) yang sedang mengendarai mobil. Trent bertanya, dari skala 1-10 pada nilai berapakah Duncan merasa kualitas dirinya berada. Ia menjawab enam, tapi secara mengejutkan Trent menjawab tiga. Ya, dua pria ini masih belum klik satu sama lain, sementara mereka akan mengisi liburan musim panas di sebuah rumah di tepi pantai, bersama sahabat Trent, Kip (Rob Corddry) dan Joan (Amanda Peet), serta tetangga menjengkelkan, Betty (Allison Janney).

Canggung dan sulit berteman, bahkan dengan calon saudara tirinya, Steph (Zoe Levin), Duncan menemukan hal yang sama pada Susanna (AnnaSophia Robb) yang berkata "It’s like spring break for adults.” Ya, mereka membenci liburan yang dibalik tampilan penuh sukacita menyimpan sebuah drama keluarga yang pelik. Terdampar di sebuah water park bernama Water Wizz, Duncan bertemu pria yang menggantungkan potensi high-score permainan Pac-Man kepadanya, Owen (Sam Rockwell), menjadi sahabat baru sekaligus mentor, sosok yang membuka jalan bagi Duncan untuk merubah hidupnya, yang sayangnya tidak semuanya berjalan mulus. 


Nat Faxon dan Jim Rash kembali membuktikan keahlian yang dua tahun lalu memberikan mereka piala Oscar. Masih sama seperti The Descendants, anda akan bertemu dengan cerita dengan warna yang tenang dan sendu, tahu kapan momen yang tepat untuk membuat penontonnya tertawa atau at least tersenyum lucu, namun sejak awal hingga akhir tidak pernah kehilangan nuansa depresif dalam bentuk tekanan dari konflik utama, yang kali ini dijabarkan lewat gejolak batin, penuh karakter menarik, plot yang manis, memberikan kecerdasan dalam sentuhan lembut yang jauh dari kesan menggurui.

Ini menarik, bagaimana seorang anak dijebak dalam dua kondisi yang bertolak belakang, di satu sisi ia harus berada dalam kehidupan penuh aturan sembari menahan sakit dari emosi yang terpendam pada pacar baru ibunya yang dengan jelas ia ketahui merupakan seorang dengan tipikal berengsek, di sisi lain ia masuk kedalam kehidupan yang dapat dikatakan random, bebas tanpa aturan yang menyiksa, namun ia mendapatkan sebuah kenikmatan hidup. Kedua dihubungkan lewat cinta dalam balutan yang ringan dan manis.

Kesuksesan The Way Way Back berasal dari kemampuan Faxon dan Rash yang dengan sabar membangun karakter serta pondasi utama cerita dalam lingkup gelap yang canggung, kemudian membaliknya bersama cerita dengan nuansa kebebasan yang mengundang tawa. Dengan penerapan pola dasar dari kisah coming-of-age yang masih sama, materi yang predictable dan beberapa terasa klise, The Way Way Back tidak jatuh menjadi sebuah hiburan murahan berkat kemampuan Nat Faxon dan Jim Rash dalam menutupi hal tersebut dengan menciptakan keseimbangan pada humor dan drama yang ciamik, ditunjang oleh semua karakter yang punya sisi menarik, yang walaupun terkesan ditahan dan sedikit dibatasi tapi selalu berada di posisi yang tepat dan memberikan dampak positif pada cerita.

Karakter adalah kunci utama keberhasilan The Way Way Back menjadikan penontonnya terpaku sejak awal hingga akhir. Tidak orisinil memang, Little Miss Sunshine dan sedikit sentuhan Adventureland, namun dengan cara sederhana Nat Faxon dan Jim Rash tahu bagaimana menjadikan cerita dan karakter secara bersamaan terus berkembang ke arah positif, menggunakan script sempit yang tetap dijaga agar tampil padat dan dipoles sedemikian rupa sehingga menghasilkan petualangan yang jauh dari membosankan, karakter yang terasa real dalam kinerja yang efektif, persahabatan yang jujur dan lucu, perjuangan lepas dari kegelapan, dan pemahaman pada sifat manusia.

Ya, pemahaman pada sifat manusia, The Way Way Back adalah kemasan yang mampu tampil tajam dengan cara yang cerdas sebagai sebuah film coming-of-age. Perjuangan Duncan dan perjuangan ibunya seperti menjadi dua materi observasi implisit, bagaimana karakter remaja yang justru tampak dewasa, sedangkan orang dewasa sendiri berperilaku jauh dari kesan dewasa. Ada pertumbuhan emosional yang walaupun kurang dalam tetap mampu membuat penontonnya tersentuh, serta dinamika keluarga yang dijabarkan lewat perubahan warna cerita secara frequently. Ini mungkin tampak ringan, namun dibalik itu tersimpan sebuah pelajaran bagi kaum remaja dan juga dewasa untuk saling memahami dan menghargai satu sama lain.

Jika berbicara divisi akting, mungkin The Way Way Back layak diberikan label sebagai salah satu film dengan ensemble cast terkuat di tahun ini. Liam James tentu saja bintang utama, dengan karakter yang mengingatkan saya pada Paul Dano di Little Miss Sunshine, mampu terus mengundang rasa penasaran kemana emosi yang ia miliki akan berjalan. Namun jika harus memilih senjata utama, maka orang itu adalah Sam Rockwell, penuh energi dan berhasil menjadi variabel pembanding konflik utama yang gelap dengan suguhan keceriaan dan sarkasme yang menyenangkan dan juga stabil. Sulit untuk membahas mereka satu persatu, semua menjalankan tugas dengan baik, dari Carell, Collette dan Amanda Peet di sisi gelap, AnnaSophia Robb sebagai pembuka jalan, Maya Rudolph yang banyak membantu kesuksesan Rockwell di sisi romance, hingga Allison Janney dan River Alexander sebagai tetangga yang aneh, semua manis.


Overall, The Way Way Back adalah film yang memuaskan. Sebagai sebuah film komedi mungkin ini tidak begitu besar, begitu pula ketika ia berdiri sendiri sebagai sebuah film drama, namun ketika keduanya berkombinasi, The Way Way Back memang tidak akan berubah secara otomatis menjadi sebuah kemasan yang besar, namun akan memuaskan anda dengan keceriaan dan kesederhanaan yang ia punya, serta menyentuh anda tanpa menjadi hiburan yang menjengkelkan.



0 komentar :

Post a Comment