14 August 2014

Review: Hercules (2014)


"I am Hercules!"

What? Another Hercules? Iya, benar, 2014 sudah punya The Legend of Hercules yang rilis diawal tahun lalu, dan kali ini giliran Hercules lainnya untuk beraksi. Tapi tunggu dulu, buang hal negatif yang ada dipikiran kamu, karena meskipun tidak punya buzz yang cukup besar menjelang rilisnya di akhir juli yang lalu Hercules yang satu ini punya apa yang penonton harapkan dari sebuah popcorn movies. 

Setelah menyelesaikan Twelve Labors, Hercules (Dwayne Johnson) kini mulai dihantui oleh dosa dari masa lalunya. Ia kini bersama rekan-rekannya, Autolycus (Rufus Sewell), Amphiaraus (Ian McShane), Atalanta (Ingrid bolso Berdal), Tydeus (Aksel Hennie), dan keponakan Iolaus (Reece Ritchie) menjadi tentara bayaran, menawarkan jasa menggunakan reputasi legendaries miliknya. Namun suatu ketika, Cotys (John Hurt), King of Thrace, meminta bantuan Hercules dan rekan-rekannya, permintaan yang justru membawa masalah yang lebih besar kepadanya. 


Hercules yang ditangani oleh Brett Ratner terasa sangat seimbang, ia punya hal-hal negatif tapi di lain sisi ia juga berhasil memberikan hal-hal positif untuk menjadi penyeimbang yang baik. Yang sedikit ternodai mungkin adalah sisi kepahlawanan dari sosok Hercules itu sendiri, tampak sedikit kosong disini, bahkan ketika sudah dibantu oleh pedang, perisai, cambuk, hingga panah, hal tersebut tidak hadir dalam komposisi yang kuat terlebih dengan penampilan dari Dwayne Johnson yang cukup lemah dalam hal karakter walaupun ia imbangi dengan eksekusi yang baik pada adegan aksi. 

Mereka yang menginginkan Hercules dalam tampilan epik mungkin akan sedikit kecewa, karena setelah ada sedikit percikan harapan di bagian awal yang berantakan itu pada akhirnya Brett Ratner menjadikan ini sebagai sebuah film action kelas standard. Segala mitologi Yunani kuno itu perannya cukup minim disini, begitupula dampaknya, mereka seperti hanya meminjam sosok Hercules kemudian memasukkannya kedalam formula klasik film action modern. Nah, disini anehnya, keputusan licik untuk tidak mau tampil terlalu rumit dan terlalu serius itu pula yang menjadikan Hercules terasa mudah untuk dinikmati. 


Cukup mengejutkan memang karena dengan plot yang mengalir dengan lancar itu Brett Ratner seperti paham bagaimana memanfaatkan dengan baik budget besar yang ia punya. Cerita tumpul, tapi dengan menekan hingga PG-13 dan kemudian mengimbangi nilai minus tadi dengan kemeriahan bersenang-senang, Hercules ia bentuk menjadi kombinasi aksi, humor, dan tragedi ditemani dengan visual yang selalu berusaha tampil sibuk untuk membuat lelah penontonnya. Uniknya ketika bersatu ada kesan charming dari film ini, dan bagi mereka yang tidak memasang ekspektasi tinggi otot, ledakan, dan berbagai aksi pertempuran itu akan terasa menyenangkan bersama sedikit drama yang intensitasnya cukup baik. 


Tentu saja tidak megah apalagi jika membandingkan Hercules dengan film yang rilis berdekatan dengannya, Guardians of the Galaxy, tapi dengan penggunaan trik yang licik Brett Ratner berhasil membuat penontonnya merasa kesal tapi juga tidak tega untuk menjatuhkannya terlalu dalam, karena dengan tidak memilih untuk tampil serius, tidak mencoba untuk tampil epic, Hercules berhasil menjadi sebuah film laga yang cukup menghibur.








0 komentar :

Post a Comment