04 July 2013

Movie Review: The Lone Ranger (2013)


Johnny Depp is Rango. Itu dua tahun lalu, dan kini Depp terjun langsung ke dalam sebuah petualangan yang juga berlatarkan Amerika klasik abad 19, masih dengan tingkah anehnya yang kini tampil dengan wajah berbalut hitam dan putih yang kasar, seekor burung gagak di kepalanya, dengan seorang pria “pemberani” yang menjadi partnernya. Cukup aneh memang, kenapa review kali ini harus dibuka dengan membahas seorang Johnny Depp. Ya, dia (satu-satunya) daya tarik dari The Lone Ranger.  

Tahun 1896, John Reid (Armie Hammer), seorang pengacara yang sangat perfeksionis, tidak mau menggunakan pistol bersama butiran peluru untuk menegakkan keadilan, suatu ketika harus mendapati dirinya terlibat dalam sebuah kasus criminal. Dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya dalam rangka mengunjungi saudaranya Dan Reid (James Badge Dale) serta istri Dan yang bernama Rebecca Reid (Ruth Wilson), kereta yang ditumpangi John menjadi sasaran pembajakan. Bukan materi yang menjadi sasaran sekelompok pria berkuda itu, namun Butch Cavendish (William Fichtner), salah satu penjahat paling ditakuti.

Akibat aksi berani yang ia tunjukkan, John mendapatkan lencana serta status sebagai Texas Ranger, dan ikut serta dalam sebuah misi untuk melakukan penyergapan terhadap Butch dan kawanannya. Namun yang terjadi justru sebaliknya, yang menjadikan John sebagai satu-satunya Rangers yang tersisa. Celakanya ia kembali bertemu dengan Tonto (Johnny Depp), seorang Indian aneh yang ia temui didalam kereta. Lewat petunjuk seekor kuda putih, Tonto percaya bahwa John adalah seorang Spirit Warrior, dan menawarkannya bantuan karena ternyata mereka punya tujuan yang sama.


The Lone Ranger sesungguhnya bukan sebuah proyek sembarangan, dengan dana mencapai 250 juta Dollar film ini adalah sebuah perjudian yang sangat berani dari Disney sebagai tiang utama. Mengapa disebut sebagai gambling karena meskipun ia punya seorang Johnny Depp di barisan utama, kisah yang disusun kembali oleh Ted Elliott, Terry Rossio, dan Justin Haythe ini memiliki unsur personal yang begitu kental. Ya, tidak banyak yang mengenal siapa itu Tonto, dan kisah apa yang menjadikan ia menjadi terkenal. Hal ini memberikan dampak yang cukup nyata pada tujuan utama film ini, pesan apa yang ingin mereka sampaikan dibalik parade lucu tanpa makna ini.

Benar, parade lucu tanpa makna. Menyaksikan The Lone Ranger seperti mendengarkan sebuah dongeng dari seorang kakek tua yang membosankan dengan cara bercerita yang tidak kalah membosankan. Inti ceritanya sebenarnya sederhana, namun sayangnya harus di isi dengan kehadiran berbagai plot mengganggu yang sangat jelas mengemban misi untuk menjadikan film ini agar tampak kompleks dan padat. Semakin parahnya karena Gore Verbinski tidak mampu memainkan tempo cerita dengan cermat, terutama di bagian yang bergerak lambat. Hal tersebut menjadikan cerita yang sejak awal sudah tampil kurang meyakinkan ini tidak mampu menghadirkan sesuatu yang mampu menarik atensi penontonnya.

Bagian paling kacau adalah cerita, tidak fokus. Ruang cerita yang dimiliki film ini terlalu luas untuk ukuran sebuah inti cerita yang sesungguhnya cukup sempit. Akibatnya, terlalu banyak waktu yang terbuang percuma, menghadirkan adegan-adegan yang kurang begitu penting hanya untuk menyediakan taman bermain bagi Depp dan Hammer dengan segala tingkah konyol mereka dengan dark comedy serta saling mocking yang celakanya tidak semuanya bekerja dengan baik. Hasil akhirnya anda akan merasakan sebuah kejenuhan tingkat tinggi, terutama karena cerita yang tampak berbelit-belit.

Berbagai kegagalan tadi memberikan dampak negatif pada image dari film ini sendiri. Tujuan utama mereka mungkin terlihat menarik, dimana berupaya mencoba untuk menghadirkan kembali sebuah nilai besar yang pernah dimiliki USA di abad 19. Namun cara ia dikemas tadi merusak kesempatan tersebut. Tidak ada sebuah tontonan absurd yang menarik, tidak ada sebuah konflik yang dikemas agar mampu menjadi perhatian utama, tidak ada permainan emosional serta chemistry yang baik, bahkan beberapa karakter dibentuk dengan cara yang sangat kasar (poor you Helena Bonham Carter).

Mungkin akan terkesan sedikit frontal, namun sangat disarankan menonton film ini jika anda memang seorang penggemar kelas berat dari seorang Johnny Depp. Gore Verbinski jelas sudah mengerti materi apa yang paling tepat untuk Johnny Depp, dan mayoritas diantaranya berhasil yang juga menjadi nilai positif yang dimiliki film ini, dimana Johnny Depp mampu menghadirkan slapstick dan mocking yang menyenangkan. Armie Hammer tidak tampil menarik, William Fichtner  kehilangan tenaga di paruh kedua, sedangkan Tom Wilkinson mampu memanfaatkan beberapa kesempatan kecil yang miliki untuk sejenak menguasai cerita.


Overall, The Lone Ranger adalah film yang kurang memuaskan. Ini seperti menyaksikan Rango dalam wujud manusia yang dikemas dengan cara yang kurang memikat. Ceritanya tidak fokus, dan tampak terlalu sibuk berupaya menjadikan dua karakter utamanya agar menarik. Ini kacau, ini berantakan, ini adalah sebuah parade lucu tanpa makna yang cukup membosankan.



0 komentar :

Post a Comment