23 September 2012

Movie Review: Moonrise Kingdom (2012)


"I love you, but you don't know what you're talking about."

Selalu ada masalah dalam cinta, dan akan ada cinta jika anda berusaha. Tidak heran banyak orang berkata “cinta itu perlu perjuangan”, “cinta tak bisa dipaksa”, karena fakta yang ada memang begitu. Moonrise Kingdom, akan membawa anda kepada kisah perjuangan cinta, dengan berbagai masalah yang menghadang, melalui sosok dua remaja berusia 12 tahun yang berhasil memberikan daya magisnya untuk rasa cinta yang mereka miliki.

Suzy (Kara Hayward), remaja 12 tahun yang bersahabat dengan teropongnya, telah dicap sebagai anak yang “bermasalah” oleh kedua orangtuanya, Walt Bishop (Bill Murray), dan Laura Bishop (Frances McDormand). Seorang kutu buku, yang gemar bermimpi dan cenderung temperamental ini mengetahui hal tersebut dari buku berjudul “bagaimana mengatasi anak yang bermasalah” yang dibeli oleh orang tuanya. Suzy melarikan diri dari rumah, bersama seorang temannya, Sam, yang ia temui di sebuah acara bernama Noye’s Fludde, satu tahun sebelumnya.  


Sam (Jared Gilman), seorang pramuka, 12 tahun, yatim-piatu, berkacamata, dan tidak populer, berhasil membuat panik seluruh perkemahan “Khaki Scout” yang dipimpin oleh Scout Master Ward (Edward Norton). Sam kabur dari perkemahan, dengan kondisi tenda terkunci dari dalam. Yha, cerdik, Sam adalah seorang anak yang cerdik, dan dinilai mampu untuk bertahan hidup dihutan belantara oleh Ward. Ward kemudian meminta bantuan Captain Sharp (Bruce Willis), yang ternyata membawa sebuah masalah baru dalam skala kecil kedalam cerita.

Yap, ini film yang menarik, anda akan merasakannya sejak awal cerita bergulir. Wes Anderson, menyajikan tampilan awal dengan perpaduan warna yang sangat sharp, seperti Fantastic Mr. Fox di dunia nyata. Di bantu score dari Alexandre Desplat, impresi awal yang saya dapatkan adalah sangat kuat, berhasil menggambarkan dengan cepat sebuah negeri dongeng yang Anderson miliki, sebuah pulau bernama New England, ditahun 1965. Tidak cukup sampai disitu, ternyata naskah yang ia susun bersama Roman Coppola juga sama kuatnya. Anda akan merasakan alur cerita yang bergerak dengan cepat, namun cerita utama tidak tenggelam daya tariknya, tanpa banyak basa-basi, dimana setiap scene memiliki point masing-masing, dan semua berhasil disampaikan dengan baik.

Anderson tetap berada di “dunianya”. Dia tahu bagaimana caranya mengajak anda untuk bersenang-senang, dengan menggunakan tema utama yang sebenarnya sangat kelam. Dua remaja hilang di sebuah pulau kecil, semua panik karena akan datang sebuah badai besar, namun tidak menjadikan anda merasakan nuansa gelap dan mencekam. Anderson justru menjadikan anda terperangkap dalam kisah asmara yang dibangun oleh Sam dan Suzy. Dari bagaimana mereka bertemu, saling berkirim kabar melalui surat, hingga setahun kemudian mereka menjalankan rencana yang telah mereka susun, anda akan jatuh cinta kepada mereka. Yha, meskipun secara logika umur mereka masih sangat muda, namun anehnya saya berada dipihak mereka, berharap mereka bisa lolos dari pencarian semua pihak yang telah mereka buat susah.


Yang menjadikan kisah cinta Sam dan Suzy semakin menarik sebenarnya adalah keputusan Anderson untuk menyuntikkan konflik dengan skala kecil, dengan tema keluarga, yang melibatkan orang tua Suzy, dan Captain Sharp, dalam problem yang sama, cinta. Hal tersebut memberikan anda sebuah variabel pembanding dari sudut pandang dewasa. Anderson seolah mengajak anda untuk berpikir, apa keputusan yang akan anda ambil, mengizinkan cinta dua remaja yang benar-benar tulus saling mencintai untuk tetap hidup, meskipun mereka belum cukup umur, atau menghambat cinta mereka, dan mungkin saja akan berakhir seperti kisah yang dialami kedua orang tua Suzy.

Semua element dari dunia remaja ada di film ini. Cinta yang masih belum matang, hambatan dari orang tua, musuh di level yang sama, tolong-menolong antar sahabat, semua dikemas oleh Anderson dengan cara yang menyenangkan. Mengedepankan music untuk membawa anda kedalam suasana antar scene, kemudian menggantinya dengan humor untuk memperkuat rasa yang ada, tidak membuat anda tertawa keras, cukup dengan tersenyum. Seperti yang saya sebutkan tadi, setiap scene membawa maksud tersendiri, dari memancing disungai yang berujung pada terkuaknya fakta bahwa Suzy seorang kutu buku, kehadiran Tilda Swinton sebagai perwakilan dinas social yang membawa masalah baru, sampai badai yang menghambat pertunjukkan Noye’s Fludde.

Kara Hayward dan Jared Gilman  juga menjadi kunci sukses film ini. Dikelilingi cast kelas berat, dari Bill Murray, Bruce Willis, Edward Norton, Tilda Swinton, Harvey Keitel, dan Frances McDormand, Kara dan Jared berhasil memberikan performa yang sangat baik. Oh ya, ini adalah film debut mereka, tentu sebuah awal yang sangat mengesankan. Berkat arahan Anderson, sosok remaja yang masih polos, namun sudah memiliki gairah cinta yang sangat besar, tampak didalam Kara dan Jared. Mereka juga terbantu  oleh cast lainnya, yang berhasil menyeimbangkan kadar cerita sehingga tidak monoton. Sulit untuk membahas mereka secara individu, karena semua berhasil bermain dengan baik, menyuntikkan sesuatu yang baru kepada cerita, dan menjadikan tokoh yang mereka mainkan menjadi karakter yang sangat kuat.


Overall, Moonrise Kingdom adalah film yang sangat memuaskan. Semua unsur dari cinta ada disini, dari suka dan duka, pahit serta manis, pengkhianatan dan maaf, semua berpadu dengan apik. Dengan tema utama kisah asmara yang mungkin bagi sebagian orang menyebutnya cinta monyet, sebuah cinta yang sering dianggap remeh oleh kalangan dewasa, justru memberikan pukulan telak, melalui penyampaian yang luar biasa dari Wes Anderson, beserta jajaran cast-nya. Yha, sebuah pukulan telak, dimana film ini seolah berbisik kepada anda, “apakah kamu kira bahwa kamu sudah paham bagaimana cinta yang sesungguhnya?”. Yap, cinta milik Sam dan Suzy, luar biasa.

Score: 8,8/10

0 komentar :

Post a Comment