29 March 2015

Review: Insurgent (2015)



"Once a stiff, always a stiff."

Ketika saya hendak menonton film ini saya bertanya pada teman yang sudah terlebih dahulu menyaksikan Insurgent dan juga sebelumnya juga telah membaca novel karya Veronica Roth itu. Jawaban darinya adalah: “apakah layak berharap banyak dari Insurgent?”  Sebuah jawaban yang sederhana memang namun bukan hanya 50 atau 70 persen namun saya setuju sepenuhnya dengan pernyataannya teman saya tadi. Insurgent, baik itu dari sisi novel maupun film, merupakan korban dari masalah yang bukan hanya sekarang namun mungkin akan kita saksikan beberapa tahun kedepan, sebuah trilogi dengan bagian kedua yang hanya menjadi sebuah jembatan penghubung dengan daya tarik yang lemah.

Tris (Shailene Woodley), Caleb (Ansel Elgort), Four (Theo James), dan Peter (Miles Teller) berhasil melarikan diri setelah perisitiwa antara mereka dengan Jeanine Matthews (Kate Winslet) di Divergent. Berada dibawah lindungan kaum Amity tidak berarti Tris dan timnya itu aman dari bahaya, karena disisi lain Jeanine berhasil menemukan sebuah kotak misterius yang menyimpan sebuah rahasia namun harus melewati berbagai rintangan dari faksi berbeda, kemampuan yang tentu saja hanya dimiliki oleh seorang Divergent, salah satunya adalah Tris. 

Insurgent adalah kemasan apa adanya, bahkan saya lebih senang menyebutnya sebagai kemasan formalitas untuk melengkapi series Divergent. Masalah utama dari film sama persis seperti masalah utama dari novelnya, mereka sama-sama tidak menawarkan perkembangan yang menarik. Bukan berarti saya mengharapkan sebuah loncatan yang besar dari segi cerita tapi meskipun progress dari materi yang ia miliki sudah minim bukan menandakan itu tidak dapat diolah dengan cara yang menarik. Ketika datang hanya satu harapan saya pada Insurgent, coba bakar kembali semangat penonton seperti pertama kali mereka datang menyaksikan Divergent, bukan justru meneruskan kondisi setelah selesai menyaksikan Divergent yang kala itu dipenuhi rasa kecewa dan pesimis.

Berganti sutradara dan penulis naskah ternyata tidak memberikan perubahan berarti pada Insurgent. Ini murni seperti jembatan penghubung yang celakanya tidak menawarkan banyak hal baru yang positif pada penonton untuk mereka pulang. Ketimbang membuat kita semakin excited menantikan film selanjutnya kita hanya pergi meninggalkan Insurgent dengan perasaan “oh, oke, setahun lagi” dengan perasaan jengkel. Satu-satunya hal positif dari film ini mungkin dari segi visual, ada peningkatan yang cukup oke terutama ketika tris menjalani tantangan itu, kamu akan memperoleh berbagai visual yang mampu menciptakan imajinasi yang sulit untuk dikatakan buruk. Hal positif lainnya? Kinerja para pemeran, seperti Milles Tiller yang mampu membuat penonton menantikan apa yang akan ia lakukan selanjutnya, begitupula Theo James yang disini seolah mengambil alih film dari tangan Shailene Woodley.

Insurgent menderita dikarenakan ambisi besar yang mereka miliki tapi tidak disertai dengan rasa percaya diri yang mumpuni. Seandainya ia menaruh fokus pada Tris dan gejolak internal yang ia miliki, mungkin akan lebih menarik karena selain itu yang terjadi di luar Tris sesungguhnya tidak banyak dan bersifat mengganggu, kotak misterius dan hadirnya Evelyn Johnson-Eaton (Naomi Watts). Dampaknya bisa besar, karena dengan begitu image Tris akan menjadi lebih menarik ketimbang memilih memasukkannya kedalam drama yang terombang-ambing seperti ini sehingga pesona Tris semakin lemah, dan pesona perjuangan yang mereka upayakan juga mengalami penurunan. Sebagai film dengan status film kedua Insurgent terasa mengecewakan karena ternyata ia membawa penonton seperti film pertamanya, mencoba berkenalan dengan Tris dan timnya, bukannya membawa mereka semakin jauh dari titik awal.



Seandainya Divergent merupakan sebuah desa kecil dan Allegiant merupakan istana yang menjadi sasaran pemberontakan dari para rakyat, maka Insurgent adalah sebuah sekuel yang menghabiskan banyak waktu untuk tersesat di hutan belantara untuk kemudian menemukan jalan keluar bersama penonton yang sudah lelah berputar-putar bersamanya dengan pesona, semangat, dan energi yang kurang mumpuni.








0 komentar :

Post a Comment